MEMBUJUK KIRANA

Suasana sore itu teramat dingin. Gerimis mulai turun membasahi rerumputan hijau dihalaman belakang. Suara petir masih samar menggelegar di atas langit yang mulai menghitam.

Kirana terduduk di depan jendela kamar, pintu jendela di biarkan terbuka agar dia leluasa melihat ke halaman belakang.

Bu Ratna dan Bi Sari masih berkutat dengan rutinitasnya, memasak makanan untuk makan malam nanti. Pak Bahari berada di kamar sembari menelpon beberapa temannya menanyakan perihal psikiater yang bagus.Bagas dari pagi sudah pergi ke kota karena minggu ini ada jadwal kampus.Sementara Mang Nur hari ini sibuk mengurus perkebunan jadi ia tidak datang ke rumah keluarga Pak Bahari.

Bu Ratna sudah mengundang Fathir untuk datang dan makan malam bersama keluarganya malam ini. Beliau meminta bantuan Fathir untuk membujuk Kirana agar mau di ajak berobat ke psikiater. Fathir pun mengiyakan permintaan Bu Ratna.

Gerimis tak menghalangi Fathir untuk datang ke rumah Kirana. Dia sengaja datang dari sore hari karena cuaca yang memungkinkan akan turun hujan lebat.

Suara motor Fathir terdengar jelas oleh Kirana. Gadis itu segera bangkit dari duduknya dan keluar kamar.Kirana tidak tau rencana Ibu nya dan Fathir.

Kirana segera membuka pintu rumah saat Fathir hampir sampai di depan teras. Dia sangat heran dengan kedatangan Fathir yang tidak memberitahunya terlebih dahulu.

Fathir tersenyum lebar menatap Kirana. Sementara Kirana masih terheran-heran atas kedatangan Fathir sore menjelang malam, hal yang tak biasa ia lakukan.

" Hai..gimana kabarmu? " tanya Fathir.

" Aku baik-baik saja. Tumben kamu datang kesini gak bilang-bilang. Udah hampir jam enam lagi, mana ujan. Ada apa? " kata Kirana.

" Sengaja aku gak chat kamu dulu, biar surprise . Aku mau tau kondisi kamu, soalnya kemarin setelah kamu pulang dari sekolah, aku kepikiran terus. "

" Sok perhatian banget kamu ,tapi makasih kamu kemarin udah menyelamatkan aku. "

" Sama-sama. "

" Masuk yuk, di sini dingin. "

Lalu mereka berdua masuk ke dalam rumah. Kirana mempersilahkan Fathir duduk di ruang tengah.

" Aku bawa minum dulu ya. " ujar Kirana.

" Udah gak perlu repot-repot. " ucap Fathir sembari sibuk mengetik chat kepada Bi Sari memberitahukan kalau dirinya sudah sampai di kediaman Pak Bahari.

Kirana tetap akan membawakan minum untuk Fathir, gak mungkin ada tamu gak di kasih minum. Namun baru saja ia melangkah ke arah lorong , Bi Sari sudah muncul dari sana dengan membawa nampan.

" Ini Bibi udah buatin teh hangat. " ucap Bi Sari sambil tersenyum.

" Makasih, Bi. " kata Kirana pelan.

Bi Sari meletakan dua cangkir teh hangat di meja. Lalu ia kembali ke dapur. Kirana masih berdiri, ia nampak heran karena Bi Sari bisa tau ada Fathir di sini.

" Hei, ngapain bengong? " tanya Fathir.

" Kok Bi Sari bisa tau kamu datang kesini ? " Kirana balik bertanya.

" Iya aku tadi sempat chat Bi Sari kalau aku mau datang ke sini sore. " jawab Fathir santai.

Kirana segera duduk disebelah Fathir, lalu mempersilahkan Fathir minum. Tak lama kemudian Bu Ratna muncul dari belakang , beliau tersenyum ramah pada Fathir.

" Makan malam sudah siap, sebaiknya kamu ajak Fathir makan malam bersama kita. " ucap Bu Ratna.

" Makasih tante, jadi ngerepotin ." kata Fathir.

" Nggak ngerepotin kok, kamu kan masih kerabat Mang Nur. Jadi kamu tante anggap bagian keluarga kami.Apalagi kamu sudah sangat banyak membantu Kirana. " Ucap Bu Ratna.

" Ya udah kalo gitu kita ke belakang yuk, masakan Ibu sama Bi Sari enak loh. " ajak Kirana kepada Fathir.

" Iya kalian duluan ya, Ibu mau panggil Ayah dulu di kamar. Nanti kami nyusul. "

Kirana dan Fathir pun segera ke ruang makan. Di sana Bi sari sudah menyiapkan banyak sekali hidangan lezat. Kirana sedikit heran, tak biasanya Ibu nya memasak sebanyak ini.Apalagi Bagas tidak ada di rumah.

" Wah menggoda selera sekali masakannya Bi. " ujar Kirana pada Bi Sari.

" Ini masakan Ibu nya Non, bibi cuma bantu sedikit. " kata Bi Sari.

" Mari makan bareng kami, Bi. " ajak Kirana.

" Makasih neng cantik.Bibi masih banyak kerjaan di belakang, permisi. " ucap Bi Sari sambil kembali ke dapur.

Bi Sari memang suka memanggil Kirana dengan sebutan 'Neng' kadang 'Non'.

" Ayo makan. " kata Kirana.

" Nunggu orang tua kamu dulu, malu masa aku ngeduluin yang empunya rumah. " ujar Fathir.

" Nggak apa-apa. Tadi kan Ibu aku udah bilang suruh makan duluan. Mungkin Ayah ketiduran, pasti lama kalau harus nunggu. "ucap Kirana.

Lalu mereka berdua pun makan bersama dengan lahap. Masakan Bu Ratna dan Bi Sari memang tidak hanya sedap di pandang tapi juga sangat memanjakan lidah.

Lalu Pak Bahari dan Bu Ratna pun ke ruang makan, dan makan malam bersama mereka.

Semenjak kehadiran Fathir, Kirana terlihat semakin membaik. Bu Ratna dan Pak Bahari senang melihatnya. Tak salah sudah mengundang Fathir makan malam kemari fikir Bu Ratna.

Seusai makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi . Mereka asyik mengobrol sambil menonton televisi.

Beberapa menit kemudian, Pak Bahari menerima telpon dari seseorang. Beliau segera masuk ke kamar untuk menerima panggilan telepon. Begitupun Bu Ratna, beliau izin ke belakang dengan alasan mau bantu Bi Sari beres-beres sekalian mau buat nasi timbel untuk bekal yang akan di bawa Bi Sari ke rumahnya nanti.

" Udah malam, kamu gak pulang? " tanya Kirana.

" Pulang lah, masa iya nginep di sini. Nanti aku sekalian ngantar Bi Sari pulang, Mang Nur kan gak mungkin jemput soalnya kecapean abis kerja di kebun. Kasian kan Bi Sari kalau pulang sendirian. " jawab Fathir.

Kirana menganggukan kepalanya,lalu matanya kembali ke arah televisi.Bi Sari memang suka pulang agak malam, setelah pekerjaannya selesai. Padahal Bu Ratna tidak begitu mengharuskan Bi Sari untuk bekerja sampai malam ataupun menargetkan jam kerjanya.

" Kirana, aku mau bicara sama kamu. " ujar Fathir.

Kirana menoleh ke arahnya tanpa menjawab,dia hanya menunggu Fathir berbicara.

Sementara Fathir sendiri tak tau harus mulai darimana,ia takut akan menyinggung perasaan gadis di hadapannya itu.

" Aku kemarin dengar dari beberapa Guru. Katanya kamu akan berobat ke psikiater, apa itu benar? " kata Fathir dengan sangat hati-hati.

" Maksud kamu? "

" I-iya aku cuma nanya apa kamu akan berobat ke psikiater ? "

" Nggak lah orang aku masih waras. Siapa yang bilang begitu ? "

" Beberapa Guru menyarankan kamu untuk berobat. Kalau menurut aku sendiri, ada baiknya juga di coba..." belum selesai Fathir bicara, Kirana memotong perkataannya.

" Kamu sama aja kayak yang lainnya, aku fikir kamu satu-satunya orang yang percaya sama aku ternyata tidak. " Kirana nampak kecewa.

" Bukan gitu maksudku. Aku udah janji sama kamu kalau aku akan menolong kamu mencari solusi dari masalah yang menimpamu. Lagian ke psikiater itu bukan berarti kamu gak waras. Mungkin dari sana nanti kamu bisa lebih tenang, kamu bisa menceritakan semuanya pada psikiater, dan psikiater tersebut akan menceritakan semua keluhan kamu pada orang tua mu. " jelas Fathir.

Kirana memikirkan semua perkataan Fathir. Dia pun menaruh curiga kalau Fathir datang kesini sengaja disuruh Ibu untuk membujuknya agar mau di ajak ke psikiater.

" Apa salahnya coba dulu, siapa tau kamu jadi lebih rileks setelah berobat kesana. Hati kamu lebih tenang karena tidak ada yang mengganjal, bahkan mungkin orang tuamu akan percaya padamu nanti. " lanjut Fathir terus membujuk Kirana.

" Aku pikir-pikir dulu. " ucap Kirana pelan dan sedikit ketus karena kesal.

" Kirana..apa yang aku dan orang tua mu lakukan itu semua demi kebaikan mu, Guru dan teman-teman di sekolah menunggu mu sehat dan bisa kembali belajar ke sekolah.Kami semua menyayangi mu. Novi pun berfikiran yang sama loh. " ujar Fathir sedikit berbohong dengan membawa-bawa nama Novi.

Ia tau Kirana pasti akan percaya pada ucapan Novi.Dan benar saja Kirana langsung membulatkan matanya saat Fathir menyebut nama Novi.

" Benarkah Novi juga setuju kalau aku harus berobat ke psikiater ? " tanya Kirana sedikit bimbang.

" Benar. Coba saja kamu telpon dia nanti." Kata Fathir yang sebelumnya sudah berkompromi dengan Novi.

Fathir sudah sangat menyiapkan segala sesuatu nya, tarmasuk meminta Novi agar ikut membantu membujuk Kirana.

" Baiklah aku mau. Dengan satu syarat. " ujar Kirana.

Fathir mengernyitkan dahi nya.

" Kamu dan Novi harus ikut mengantarku ke psikiater. Dan jika cara ini tidak berhasil aku tidak mau lagi di bawa ke psikiater yang lain, cukup sekali aku berobat kesana. " ucap Kirana.

" Itu sih dua syarat.." kata Fathir bercanda agar mencairkan suasana yang sejak tadi terlalu serius.

" Terserah kamu, gimana bisa ikut nggak ? " kata Kirana.

" Tentu saja aku bisa kalau Novi nanti besok di sekolah aku bicara sama dia. "

Fathir cukup lega karena usahanya membujuk Kirana berhasil.Kemudian Bi Sari pun muncul, dia sudah bersiap untuk pulang.

Fathir dan Bi Sari pun berpamitan untuk pulang. Kirana dan Ibu nya mengantar mereka sampai teras rumah. Hujan sudah mulai reda saat mereka pulang.

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

medis atau non medis

2022-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!