Aneisha Mihai berjalan ke arah jendela Gedung Folies Bergere, lalu duduk di tepi jendela itu sambil menatap luar dengan tatapan sendu.
Musim salju turun menutup jalan-jalan yang ada di dekat Gedung Folies Bergere, awal musim salju lebih cepat dari biasanya.
Salju di bulan Mei di Eropa ?
Aneisha Mihai lalu tersentak dari lamunannya dan menyadari sesuatu yang aneh terjadi saat ini.
"Bu Amarise", ucap Aneisha Mihai.
"Ya... Ada apa...?", tanya wanita bergaun merah itu.
"Apakah anda tidak merasakan ada yang aneh ?", tanya Aneisha Mihai.
"Apakah itu ?", tanya Bu Amarise.
"Salju di bulan Mei !", ucap Aneisha Mihai.
"Hmm... Benar juga, seharusnya belum waktunya musim salju saat ini, benar, ada sesuatu yang aneh sedang terjadi di sini !?", ucap Bu Amarise.
"Sebaiknya kita melihatnya di luar saja, mungkin kita salah melihatnya", ucap Aneisha Mihai lalu beranjak dari duduknya.
"Kamu akan pergi kemana ?", tanya Bu Amarise.
"Aku akan keluar dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di sini, kenapa salju turun di bulan Mei ? Sesuatu yang aneh bukan, apakah kita tidak salah tempat ?", ucap Aneisha Mihai.
Gadis muda itu berjalan menuju ke arah pintu gedung dan membukanya, cukup berat untuk membuka pintu berukuran besar itu.
Udara dingin menerpa wajah Aneisha Mihai dan membuat seluruh tubuhnya menjadi dingin dan terasa membeku.
Dia menggigil kedinginan karena tidak mengenakan mantel tebal.
"Salju... Di musim Mei... Apa yang sebenarnya terjadi disini ?", tanya Aneisha Mihai.
Dia berdiri tepat di depan pintu masuk Gedung Folies Bergere, sambil memandangi salju yang turun menutupi jalan-jalan di area gedung.
"Apa yang kita lihat bukan yang kita lihat... Terkadang semuanya tampak nyata tetapi sebenarnya hanya ilusi...", ucap Bu Amarise.
"Maksud anda, ini salju bayangan ? Apa karena kita melintasi waktu dan kembali ke tahun 1962 dan membuat kekacauan pada perputaran waktu ?", ucap Aneisha Mihai.
"Mungkin, ini karena kita kembali ke masa lalu dan menyebabkan waktu berjalan cepat dan cuaca sangat kacau", ucap Bu Amarise.
"Bukan pengaruh sihir atau ilmu hitam ?", ucap Aneisha Mihai.
"Aku tidak merasakan apa-apa bahkan mencium bau seorang penyihir di tempat ini, aku tidak menemukannya, aku rasa ini murni kesalahan akibat adanya lintasan waktu yang kacau karena kita memasukinya bukan sihir tapi mari kita lihat selanjutnya...", ucap Bu Amarise.
"Maksud anda ?", tanya Aneisha Mihai.
"Lihatlah orang itu !", ucap Bu Amarise.
Wanita tua itu lantas menunjuk ke arah kejauhan dan mengalihkan perhatian Aneisha Mihai darinya.
Seseorang muncul dari balik salju yang turun, orang itu sedang berjalan ke arah gedung tampat kami berdiri sekarang.
"Siapa dia ?", tanya Aneisha Mihai.
"Kakek dari pemilik sekolah balet tempat kamu belajar saat ini", sahut Bu Amarise.
"Pemilik sekolah balet ?", tanya Aneisha Mihai.
"Iya, orang yang mendirikan sekolah balet tempat kalian menuntut ilmu dan ternyata dia berasal dari negara ini, Perancis", ucap Bu Amarise.
"Apakah hubungan dengan kita, waktu yang kacau dan pintu lintasan yang hilang dan tarian itu ?", tanya Aneisha Mihai.
"Aku juga tidak tahu, nak, tapi mari kita lihat kelanjutan cerita yang ingin disampaikan oleh anting-anting itu sebagai petunjuk", ucap Bu Amarise lalu tersenyum.
"Mmm..., rumit..., dan dia seorang pria !?", pekik Aneisha Mihai terpana.
"Tentu saja, karena tari borjuis dalam kategori tari solo klasik memang tercipta dari karya Moliere yang berjudul The Bourgeois Gentleman dan tarian balet dengan iringan lagu Les Bourgeois terinspirasi dari tarian balet ciptaan Moliere", ucap Bu Amarise.
"Le Bourgeois, tari solo yang penuh dinamis", ucap Aneisha Mihai.
***
Pria muda itu berjalan melewati mereka berdua yang berdiri di muka pintu Gedung Folies Bergere tanpa menoleh sedikitpun.
Dia masuk ke dalam gedung tanpa menyapa kedua perempuan itu dan seakan-akan tidak meperdulikan kehadiran mereka disana.
"Apakah orang itu tidak melihat kita ?", tanya Aneisha Mihai.
"Aku tidak tahu, nak, tapi kita lihat nanti perkembangannya !?", ucap Bu Amarise.
"Astaga ! Sikapnya sama dengan pria itu yang aku temui di ruangan pemilik sekolah ! Apa jangan-jangan dia kakeknya !?", ucap Aneisha Mihai bengong.
"Apa yang sedang kamu bicarakan ?", tanya Bu Amarise.
"Tidak ! Tidak ! Aku hanya bergumam saja ! Tidak ada yang penting !?", sahut Aneisha Mihai buru-buru.
Kedua perempuan berbeda usia itu kemudian masuk ke dalam ruangan Gedung Folies Bergere.
Mereka melihat pria itu tengah berdiri di tengah ruangan dan saat pria itu tengah mengatur posisinya seperti sedang menari balet tiba-tiba seluruh ruangan gedung berubah.
Gedung Folies Bergere berubah menjadi panggung pertunjukkan dengan iringan musik orkestra serta tatanan lampu panggung yang di setting sedemikian rupa.
Kilauan lampu yang menambah meriahnya suasana di dalam Gedung Folies Bergere yang megah, membuat semarak gedung pertunjukkan itu.
Terdengar alunan musik orkestra yang membawakan lagu karya Jacques Bourgeois yaitu dengan tangga lagu Les Bourgeois yang melantun dinamis.
Perlahan-lahan mengalun mengiringi tarian balet pria itu yang tengah menari di atas panggung pertunjukkan.
Tampak beberapa penonton terlihat duduk di atas kursi penonton yang telah tersedia di dalam gedung tersebut.
Mereka menikmati pertunjukkan tari solo balet pria itu dengan seksama.
"A--apa yang sedang terjadi padaku ?", ucap Aneisha Mihai.
Sepatu merah yang terpasang di kedua kaki Aneisha Mihai tiba-tiba bergerak-gerak seperti membuat hentakan kecil.
Gadis muda itu mendadak berubah penampilannya secara perlahan-lahan, kilauan sinar dari sepasang anting-anting berlian yang ia kenakan di kedua telinganya memancarkan cahaya yang mengelilingi tubuh Aneisha Mihai.
Dia lalu mengenakan gaun tari balet yang cantik berwarna merah serta mahkota penuh hiasan berlian terpasang di atas kepalanya yang tersanggul rapi.
Sepatu balet berwarna merah milik Aneisha Mihai juga bergerak membuat gadis itu harus terpaksa mengikuti gerakan sepatu balet merah yang terpasang di kedua kakinya.
"Wow..., ini sangat fantastis dan luar biasa ! Lihatlah Bu Amarise ! Aku sedang menari !?", ucap Aneisha Mihai.
"Ini adalah jawabannya dari petunjuk itu, aku rasa pria itu yang membantu Aneisha Mihai untuk menemukan cara agar ia dapat menari tarian balet itu", ucap Bu Amarise.
"Aku terbang melayang menuju atas panggung pertunjukkan sambil menari balet !? Lihatlah aku, Bu Amarise ! Aku menari balet ! Aku menari di panggung ! Ini pertama kalinya !", ucap Aneisha Mihai berseru senang.
"Mimpi... Ini memang seperti mimpi... Gadis polos itu tengah menari di atas panggung dan menari bersama pria itu !?", ucap Bu Amarise tersenyum senang.
"Ya Tuhan ! Aku tidak percaya ini, Bu Amarise ! Sungguh, aku tidak percaya ini !", ucap Aneisha Mihai masih berseru dari arah panggung.
"Diamlah, nak ! Dan tutup mulutmu ! Kamu sedang menari di atas panggung hiburan dengan disaksikan banyak penonton ! Diamlah !", teriak Bu Amarise.
***
Aneisha Mihai bergerak di atas panggung bersama pria muda itu, gadis polos yang masih muda itu menari mengikuti setiap langkah kaki tarian balet borjuis yang dibawakan pria yang menari disampingnya itu.
Organ-organ tubuhnya bertumpu pada kedua kaki yang menjadi penentu setiap geraknya.
Iringan musik lagu Les Bourgeois terdengar mengalun indah mengiringi gerakan keduanya yang tengah menari balet.
Tak, tuk, tak, tuk, tak, tuk, tak, tuk, begitulah kedua kakinya memainkan peranannya secara bergantian di satu titik sebagai pembuka atraksi tarian balet mereka.
Keduanya mulai berputar dengan cara bertumpu pada satu kaki, sementara kaki mereka yang lain dilipat dengan telapak kaki berada di dekat lutut.
Tidak hanya menari dengan gemulai, tetapi juga melompat dengan lincahnya. Bahkan pada hentakan musik tertentu, mereka berdua memberikan tekanan maksimal pada lantai panggung agar mereka dapat melayang dengan indahnya, bersama gerakan kedua tangan yang memperkuat perannya sebagai les bourgeois.
Lompatan-lompatan indah yang penuh tenaga ditampilkan apik oleh keduanya di atas panggung pertunjukkan, mereka bergerak lincah dan terasa energi positif mengalir dari tarian mereka berdua.
Setiap gerakan tarian borjuis penuh dengan hentakan-hentakan kaki yang kuat.
Gerakan-gerakannya meski gemulai tetapi kesan gentleman tergambar dari tarian balet karya Moliere.
Kuat, dan gagah benar-benar membuat penari baletnya bersikap sangat gentleman, tersenyum bangga sebagai kaum borjuis.
Tarian ini memang untuk menyindir kalangan kaum borjuis, kalangan kelas menengah yang sangat bangga dengan gelar borjuis nya yang sangat kental.
Lagu Les Bourgeois karya Jacques Bourgeois terdengar melantun mengiringi gerakan tarian balet Aneisha Mihai dan pria itu, lagu yang sangat cocok sebagai pengiring tarian balet mereka.
Aneisha Mihai hampir tidak mempercayainya, akan semua yang ia alami pada dirinya, gadis muda itu mampu menarikan tarian yang terkesan maskulin dan penuh tenaga kuat.
Dia menari luwes dan lincah tetapi gagah, melompat penuh energi dan apik, tarian les bourgeois, dia membawakan tarian tersebut dengan baik. Dia berhasil menghafalkan seluruh tarian balet itu dengan sempurna, dan dia takjub akan hal itu.
Alunan lagu les bourgeois karya Jacques Bourgeois berakhir dengan apiknya dan mengakhiri tarian balet milik mereka di atas panggung pertunjukkan di Gedung Folies Bergere.
***
"Aku berhasil Bu Amarise ! Aku berhasil menarikannya dan menghafalkannya ! Ini sebuah keajaiban !", teriak Aneisha Mihai kegirangan.
Gadis muda itu melompat-lompat penuh gembira sambil mengangkat kedua tangannya ke arah atas dan mengayunkannya cepat.
Dia terus berteriak-teriak dari atas panggung pertunjukkan sembari melompat riang.
Bu Amarise menyunggingkan senyumannya ketika melihat gadis muda itu tertawa ceria dan terlihat sangat senang.
"Syukurlah ia mampu melakukannya dengan baik serta penuh ceria, tapi kenapa kita masih belum kembali ke masa depan dan masih berada di tempat ini !?", ucap Bu Amarise lalu mengalihkan pandangannya ke arah sekeliling Gedung Folies Bergere.
Wanita bergaun merah itu mengerutkan alisnya tanda ia tidak mengerti, karena mereka berdua belum kembali ke asal tetapi masih tetap berada di tahun 1962.
Mereka masih berada di Paris pada masa lalu, dan tidak kembali pulang ke masa depan.
Bu Amarise berdiri sambil memandangi pria asing itu dengan tatapan penuh tanya, "Apakah ini semua berkaitan dengan pria asing itu tetapi apakah itu !? Lantas bagaimana kami bertanya padanya jika kami terhalang dinding batas waktu dan membuat pria itu tidak dapat melihat kami ? Sedangkan kami dapat melihatnya ?", ucap Bu Amarise dalam hatinya bingung.
Dia melihat seluruh gedung kembali berubah seperti sediakala, kembali kosong dan sepi tanpa gemerlap sorot cahaya panggung.
Tidak ada lagi kumpulan pemusik orkestra yang memainkan musik ataupun membawakan alat musik, semuanya lenyap dan kosong.
Gedung Folies Bergere kembali lenggang dan sunyi tanpa gemuruh tepuk tangan penonton dan hanya tinggal mereka bertiga di dalam ruangan gedung itu.
"Bu Amarise ! Aku dapat menarikannya, aku berhasil !", teriak Aneisha Mihai senang.
"Selamat, nak, selamat, kamu berhasil menarikan tarian balet tersebut, aku harap kamu mendapatkan nilai yang sempurna di ujian tari baletmu nanti", sahut Bu Amarise tersenyum.
"Terimakasih, Bu Amarise ! Berkatmu juga maka aku dapat menarikan tarian balet tersebut dengan sangat baik ! Dan aku mampu menghafalkannya dengan baik sekali !", ucap Aneisha Mihai sangat senang.
"Sama-sama, nak", sahut wanita bergaun merah itu.
Mereka berdua lalu saling tersenyum senang, tetapi Bu Amarise kemudian terlihat suram dan hal itu membuat Aneisha Mihai menjadi bingung.
"Ada apa, bu ? Apa yang mengganjal pikiran anda kali ini !?", tanya Aneisha Mihai.
"Hmmm...!?", hela nafas panjang Bu Amarise.
"Kenapa anda bersikap demikian ? Apakah ada yang sangat mengganggu pikiran anda ?", tanya Aneisha Mihai.
"Benar, benar yang kamu ucapkan, nak, ada yang tidak beres disini, dan itu menyangkut keberadaan kita di sini !? Kenapa kita masih belum kembali pulang jika kamu telah berhasil menyelesaikan dan menghafal tarian itu tetapi mengapa kita masih berada disini !?", ucap Bu Amarise.
"Oh Tidak ! Apa yang sebenarnya terjadi disini ? Apa yang harus kita lakukan sekarang !?", tanya Aneisha Mihai mulai gelisah.
"Aku tidak tahu, nak, aku benar-benar tidak mengerti dan ini sedikit membuatku bingung serta menyebabkan kepalaku terasa pusing !?", sahut Bu Amarise.
"Oh Tuhan ! Ada apa ini !?", ucap Aneisha Mihai.
Gadis muda itu terperanjat kaget seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan mulai merasa ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments