MENYAMBUT

Matahari mulai bersembunyi dibalik gumpalan awan, langit sudah tampak gelap tanpa bulan ataupun bintang menghiasinya.

Gerimis mulai turun di desa Jatiasih, suara gemercik membaur bersama lolongan dan sahutan binatang malam. Keadaan yang sangat tak biasa di dengar oleh Kirana.

Gadis itu baru selesai membersihkan diri selepas seharian tertidur pulas karena kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Tubuh mungilnya hanya di balut oleh handuk kimono, dan rambut panjangnya di gulung menggunakan handuk kecil dan di simpulkan di atas kepala.

Dia duduk di kursi rias mengamati cermin di depannya. Dia teringat kejadian tadi siang saat sudut matanya menemukan sosok seseorang yang tengah duduk di kursi goyang, sesekali ia menggelengkan kepalanya sambil mengerjapkan kedua mata seolah berharap itu hanya halusinasi saja karena terlalu letih dan suasana rumah membuatnya sugesti akan hal-hal di luar nalar.

Dia mengeluarkan alat kosmetik dari tas kecil dan meletakan di meja rias. Dia menata barang-barang itu agar terlihat rapi.

Beberapa lipgloss,toner,sunblock,bedak tabur,kapas,ikat rambut dan peralatan rias lainnya ia letakan di atas juga di laci meja itu.

Tak sengaja ia menjatuhkan satu lipgloss yang tengah ia tata. Kirana sedikit membungkuk dan mengambil benda itu, dia meraba-raba ubin mencari letak benda itu terjatuh tanpa melihat kebawah.

" Mana sih kok susah banget, apa mungkin ke kolong sana ya, udah lah nanti aja aku ambil, '' gerutunya sambil terus mencari benda itu dengan satu tangannya.

Saat dia kembali menegakan badannya di depan meja, tiba-tiba ada sekelebatan putih melintas di belakangnya sangat jelas terlihat saat Kirana menghadap ke cermin. Dia segera menoleh ke belakang, namun tak ada apapun di sana.

Wajah nya mulai tegang dan pucat, dia mengusap kasar muka dengan telapak tangan, lalu mengucek mata berharap dia salah melihat sosok tadi.

Suasana semakin mencekam sangat terasa di hati Kirana, dia segera bangkit mengambil pakaian tidur motif bunga dan segera mengenakannya. Setelah itu dia bergegas membawa sisir yang masih berada di tas kecil miliknya yang belum sempat ia simpan di meja rias tadi.

Dia menyisir rambut dengan asal-asalan. Setelah di rasa rapi segera ia keluar kamar. Di ruang tengah tampak seorang perempuan berkebaya merah dengan di padukan kain batik sebagai bawahannya.

Pakaian yang sangat aneh menurut Kirana jika dipakai di jaman ini. Dia sendiri memakai kebaya jika ada acara khusus saja, sedang wanita itu memakainya di rumah.

"Maaf anda siapa?" tanya Kirana dengan sangat hati-hati.

Wanita tua itu menoleh ke arahnya, wajahnya berhasil membuat Kirana tertegun. Wajah yang sangat asing untuknya. Kirana hanya melongok menatap wanita tua itu, sementara wanita itu tersenyum melihat gadis dihadapannya.

"Selamat datang Nak Kirana,," tegurnya lirih.

"Si-siapa anda? Kenapa tau nama saya ? " tanya Kirana kembali setelah pertanyaan pertamanya belum dijawab oleh sosok misterius itu.

"Saya Bi Sari, isteri dari Mang Nur, '' jawab wanita itu.

"Oh..kirain siapa, habisnya Bibi terlihat aneh sih..eh..maaf maksud saya Bibi membuat saya kaget. Saya fikir..." Kirana tak melanjutkan ucapannya. Wanita di hadapannya malah kembali tersenyum tipis sambil membelai pipi Kirana.

Tangannya sangat dingin sekali, tapi Kirana tidak mungkin menepis tangan itu karena tak ingin dikira tidak sopan.

Tadinya dia mulai lega karena wanita itu mengaku istri dari Mang Nur, tapi setelah tangan itu menyentuh kulitnya, Kirana kembali tegang, jantungnya berdetak agak kencang dan darahnya seolah terasa sekali mengalir disekujur tubuh. Mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Hei ngapain bengong nanti kesambet loh." Tiba-tiba Bagas muncul dan mengejutkan Kirana.

"Kakak bikin kaget aja sih." Kirana menoleh ke arah Bagas lalu kembali melihat ke depan namun wanita tadi sudah tidak nampak dihadapannya, Kirana celingukan mencari sosok wanita tadi. Padahal tadi tangan wanita itu masih menyentuh pipinya, tapi kenapa bisa begitu cepat dia pergi tanpa bisa Kirana rasakan saat ia melepas sentuhan pada pipinya.

" Nyari apa hayoh? Aneh banget sih ni anak baru sehari disini tapi kelakuannya udah parno gitu. Buruan udah ditunggu di belakang buat makan malam." ujar Bagas yang memang di minta Ibu nya untuk memanggil Kirana.

"Ng-nggak ada Kak. Apaan sih ngawur deh.'' Kirana segera menyambar lengan Kakak nya dan mengajaknya untuk segera melangkah ke arah lorong menuju dapur dan ruang makan.

Dia sengaja tidak memberitahu Kakaknya tentang wanita misterius tadi yang mengaku sebagai istri Mang Nur. Mungkin saja Bi Sari tadi pergi setelah melihat Bagas dan Kirana tidak sadar akan kepergiaan wanita tadi karena suara Bagas Kakaknya sangat membuatnya kaget. Itulah yang terlintas dibenak Kirana, demi tetap membangun kewarasaannya dari hal-hal yang aneh yang ia rasakan saat itu.

Kalaupun Kirana menceritakan semuanya pada Bagas, tentu saja Kakaknya itu pasti akan semakin membuat dirinya merasa terlihat konyol.

Sesampai di ruang makan, Ayah dan Ibu mereka sudah duduk di kursi meja makan dan menyantap banyak hidangan disana.

"Kirana..kayaknya kamu ketiduran cukup lama ya, pasti kamu lelah habis perjalanan jauh tadi, sini makan Nak, masakan Bi Sari enak banget.Sini duduk!" ucap Ibu Ratna.

Deg!!

'Bi Sari? Maksudnya wanita yang tadi?' batin Kirana sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut.

Ruang makan yang tidak begitu luas dan di sebelah kiri ada jalan menuju dapur namun cahaya lampu yang remang-remang membuatnya tak bisa menembus jalan itu dengan pandangannya.

"Iya Bu, tadi aku ketiduran capek sekali. Sekarang lapar banget nih." jawab Kirana sembari mengelus perutnya.

Kirana dan Bagas duduk dan segera mengisi piring nya dengan nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia. Makanan yang cukup menggugah selera dan membuat Kirana ingin segera mengenyahkan rasa lapar yang mendera perutnya.

"Supnya enak nih coba Nak, masih hangat. Semua ini masakan Bi Sari, beliau nantinya yang akan bantu Ibu masak disini," kata Ibu sembari memberi semangkuk sup hangat kepada Kirana dan Bagas.

Bagas nampak menikmati makanannya sedangkan Kirana masih saja bertanya-tanya setiap kali Ibunya menyebut nama Bi Sari di tengah-tengah makan malam.

Kirana memasukan satu sendok nasi dan sup ke dalam mulutnya, saat itu pula ada seseorang keluar dari arah pintu dapur.

"Nah ini Bi Sari, kenalin Bi ini Kirana anak bungsu saya, '' ujar Ibu mengenalkan Kirana pada wanita bernama Bi Sari itu.

"Uhuk !! uhuk!!" Kirana tersedak saat memasukan makanan ke mulutnya karena melihat Bi Sari yang lain di sini.

"Pelan, pelan makannya neng, ini minum air dulu," ujar wanita itu sembari menyodorkan air putih.

Kirana segera meraih gelas dari tangan wanita itu, namun tangannya tak sengaja menyentuh jemari yang di sebut Bi Sari itu. Tangan nya hangat tidak seperti Bi Sari yang berada di ruang tengah tadi.

"Iya nak, pelan makannya. Untung Bi Sari sigap ngambilin kamu minum. Makasih ya Bi, '' ujar Ibu sambil tersenyum pada wanita yang di panggil Bi Sari tadi.

Wanita itu memakai daster berwarna hijau dengan corak batik bunga,berbeda dengan yang tadi yang mengenakan kebaya merah dan bawahan lilitan kain batik saja.

Kirana melihat wajah Bi Sari berdaster itu dengan seksama, wajah yang sangat lain dengan yang dilihat sebelumnya. Rambut si kebaya merah tadi di cepol/sanggul seperti orang jaman dulu. Tapi Bi Sari berdaster ini terlihat lebih kekinian, beliau memakai hijab yang menutupi rambut dan sebagian dada nya.

"Makasih Bi." ucap Kirana pelan sambil terus memandangi wajah wanita yang berdiri di sampingnya itu.

Dia menyimpan gelas minum di meja, tangannya sedikit bergetar karena kejadian itu, kejadian yang sangat janggal dan sulit di jelaskan.

"Sama-sama Neng, lanjutin makan nya. Bibi mau ke dapur lagi. Permisi." Bi Sari kembali menuju ke arah dapur.

'Neng? Dia panggil aku Neng? Yang sebelumnya manggil aku Nak. Sebenarnya sosok yang tadi itu siapa.' pikir Kirana bertanya-tanya dalam hati mencoba menetralisir fikirannya dan mencari jawaban agar semuanya bisa ia terima oleh akal sehat dan logika.

Orang tua Kirana masih sangat asyik dengan makan malam mereka, begitupun dengan Bagas.

Kirana menatapi mereka satu persatu, dari wajah mereka tak terlihat sedikitpun mengalami hal yang ia alami barusan.

Kirana ingin bertanya dan menceritakan apa yang ia alami pada mereka tapi ia urungkan karena percuma, seperti nya mereka tidak akan percaya.

Terpopuler

Comments

Liani Purnapasary

Liani Purnapasary

jngn2 itu arwah nenek mu lg kirana 😁

2023-05-26

2

IG: _anipri

IG: _anipri

wah, sungguh lengkap sekali. kalau aku krim aja cukup. wkwkwk

2023-01-29

0

Sri Supeni

Sri Supeni

hiii..jd ingat rumah nenek suami di Ngawi

2022-08-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!