RAMBUT

Tenggorokan Kirana terasa kering saat bangun tidur. Dia mengambil segelas air putih yang berada di nakas.

Baru satu tegukan, rasanya ada sesuatu yang nyangkut di kerongkongannya.

" Eheum..." Dia berdehem sambil memegang lehernya.

Kini di dalam mulutnya terasa ada sesuatu, seperti rambut. Dia pun membuka mulutnya, ternyata benar ada rambut di dalam mulut nya yang juga nyangkut sampai ke tenggorokan.

Dia menarik rambut itu, namun seolah tak ada ujungnya. Terus dan terus ia tarik malah rasanya semakin banyak rambut itu menggulung di tenggorokan.

Di tangannya sudah banyak gulungan rambut, ia pun mual serasa ingin muntah. Jijik sekali rasanya ada rambut dalam mulut sampai sebanyak itu.

Namun apa yang terjadi. Gulungan rambut yang tadinya berada di tenggorokan sekarang malah memenuhi seluruh rongga mulut nya.

Kirana berlari ke wastafel yang berada di dalam kamar kecil. Dia memuntahkan gulungan rambut yang bertekstur seperti ijuk.

" Ohek..ohek.." seluruh tubuh Kirana bergetar saat terus memuntahkan rambut kasar itu.

Ingin sekali ia berteriak namun mulutnya di penuhi gulungan rambut.

Braaakkk

Pintu kamar mandi nya tiba-tiba tertutup dengan sendirinya.Kirana terperanjat, pintu yang tadi ia biarkan terbuka lebar tiba-tiba tertutup sendiri bahkan sangat keras seperti ada yang membantingnya.

Kirana menoleh ke arah pintu, dia semakin ketakutan padahal tidak ada angin sedikitpun saat itu. Saat dia kembali menoleh ke cermin dan wastafel, rambut yang tadi ia muntahkan sudah tidak ada.

Matanya terbelalak, keringat mengucur di dahi nya. Tubuhnya semakin bergetar hebat, lengannya menumpu pada wastafel menahan tubuhnya agar tidak tumbang. Terasa sekali tubuhnya sudah mulai lemas karena kejadian barusan.

Dia mencoba bertahan dalam posisi lemas dia berusaha menyeimbangkan tubuhnya untuk berjalan ke arah pintu.

Sesekali dia hampir terjatuh karena kaki nya sudah sangat lemah untuk melangkah.

Lengannya segera menahan ke dinding saat tubuh kehilangan keseimbangan. Kepala nya pun mulai pusing, bahkan pandangan pun kadang kabur.

Baru akan sampai meraih daun pintu, ia sudah di suguhkan lagi suara jeritan dan rintihan menyeramkan dari arah belakang.

Seketika ia pun tergolek tak berdaya, tubuhnya jatuh di lantai kamar mandi. Dia pun pingsan setelah sebelumnya berjuang keluar dari kamar mandi.

Hampir lima menit dia terkulai lemah di sana. Bu Ratna yang berniat membawakan sarapan untuk Kirana ke kamar, keheranan melihat anak gadisnya tak ada di ranjang.

Bu Ratna melihat ke arah kamar mandi, pintu nya tertutup rapat. Dia mengira Kirana sedang mandi.

" Kirana...sayang..Ibu bawakan sarapan nih!! " Ucap Bu Ratna.

Namun tak ada jawaban dari dalam sana. Dia mulai menaruh curiga, lalu segera mendekat ke arah pintu kamar mandi.

TOK TOK TOK

Bu Ratna mengetuk pintu, sambil memanggil Kirana. Tetap tidak ada jawaban dari dalam sana.

Dia pun mencoba membuka pintu kamar mandi tersebut, dan betapa terkejutnya saat melihat putrinya terbujur di lantai kamar mandi itu.

" Ya Tuhan...Kirana...kamu kenapa Nak? "

Bu Ratna segera masuk dan membangunkan Kirana. Dia duduk di lantai dan membiarkan kepala Kirana bersandar di pangkuannya.

" Ayaaaahhhhh..." Teriaknya histeris.

Tak lama kemudian Pak Bahari masuk mencari Isteri nya yang berteriak.

Pak Bahari pun tak kalah terkejut mendapati putri kesayangannya tergeletak tak berdaya di pangkuan istri nya.

" Apa yang terjadi, Bu?" Tanya Pak Bahari.

Bu Ratna hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menangis.

Mang Nur dan Bi Sari yang baru saja sampai di halaman belakang, mereka berlari ke dalam rumah saat mendengar teriakan Bu Ratna barusan.

Mereka berdua pun masuk ke kamar Kirana dan membantu Pak Bahari untuk mengangkat Kirana ke atas ranjang.

Bu Ratna terus saja menangis, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut nya. Tangan nya terus mengusap wajah dan rambut Kirana yang sedikit basah.

" Coba cek, takutnya dia terbentur dan ada luka di kepala atau di tubuhnya." ujar Pak Bahari pada sang isteri.

Bu Ratna mengecek bagian kepala Kirana, sedang Pak Bahari dan Bi Sari mengecek bagian tubuhnya yang lain.

Mang Nur sendiri segera mencari minyak angin untuk di ciumkan ke hidung Kirana. Agar gadis itu segera sadar.

" Tidak ada luka di kepalanya. " ucap Bu Ratna.

" Syukurlah. " kata Pak Bahari.

" Disini ada lebam. " kata Bi Sari yang mengecek bagian pinggang,kaki serta lengan.

Saat itu Kirana mengenakan piyama panjang, jadi sekilas mereka tidak akan tau kalau ada banyak lebam di tubuh Kirana.

" Kok bisa lebam sebanyak itu, padahal dia terjatuh sedikit menyamping ke kiri, sedangkan luka lebam itu ada di bagian kanan juga." kata Bu Ratna semakin sedih melihat Kirana nampak mengenaskan.

" Ini minyak angin nya, coba hirupkan pada Kirana. " kata Mang Nur yang baru kembali ke kamar itu.

Bu Ratna segera mendekatkan minyak angin itu pada hidung Kirana. Aroma minyak itu lumayan menusuk dan menjalar ke bagian syaraf otak, memberi rangsangan pada Kirana yang tak sadarkan diri.

Beberapa saat, Kirana pun sadar. Matanya terbuka perlahan. Dia melihat ada Ibu, Ayah , Mang Nur dan Bi Sari secara bergantian.

" Ibu..." suara Kirana sedikit parau.

" Apa yang terjadi sama kamu? " tanya Bu Ratna berlinangan air mata.

" A..aku..." Kirana sulit bersuara. Tenggorokannya sedikit perih akibat muntah rambut tadi.

" Minum dulu, Nak. Jangan dulu banyak bicara, nanti kalau sudah mendingan baru kamu cerita. " ujar Pak Bahari sambil membawa segelas susu hangat yang tadi di bawakan oleh Bu Ratna untuk sarapan Kirana.

" Iya..minum susu dulu, sarapan juga yah biar kamu ada tenaga." Kata Bu Ratna sambil meraih segelas susu dari tangan Pak Bahari.

Kirana meneguk susu itu sampai habis. Setelah itu dia kembali berbaring.

" Makan roti nya ya..sedikit juga gak apa-apa. " Kata Bu Ratna.

Kirana mengangguk pelan, lalu ia memakan roti sambil di suapi oleh Ibu nya.

" Bi..tolong masak hari ini buat makan siang ya, saya harus temani Kirana disini. " ucap Bu Ratna.

" Baik Nyonya. " lalu Bi Sari pun pergi ke dapur.

" Mamang juga mau ke kebun, kasihan yang lain pasti sibuk dari pagi. Permisi." Kata Mang Nur.

" Iya Mang. " kata Pak Bahari.

Di kamar itu tinggal mereka bertiga. Kirana menahan suapan dari Ibu nya dengan telapak tangannya.

" Udah cukup Bu, aku udah kenyang. " kata Kirana.

Lalu Bu Ratna pun menyimpan sisa potongan roti itu ke piring. Pak Bahari dan Bu Ratna sesekali saling beradu pandang, mereka sangat cemas dan prihatin dengan keadaan Kirana.

Sementara Kirana sendiri tatapannya kosong. Memori nya memutar kembali kejadian tadi saat dia bangun tidur sampai terjatuh ke lantai.

Bu Ratna mengolesi luka lebam Kirana dengan minyak gosok. Sedikitpun Kirana tak menyadari banyak luka di tubuhnya itu.

Dia tak menyadari saat Bu Ratna mengoleskan minyak di beberapa bagian tubuhnya. Dia terus saja terdiam seperti orang yang ling lung.

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

kasihan...
lekas ditangani

2022-10-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!