Nenek Amarise berjalan mendekat kearah Aneisha Mihai lalu berdiri tepat dihadapan gadis cantik itu.
"Aku telah mempersiapkan sepasang sepatu balet berwarna merah untukmu, nona !", ucap Nenek tua itu.
"Sepatu balet ?", tanya Aneisha Mihai.
"Iya, sepatu balet ini akan sangat berguna untukmu dan setiap kali kamu menyelesaikan tarian baletmu maka kamu akan mendapatkan keajaiban pada dirimu, hal itu akan sangat membantumu dalam mencegah wanita muda itu untuk merebut hati ayahmu", ucap Nenek Amarise.
"Keajaiban ? Tarian ? I-ini sungguh rumit sekali nenek, aku tidak mengerti sama sekali dengan ini semuanya !", ucap Aneisha Mihai kebingungan.
"Baiklah, aku akan menunjukkan sebuah tarian balet padamu dan lihatlah baik-baik setiap detail tariannya, kamu mengerti !?", ucap nenek Amarise dengan wajah serius.
"Mm...???", gumam Aneisha Mihai.
Nenek Amarise mulai melakukan gerakan tarian balet dengan menggunakan payung yang tertutup miliknya.
Dia terlihat menari dengan indahnya dan gemulai, tidak akan ada yang tahu berapa usia nenek Amarise karena ia masih menarikan tarian balet dengan indahnya.
Terdengar suara alunan musik menenuhi sekitar taman bunga, mengiringi gerak tarian balet nenek Amarise.
"Tariannya sangat indah sekali...", ucap Aneisha Mihai.
Dia mulai mengikuti langkah kaki nenek Amarise dan ikut menari balet.
"Hmmm, itu baru benar gadis ! Ayo, busungkan badanmu lebih baik !", ucap Nenek Amarise memberi semangat.
Aneisha Mihai menari dengan raut wajah serius, gaun merah cantiknya terlihat melambai-lambai indah setiap ia bergerak menari balet.
Nenek Amarise mengarahkan payung berenda miliknya kearah kaki Aneisha Mihai, perlahan-lahan kedua kaki Aneisha Mihai terbungkus sepasang sepatu balet merah secara ajaib.
Terlihat kelip-kelip cahaya merah mengelilingi kedua kaki Aneisha Mihai yang mulai menari balet.
"Aha..., itu baru menari yang benar nona, arahkan pandangan matamu dengan serius ! Perhatikan langkah Tendu mu, nona ! Jangan sampai terputus tarian mu !", ucap Nenek Amarise.
Aneisha Mihai terlihat menari dengan lincahnya saat ia mengenakan sepatu balet merah itu.
Dia meliukkan badannya dengan sangat gemulai mengikuti suara alunan musik yang terdengar disekitar taman bunga rumahnya.
"Perhatikan gerakan relevé mu, nona Aneisha Mihai ! Lebih alami ! Jangan tegang !", ucap Nenek Amarise.
Nenek Amarise menepuk punggung Aneisha Mihai pelan dan mengarahkan payung berendanya kearah tangan Aneisha Mihai.
"Perhatikan gerakan tanganmu ! Jangan kaku !", ucap Nenek Amarise. "Angkat dagumu Aneisha Mihai !"
Setiap gerakan tarian balet Aneisha Mihai terus mendapatkan bimbingan dari nenek bergaun merah dengan topi berenda yang bernama Nenek Amarise.
Nenek Amarise selalu mengingatkan Aneisha Mihai setiap gadis cantik itu menari balet.
"Hmm..., kamu mulai menari dengan baik, nona !", ucap Nenek Amarise tersenyum tipis seraya memandangi gerakan tarian Aneisha Mihai.
Aneisha Mihai menari balet dengan iringan musik yang mengalun disekitar taman bunga kastil istana rumahnya.
Dia berputar dan bergerak lincah, sesekali ia melakukan lompatan ringan seraya merentangkan kedua kakinya dengan cepat.
Tampak secercah cahaya terang mengelilingi tubuh Aneisha Mihai, cahaya itu berputar-putar membuat Aneisha Mihai terperanjat kaget.
"Cahaya apakah ini ?", gumam Aneisha Mihai saat tubuhnya mulai terlihat terang benderang.
Dia tidak menghentikan tarian baletnya karena tubuhnya terus bergerak menari tanpa bisa ia hentikan sendiri, ia terus menarikan tarian balet mengikuti alunan musik yang mengalun merdu di taman bunga.
Cahaya itu pelan-pelan mengubah gaun merah yang dipakai Aneisha Mihai dan berubah menjadi gaun tari berwarna merah yang sangat indah sekali, penuh dengan taburan kristal yang berkilauan.
Sebuah mahkota cantik menghias kepala Aneisha Mihai dan menambah kecantikan di wajah gadis berkulit putih porselen itu.
"Ini sungguh mengagumkan, aku menyukainya", ucap Aneisha Mihai pelan.
"Kemana konsentrasimu nona ! Perhatikan gerakan tarianmu ! Jangan terpengaruh apapun Aneisha Mihai !", ucap Nenek Amarise terdengar keras.
Nenek Amarise menyadari perhatian Aneisha Mihai mulai terpengaruh dengan adanya perubahan yang terjadi pada diri gadis cantik itu.
Rupanya Aneisha Mihai mulai mengalihkan pikirannya kearah tubuhnya yang mengalami perubahan.
"Kamu akan terus menari sampai tarianmu benar maka lagu yang mengiringimu akan berhenti sendirinya saat kamu mulai menari dengan baik, nona !", ucap Nenek Amarise.
Aneisha Mihai terkejut dengan ucapan Nenek Amarise padanya dan ia mulai memperhatikan gerakan tarian baletnya.
Dia kembali berkonsentrasi dalam tariannya, ia mulai tenggelam lagi menghayati setiap gerakan tarian baletnya.
"Hmm..., dia rupanya memerlukan latihan tarian yang ekstra keras !", gumam Nenek Amarise dengan ekspresi serius. "Latihan keras akan menempa fisiknya dan juga membentuk kepribadian Aneisha Mihai lebih tegas."
Nenek Amarise berjalan mendekat kearah Aneisha Mihai lalu menjentikkan jarinya dan suara musik tidak terdengar lagi mengalun disekitar taman.
Aneisha Mihai menghentikan tarian baletnya kemudian berdiri memandang kearah Nenek Amarise.
"Kenapa, kenapa kamu menghentikan musiknya ?", tanya Aneisha Mihai heran.
Dia tidak mendengar gema musik di taman bunga rumahnya lagi dan suasana disekitar mereka benar-benar sangat sunyi.
"Tidak ! Tidak ! Aku harus melatihmu lebih keras lagi mulai dari sekarang ! Keajaiban tidak akan menempa jiwamu lebih keras dan kuat, nona ! Mulai sekarang aku akan membimbingmu dalam menari dan aku akan menjadi guru privatmu !", ucap Nenek Amarise sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Latihan keras ? Nenek kamu pasti sedang bercanda bukan ? Apa ucapan nenek serius ?", ucap Aneisha Mihai.
"Iya, latihan keras ! Mulai sekarang aku adalah guru baletmu Nona Aneisha Mihai !", ucap Nenek Amarise tersenyum lebar.
"Nenek pasti sedang bercanda bukan ? Ini terlalu berlebihan nenek, bukankah nenek hanya perlu menggunakan keajaiban malaikat mu yang hebat itu untuk membuatku menjadi balerina handal ?", ucap Aneisha Mihai.
"Mana mungkin nona, meski kamu telah memiliki kemampuan menari balet sebelumnya tetapi latihan masih perlu untukmu agar tarian langitmu itu lebih sempurna !", ucap Nenek Amarise.
"Sebenarnya apa hubungan tarian balet dengan misi menghadapi wanita sihir itu ?", tanya Aneisha Mihai.
"Kamu sudah tahu jawabannya bukan ?", ucap Nenek Amarise.
"Maksud nenek, wanita yang pernah menjadi ibu tiriku itu adalah nenek penyihir ?", ucap Aneisha Mihai terperanjat kaget.
"Bukan nenek penyihir, wanita itu selalu menggunakan mantera untuk mempengaruhi setiap pria kaya yang ia dekati agar wanita itu dapat menikahi pria-pria itu", ucap Nenek Amarise.
"Apakah ada hubungannya tarian balet yang aku kuasai dengan mantera-mantera sihir wanita jahat itu ?", ucap Aneisha Mihai.
"Tarian baletmu akan menghancurkan setiap mantera sihir dari wanita muda yang dibawa oleh ayahmu itu nanti setelah sepulang dari luar kota, nona", ucap Nenek Amarise.
"Benarkah ?", ucap Aneisha Mihai terpana.
"Iya, karena setiap tingkatan tarian balet yang kamu lakukan akan menghancurkan setiap tingkatan mantera sihir dari wanita itu dan sihir yang digunakan oleh wanita itu memiliki tingkatan level tertentu dan tugasmu adalah mampu menguasai setiap tarian balet yang akan aku berikan padamu, kamu mengerti ?", ucap Nenek Amarise serius.
"Seandainya aku tidak dapat melakukannya, apa yang akan terjadi nenek ?", ucap Aneisha Mihai gamang.
"Kamu dan mama mu akan tersingkirkan dalam pertandingan merebut hati ayahmu ini, Nona Aneisha Mihai dan reinkarnasimu untuk membalaskan dendam kematianmu akan berakhir sia-sia !?", ucap Nenek Amarise menatap tajam kearah Aneisha Mihai.
"Artinya wanita jahat itu akan kembali menguasai rumah ini dan kejadian yang aku alami sebelum reinkarnasi itu akan terulang kembali padaku, itu berarti aku akan kehilangan keluargaku untuk kedua kalinya ?", ucap Aneisha Mihai merinding ketakutan.
Dia duduk dengan memegangi kepalanya yang berputar pening, ia tidak akan mungkin menginginkan peristiwa keji itu terjadi lagi pada seluruh keluarganya.
Aneisha Mihai menggelengkan kepalanya penuh kengerian, ia lalu mengingat semua kejadian demi kejadian yang ia alami selama lima tahun itu yang penuh kekejaman.
Dimana ibu tirinya dan saudara tirinya yang tiada hentinya mengganggunya dan menindasnya hingga ujung kematiannya yang mengenaskan.
"Tidaaak ! Aku tidak menginginkan wanita itu menghancurkan diriku untuk kedua kalinya ! Tidak akan pernah ! Aku tidak akan mengijinkannya ! Tidak !", ucap Aneisha Mihai gemetaran menahan kemarahannya.
"Karena itu bangunlah nona, hadapi semuanya dengan penuh percaya diri dan berlatihlah menari balet kembali agar jiwamu menjadi kuat ! Cegahlah wanita itu berbuat aniaya pada keluargamu ! Menarilah dengan sempurna nona !", ucap Nenek Amarise.
"Nenek Amarise...", ucap Aneisha Mihai dengan berlinang air mata.
"Jadilah kuat dan pemberani, cantikku ! Aku akan selalu mendampingimu mulai sekarang dan seterusnya sampai kamu mendapatkan kebahagian yang menjadi hakmu nona !", ucap Nenek Amarise sambil tersenyum lembut.
"Nenek ! Terimakasih ! Bantulah aku nenek !", ucap Aneisha Mihai seraya memeluk erat Nenek Amarise dan menangis pilu.
"Percayalah pada kekuatan Tuhan dan percayalah pada malaikatmu ini !", ucap nenek bergaun merah itu penuh kesabaran pada gadis cantik bernama Aneisha Mihai.
Nenek Amarise membawa Aneisha Mihai terbang menuju kearah kastil istana rumah gadis cantik itu dengan perlahan.
Mereka terbang pelan meninggalkan halaman belakang rumah dan taman bunga untuk kembali pulang, mereka bergerak kearah depan rumah Aneisha Mihai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
sssstttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!
seru nih kayaknya, ada 'megic' nya. ceritany beda dr yang lain.
masih terpantau aman,,,
lanjut thor,, semangat!!!!!!!
2022-07-19
2