RUMAH ANTIK

Pak Bahari dan keluarganya masuk ke dalam rumah tua itu. Saat pintu di buka seketika aura nya sangat berbeda dan hal tersebut sangat di rasakan oleh Bagas dan Kirana.

Apalagi melihat interior ruang tamu dan perabotan yang sangat antik sekali, di sana terdapat kursi ukiran dengan meja kayu yang sepertinya berusia puluhan tahun, modelnya sudah sangat langka di temui, beberapa lukisan abstrak di atasnya dan lukisan tokoh pewayangan di dinding lainnya menambah aura magis di ruangan tersebut.

Dari ruang tamu mereka menuju ke ruang tengah dengan melewati pintu yang menghubungkan kedua ruangan tersebut.

Ruang keluarga ini tak kalah luas dari yang tadi bahkan lebih luas. Namun pencahayaan disana sangat kurang tidak seperti di ruang tamu yang terdapat banyak jendela kaca.

Di ruang keluarga ada satu sofa panjang yang juga sangat tua namun terawat, disitupun ada sebuah televisi hitam putih jaman dulu yang entah masih berfungsi ataupun tidak. Televisi tersebut di simpan di lemari ukiran, tepat di tengahnya dengan pintu lemari slide yang terbuka saat itu dan menampilkan televisi tersebut.

Dipojokan ruangan ada kursi goyang kayu, dan di sebelah kursi itu ada pintu menuju kamar. Sedang pintu kamar yang lainnya berada di sisi yang lain, sedikit bersebrangan dengan pintu kamar tadi.

"Kamar kita dan anak-anak yang mana,Mas?" tanya Bu Ratna.

"Kita kamar yang ini saja,dulu bekas kamar orang tua saya," jawab Pak Bahari.

"Kirana kamu kamar yang itu." Lanjut Pak Bahari sambil menunjuk ke arah pintu dekat kursi goyang tua berada.

Kirana dan Bagas saling menatap satu sama lain, mereka merasakan ada hal yang aneh tapi sama sekali sulit untuk di jelaskan, hal yang sangat asing yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.

Namun mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa pada orang tuanya ,dan mencoba menepis perasaan itu, mereka mengira mungkin karena ini kali pertama bagi mereka tinggal di tempat sekuno ini.

"Bagas nanti kamu tidur di kamar dekat paviliun saja. Disana ada dua kamar untuk kamu satu dan satunya untuk kamar tamu kalau ada tamu berkunjung ataupun teman kalian nanti kalau datang kemari, '' jelas Pak Bahari.

"Biar saya antar Den Bagas dulu ke kamarnya, '' kata Mang Nur.

"Baiklah..saya mau duduk dulu disini, maklum sudah tua dibawa perjalanan sedikit cepat lelahnya, Mang." ucap Pak Bahari sembari duduk dan bersandar di sofa, sementara istrinya segera masuk ke kamar untuk membereskan pakaian di kopernya.

"Aku mau ikut Kak Bagas." Seru Kirana sembari mengikuti langkah Mang Nur dan Kakaknya itu.

Dari ruang tengah ke arah paviliun melewati sedikit lorong lalu berbelok ke kanan, kata Mang Nur kalau lurus itu ke arah dapur, gudang dan kamar Mang Nur jika menginap di rumah itu.

Saat melewati lorong hawa dingin menyapa tubuh kedua adik kakak itu, lagi-lagi mereka terpaksa menepis perasaan itu, apalagi melihat Mang Nur yang terlihat biasa saja seperti tidak merasakan hal yang mereka rasakan.

Tiba di sebuah paviliun yang cukup luas, disana terdapat pintu menuju taman belakang, di ruangan itu terdapat banyak foto-foto yang empunya rumah. Foto Ki Demang dan Istrinya Dewi Larasati.

Bagas dan Kirana terus memandangi foto tersebut, ukurannya besar dan berwarna hitam putih. Disebelahnya pun terdapat foto yang ukurannya agak kecil, namun di foto itu ada tiga orang. Suami istri yang tadi dan seorang anak laki-laki sekitar usia sembilan tahunan.

"Itu foto kakek,nenek juga bapak nya Aden, '' kata Mang Nur.

Bagas dan Kirana hanya mengangguk sambil mendengarkan cerita Mang Nur menjelaskan satu persatu foto di ruangan tersebut.

"Ini kamar Den Bagas, silahkan kalau mau beristirahat, '' ucap Mang Nur sambil memasukan koper milik Bagas ke salah satu kamar di paviliun itu. Sementara di sebelah kamar Bagas ada satu kamar lagi yang katanya untuk kamar tamu.

"Makasih Mang, '' ucap Bagas.

"Sama-sama, nanti kalau ada perlu apa-apa tinggal panggil mamang saja di belakang. Mamang tinggal dulu ya, mau beres-beres dulu di belakang sambil mau panggil bibi kamu dulu biar kesini bantuin masak." Lalu Mang Nur berjalan ke arah lorong tadi.

Kirana dan Bagas hanya terdiam menatapi punggung Kakek tua itu sampai akhirnya menghilang di antara gelapnya ruangan ke arah lorong.

Mereka melihat sekeliling kamar yang akan di tempati Bagas. Kamar yang sangat minim pentilasi,hanya ada satu jendela namun tidak cukup memberi cahaya keruangan tersebut karena diluar terdapat sebuah pohon besar yang menutupi sinar matahari untuk masuk ke ruangan itu.

Disitupun terdapat ranjang besi tua yang di kelilingi kelambu putih,sangat jauh sekali dari kata modern.

"Waw,,kayak di film-film horor, '' cetus Kirana.

"Ah lu tuh kebanyakan nonton film horor jadi gitu, " kata Bagas sambil menyembunyikan perasaannya, sebenarnya dia pun merasakan hal itu, tapi mencoba untuk tetap tenang dan terbiasa dengan suasana baru nya yang asing.

"Ish..kenapa kita pindah ke tempat kayak gini sih, harusnya sebelum pindah Ayah tuh ganti perabotan sama yang baru, terus ni rumah juga harusnya d renovasi dulu, biar gak antik kayak ginikan..serem liatnya." gerutu Kirana meluapkan kekesalannya yang dari tadi dia tahan demi menjaga perasaan Ayahnya.

"Apa gak denger dari tadi Mang Nur bilang kalau Ayah gak mau merubah apapun yang ada di rumah ini." Kata Bagas sambil duduk di ranjang besi tersebut, lalu dia kembali berdiri karena mendengar suara besi yang reyot di ranjang tersebut.

"Tuh kan...ntar jatoh juga lu kak karena udah gak layak pakai tuh kasur, '' kata Kirana.

"Kasurnya juga keras banget nih gak empuk." Lama-lama Bagas pun setuju dengan ucapan Kirana.

"Udah ntar Kakak bilangin sama Ayah dan Ibu biar beli perabotan baru, '' lanjut Bagas.

"Iya bener tuh, ini lagi lemari tua banget coba, nambah ngeri liat kamar kakak, gimana kamarku yah ? Aku malah belum tau, jangan-jangan sama kayak gini, '' rengek Kirana.

"Udah sana ke kamarmu, kakak mau beresin barang-barang dulu, apa mau bantuin juga hah?"

"Iiih..ogah.." Kirana segera keluar kamar, namun langkahnya terhenti saat akan mulai berjalan ke arah lorong, ia segera memutar balik badannya dan kembali ke kamar Bagas.

"Kak.."

"Ya ampun apalagi, mau bantuin beresin ini?"

"Bukan..aku gak berani lewat kesitu..anterin aku yuk, please!! '' Pinta Kirana sembari menyatukan kedua telapak tangannya dan memelas.

"Apaan sih, ntar juga lu terbiasa kali, kita tuh disini bukan untuk sehari dua hari tapi bakal menetap disini. Masa nanti lu mau di anter-anter terus..sana..sana.."

"Kak, please..sekali ini aja!! Aku kan belum terbiasa disini. Takut nyasar." Kirana sedikit bercanda agar kakaknya itu luluh dan mau mengantarnya ke ruang keluarga.

"Dasar!! Buruan jalan." Akhirnya Bagas pun mengantar Kirana ke ruang keluarga sekalian ada beberapa tas buku kampus yang tertinggal dan belum terbawa sama Mang Nur tadi.

Kirana tersenyum lebar saat Kakaknya mulai beranjak untuk mengantarnya. Namun tetap saja si bulu kuduk terus merinding melewati lorong tersebut, apalagi jika harus berjalan sendirian.

Tiba di ruang keluarga rupanya kedua orang tua mereka sudah masuk kamar, tak seorangpun di ruangan itu tapi kursi goyang nampak sekali bergerak seperti telah di duduki seseorang. Sontak pemandangan tersebut membuat muka keduanya tegang dan saling berpandangan.

"Anterin aku masuk kamar," bisik Kirana yang jelas semakin takut menuju pintu kamar yang berada di samping kursi goyang itu.

"Nah..nah..minta anterin teruskan? '' ujar Bagas sambil memunguti beberapa buku kampusnya yang berada di tas ransel di meja ruangan itu. Dia mencoba menyibukan diri berusaha tidak perduli dengan keanehan yang dia lihat.

"Kakak..jahat banget sih.Itu tuh kursi goyangnya ngapain juga gerak-gerak, aku jadi takut kan."

" Mungkin aja Ayah atau Ibu tadi duduk disitu sebelum masuk kamar, jadi gerak-gerak lah bekas dinaiki. Jangan mikir aneh-aneh, aku mau balik ke kamar. " Bagas segera kembali ke kamarnya tanpa memperdulikan Kirana yang mematung ketakutan di sana.

Glek!

Kirana menelan ludahnya, lalu sedikit demi sedikit menapaki ubin berwarna hitam tanpa keramik itu. Setelah agak dekat jaraknya dengan pintu dia segera berlari menyambar daun pintu dan membuka pintu kamar tersebut, tapi tunggu..sudut matanya menangkap sesuatu di sampingnya. Tepat di kursi roda itu terlihat ada seseorang tengah duduk disana, walaupun tak terlihat begitu jelas siapa dia tapi Kirana yakin dia melihatnya.

Tanpa ingin menoleh segera ia masuk ke kamar dan menutup pintu sekeras mungkin.

Dan kejutan lagi untuknya saat mendapati kamar yang akan dia tempati suasananya tak jauh beda dengan kamar Bagas tadi.

Hanya saja ranjang Kirana terbuat dari kayu ukiran dengan kelambu yang di lipat dan di ikat di setiap sisi tiang ranjang tersebut. Disebelah nya ada nakas kecil lalu di depan ranjang nya ada sebuah meja rias dengan cermin antik, di sisi lain terdapat lemari kayu yang kuno seperti di kamar Bagas tadi. Di bagian pojok ada jendela dan sisinya ada pintu menuju kamar kecil.

"Ya Tuhan...sabarkan aku, '' ucap Kirana sambil menghela nafas panjang dan menepuk jidatnya.

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

udah biasa kalau horor mah

2023-01-28

0

IG: _anipri

IG: _anipri

serem

2023-01-28

0

Sang

Sang

pamit gelar tikar dulu Thor

2022-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!