Bab 19 PARIS

Lingkaran cahaya berwarna biru langit muncul dari arah bawah sebuah gedung, yang semakin lama semakin membesar. Dan membuat lubang besar di pemukaan lantai gedung, saat munculnya lingkaran besar, terdengar suara ledakan dari daalam bawah gedung.

Salju turun di luar gedung saat itu dan membuat gundukan salju yang menutupi bawah jendela gedung, serta jalan menuju gedung.

Seseorang muncul dari dalam lubang besar kemudian keluar dari sana, tampak seorang gadis berambut merah panjang berjalan gontai lalu duduk di atas lantai gedung yang dingin.

Dia duduk meluruskan kedua kakinya yang memakai sepasang sepatu warna merah, ia bersandar di dinding ruangan gedung yang terlihat sangat sepi dan terasa sunyi sekali.

Tiba-tiba muncul seorang wanita tua dari dalam lubang besar itu dan berjalan mendekati gadis muda yang tengah bersandar tersebut.

Lubang besar di permukaan lantai perlahan-lahan mengecil sendiri lalu menghilang tanpa meninggalkan bekas sedikitpun.

Kedua perempuan itu bahkan tidak menyadarinya dan melihat lubang yang merupakan jalan mereka tadi telah lenyap.

"Hufth... !? Ini sungguh melelahkan sekali, tempat apa ini ?", ucap wanita tua itu sembari melihat ke arah sekelilingnya.

Dia tampak kebingungan dengan kondisi tempat itu, tidak seperti suasana di waktu ia kunjungi sebelumnya.

"Gedung apa ini ? Kita berada dimana sekarang ?", gumam wanita tua itu bertanya-tanya sendiri.

"Aku tidak tahu, kita berada dimana saat ini, aku tidak tahu, Bu Amarise !?", sahut gadis muda itu.

"Coba aku lihat !?", ucap Bu Amarise.

Dia membuka payung berenda miliknya dan payung itu bergerak perlahan-lahan kemudian berputar cepat.

Permukaan payung berubah, di atas payung terlihat sebuah petunjuk waktu, semacam kalender.

Paris, tahun 1962, Gedung Folies Bergere...

Wanita tua itu memandangi suasana gedung yang berukuran luas dan megah dengan perasan takjubnya, ia tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat sekarang ini.

Dia berjalan sembari menolehkan kepalanya ke arah sekeliling gedung tersebut.

"Kita berada di Paris !?", ucap Bu Amarise terkejut.

"Hah ? Paris ?", tanya Aneisha Mihai kaget.

Gadis cantik itu melonjak kaget ketika mendengar ucapan Bu Amarise yang mengatakan bahwa mereka kini ada di Kota Paris.

"Be--benarkah !? Ini sulit dipercaya, kita berada di luar negeri !? Apa yang sedang terjadi ?", ucap Aneisha Mihai.

"Kita kembali ke masa lalu tepatnya pada tahun 1962... Dan sedang berada di gedung tertua di ibukota Negara Perancis... Paris... Terletak di sungai Seine, di utara Perancis, di jantung region Île-de-France...", ucap Bu Amarise.

"Tahun 1962..., apa yang sebenarnya terjadi pada kita ? Bagaimana kita bisa kembali kemasa lalu ?", ucap Aneisha Mihai.

"Karena anting-anting yang ada di kedua telingamu yang tadi kamu pegang dan kamu usap dengan jarimu, nak, maka kita berada disini pada tahun 1962", ucap Bu Amarise santai.

"Astaga ! Apa yang telah aku lakukan tadi ? Ini kesalahan total yang pernah aku perbuat !?", ucap Aneisha Mihai sesal.

"Kamu memakainya di saat yang tidak penting, tapi tidak apa-apa, aku rasa bukan ide yang buruk untuk kita datang ke tempat ini, mungkin akan ada gunanya", ucap Bu Amarise sambil terus memperhatikan payung berenda miliknya yang sedang berputar-putar di tengah ruangan gedung.

''Syukurlah kalau begitu, aku tidak merasa bersalah jika akhirnya akan ada manfaatnya untuk kita, tapi aku sedikit merasa takut karena kita harus berada di masa lalu, bagaimana kita bisa pulang ?", tanya Aneisha MIhai.

"Hmm..., entahlah aku juga tidak tahu, cara kita untuk dapat kembali pulang ke masa depan lagi ? Kita telah melintasi waktu lewat anting-anting berlian yang kamu kenakan itu ddan secara sengaja kamu gosok dengan jari-jari tanganmu", ucap Bu Amarise.

"Tuhan..., aku tidak tahu hal itu, jika anting-anting itu ajaib !'', ucap Aneisha Mihai.

"Yah, tapi semua sudah terjadi dan kita sudah disini maka kita harus segera mencari cara untuk kembali pulang", ucap Bu Amarise.

"Bukankah anda adalah malaikat ? Kenapa tidak memakai kesaktian anda agar kita bisa kembali pulang ? Bukankah semua akan sangat mudah untuk anda ?'', ucap Aneisha Mihai.

"Apa kamu kira semudah membalikkan tangan maka semua akan kembali normal ? Kita ini telah melintasi waktu ke masa lalu dan tidaklah mudah untuk pulang secepat itu karena bisa berakibat sangat buruk dan fatal untuk kita", ucap Bu Amarise.

"Benarkah ?'', ucap Aneisha Mihai.

"Yeah..., bagaimanapun kita tidak bisa pergi secepat itu dan harus segera mencari cara supaya kita bisa pulang", ucap Bu Amarise.

"Inilah akibat jika aku tdak mendengarkan nasehat orangtua ! Dan membuat kesalahan besar seperti ini !", pekik Aneisha Mihai putus asa.

Bu Amarise tidak menanggapi keluhan Aneisha Mihai dan hanya diam menatap lurus ke arah payung berenda yang sedang berputar-putar sendiri di atas lantai.

Payung berenda itu lalu berhenti dan memberikan sebuah petunjuk penting kepada mereka yaitu di atas payung tertulis sebuah susunan kata bertuliskan "Les Bourgeois."

Bu Amarise sepertinya mengetahui sesuatu dari petunjuk yang diberikan oleh payung berenda itu, lalu ia berjalan mendekat ke arah payung tersebut.

"Les Bourgeois..., ini petunjuknya !", ucap Bu Amarise.

"Iya, bu, ada apa ? Apakah anda sudah menemukan sesuatu yang penting, Bu Amarise ?", tanya Aneisha Mihai.

Gadis muda itu berlari tergesa-gesa ke arah wanita tua yang sedang berdiri di depan payung berenda yang berputar-putar.

Dia melihat ke arah tulisan yang ada di atas payung berenda itu dan terkejut saat melihatnya.

"Les Bourgeois !? Apakah ini ada kaitannya dengan tarian balet itu ?", tanya Aneisha Mihai.

"Benar, aku rasa juga demikian, ini rupanya berhubungan langsung dengan tugas tari balet yang diberikan oleh guru baletmu, Master Beauchamp", ucap Bu Amarise.

"Tapi mengapa kita bisa terlempar jauh hingga ke tahun 1962-an ?", tanya Aneisha Mihai kebingungan.

"Karena lagu itu tercipta pada tahun 1962 oleh Jacques Bourgeois dan lahirlah karya hebat itu serta tarian balet berjudul sama", ucap Bu Amarise.

Payung berenda itu berhenti berputar dan berdiri tegak di atas permukaan lantai, dan wanita bergaun merah tersebut lalu meraih payung berenda kemudian menutupnya.

Dia menoleh ke arah Aneisha Mihai yang berdiri disebelahnya, terbengong-bengong kebingungan.

Bu Amarise hanya tersenyum ketika melihat ekspresi wajah Aneisha Mihai yang polos itu dan masih terkejut dengan peristiwa yang tengah mereka alami saat ini.

***

"Tapi mengapa kita bisa berada di dalam gedung ini !? Bukannya langsung mengunjungi sang komposer itu ?", ucap Aneisha Mihai.

"Tidak ada hubungannya dengan pencipta lagunya ! Kita sengaja dikirim kemari karena ini adalah gedung terpenting dalam sebuah pertunjukkan di Kota Paris !", ucap Bu Amarise.

"Gedung pertunjukkan ?", tanya Aneisha Mihai kagum.

"Ini adalah sebuah gedung pertunjukkan yang terkenal menampilkan karya-karya hebat pada jamannya, gedung ini sering mengadakan pagelaran musik, balet, teater dan opera, yang bernama Gedung Folies Bergere yang sangat tua yang dibangun pada 1 Mei 1869 dan merupakan salah satu tempat yang menjadi daya tarik wisata Perancis", ucap Bu Amarise.

"Wow !? Ini benar-benar sangat keren sekali ! Kedengarannya ini hal yang hebat !?", ucap Aneisha Mihai.

"Iya, memang sangat hebat sekali ! Tapi bagaimana kau bisa mengatakan jika ini adalah sesuatu yang hebat ? Sedangkan kita terjebak disini dan tidak tahu bagaimana cara kita pulang ? Buatku tidaklah masalah karena aku seorang malaikat yang sangat bebas bergerak kemana pun kami inginkan sesuai hati kami dan tidak masalah berada di tahun apapun !?", ucap wanita tua itu.

"Ha... Ha... Ha... !?", tawa Aneisha Mihai seperti orang bodoh.

"Apa yang sedang kamu tertawakan ?", tanya Bu Amarise.

"Ahrgh... Tidak ada !? Aku rasa tidak ada yang perlu aku tertawakan !?", ucap Aneisha Mihai.

"Kita ini tidak bisa pulang dan jika sampai terjebak di sini selamanya maka akan sangat sia-sia untukmu bereinkarnasi dan hidup kembali, karena akan sama saja kita telah kalah oleh Izebel !?", ucap Bu Amarise.

"Oh Tidak !", sahut Aneisha Mihai pucat pasi.

"Heeehhh... !!!", hela nafas wanita bergaun merah itu.

"Itu artinya reinkarnasiku percuma saja karena jika aku tidak dapat pulang dari sini pada tahun 1962 ini ke masa depan maka itu sama halnya aku juga telah tiada, bukankah begitu ?", ucap Aneisha Mihai.

"Yeah... Bisa dibilang seperti itu, dan misi kamu untuk membalaskan dendammu dengan mencegah Izebel menikahi ayahmu tidak akan pernah terwujud, nak, dan semua itu akan menjadi sia-sia saja", ucap Bu Amarise.

"Oh Tuhan ! Ini sungguh mengerikan sekali ! Dan aku tidak akan pernah membiarkan wanita jahat dan kejam itu melakukannya pada keluargaku, terutama mamaku ! Aku harus kembali pulang dari sini, Bu Amarise !", ucap Aneisha Mihai gusar.

"Yah... Tapi kita harus mencari cara untuk pulang dari sini, nak... Dan sepertinya itu tidak mudah", ucap Bu Amarise.

"Bagaimana ini ? Ayo, kita keluar dari tempat ini dan mencari petunjuk di luar sana !", ucap Aneisha Mihai.

Gadis muda itu lalu menarik tangan Bu Amarise untuk pergi meninggalkan ruangan gedung megah, Folies Bergere.

Dia berlari ke arah pintu gedung berukuran besar yang terkunci rapat tanpa menoleh ke arah belakang lagi.

"Tu--tunggu Aneisha Mihai !", teriak Bu Amarise.

"Ada apa, Bu Amarise !?", ucap Aneisha Mihai.

Dia baru menyadari sesuatu, jika dirinya menarik tangan Bu Amarise dan hampir membuatnya terjatuh ke bawah.

Aneisha Mihai lalu menghentikan langkah kakinya dan melepaskan genggaman tangannya dari tangan wanita tua itu.

"Oh Tidak ! Maaf Bu Amarise ! Maafkan aku membuatmu seperti itu, aku tidak sengaja !?", ucap Aneisha Mihai menyesal.

"Tidak apa-apa, nak, dan aku dapat memahaminya. Kamu sangat gelisah dan khawatir dengan keadaan kedua orang tuamu, aku mengerti itu, nak...", ucap Bu Amarise terengah-engah.

"Oh Maaf Bu Amarise ! Aku sungguh meminta maaf pada anda telah menyebabkan kesulitan ini dan membuat anda hampir jatuh !? Maafkan aku !", ucap Aneisha Mihai.

"Iya... Iya... Aku mengerti, tapi tunggulah sebentar, nak, karena kita tidak bisa langsung keluar dari tempat ini", ucap Bu Amarise.

"Mengapa ?", tanya Aneisha Mihai.

"Pasti ada petunjuk di tempat ini karena saat kita terlempar ke tempat ini pada tahun 1962 dan berada di Gedung Folies Bergere, menandakan jika ini adalah tempat yang memang dituju dan pasti disinilah kita akan mendapatkan petunjuk", ucap Bu Amarise.

"Tetapi kita akan terus berada disini, dan jika kita pergi keluar sana mungkin kita akan mendapatkan sebuah petunjuk yang berarti daripada kita menunggu dan diam di dalam sini", ucap Aneisha Mihai.

"Bukan..., bukan seperti itu, nak !? Petunjuk itu memang berada di dalam Gedung Folies Bergere ini tapi kita masih belum menemukannya ! Dan percayalah pada yang aku ucapkan, nak !", ucap Bu Amarise sambil memandangi wajah Aneisha Mihai.

"Benarkah ?", tanya gadis itu lalu ia mulai tenang.

"Yah...", sahut Bu Amarise dengan nafas tidak beraturan.

"Berarti kita harus menemukan petunjuk itu secepatnya !", ucap gadis itu.

Wanita bergaun merah dengan topi merah serta renda yang menghiasi wajahnya hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Bu Amarise hanya bisa diam sambil berpegangan pada dinding pintu gedung yang terkunci rapat itu.

"Aku akan mencari petunjuk itu !", serunya, dan gadis muda tersebut segera melangkahkan kakinya terburu-buru.

Dia berjalan cepat menuju ke ruangan gedung yang biasa digunakan sebagai tempat pertunjukkan teater bersejarah itu.

Aneisha Mihai mencari mulai dari ujung sudut ruangan sampai ujung ruangan lainnya, bahkan ia terus memperhatikan dinding-dinding ruangan gedung.

Tiba-tiba ia menemukan sebuah pengumuman yang menempel di dinding ruangan gedung.

"Pergelaran Tari Balet Solo dengan iringan musik lagu Les Bourgeois, pada hari selasa, tanggal 1 Mei 1962 untuk merayakan hari jadi Gedung Folies Bergere, pukul tujuh malam", ucap Aneisha Mihai membaca pengumuman yang tertempel di dinding ruangan gedung.

"Apakah itu, Aneisha Mihai ?", tanya Bu Amarise.

"Pengumuman, Bu Amarise, sebuah pengumuman, akan ada perayaan ulang tahun disini dengan pertunjukan seni tari balet dengan iringan lagu les bourgeois", ucap Aneisha Mihai.

"Mungkin ini adalah petunjuknya, nak !", ucap Bu Amarise.

Aneisha Mihai terdiam lalu mengalihkan pandangannya ke arah selembar kertas pengumuman yang tertempel di dinding ruangan Gedung Folies.

Episodes
1 Bab 1 Penderitaan Tiada Tara
2 Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu
3 Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku
4 Bab 4 Sepatu Balet Merah Milikku
5 Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama
6 Bab 6 Cinta Sang Malaikat Pelindung
7 Bab 7 Tarian Swan Lake
8 Bab 8 Latihan Aneisha Mihai Telah Di mulai
9 Bab 9 Wanita Jahat Datang
10 Bab 10 Mantera Itu Terpatahkan
11 Bab 11 Kemenangan
12 Bab 12 Siapa Gerangan Pria Tampan itu
13 Bab 13 Sebuah Keputusan Yang Sulit
14 Bab 14 Kelas Balet Telah Di Mulai
15 Bab 15 Sang Danseur
16 Bab 16 Sahabat Baru Itu adalah Zaina Ann
17 Bab 17 Kepala Sekolah Balet
18 Bab 18 Pulang
19 Bab 19 PARIS
20 Bab 20 Les Bourgeois
21 Bab 21 Mencari Petunjuk
22 Bab 22 La Sylphide
23 Bab 23 Apa Yang Terjadi
24 Bab 24 Namanya Beaufort Abellard
25 Bab 25 Opera Palais Garnier
26 Bab 26 Tema Audisi Film
27 Bab 27 Misteri Dua Bocah Kembar
28 Bab 28 Kepala Manekin
29 Bab 29 Manekin yang hidup
30 Bab 30 Terkuaknya Misteri Balerina Assoluta
31 Bab 31 Kisah Dua Bocah Kembar Yang Terpisahkan
32 Bab 32 Dimulainya Audisi Film
33 Bab 33 Kemenangan Sang Danseur
34 Bab 34 Ke Kota Ars-en-Rè
35 Bab 35 Mencari Saudara Kembar
36 Bab 36 Menyusun Rencana
37 Bab 37 Pertemuan Itu
38 Bab 38 Saatnya Berpisah
39 Bab 39 Roh Hantu Kepala
40 Bab 40 Pembicaraan Sederhana
41 Bab 41 Dendam Membara
42 Bab 42 KESYEA
43 Bab 43 Kisah Yang Sebenarnya
44 Bab 44 Pertemuan Kembali
45 Bab 45 Spartacus Pas De Deux
46 Bab 46 BERKUNJUNG
47 Bab 47 Kabar Tentang Kedatangannya
48 Bab 48 Di Koridor Sekolah Balet
49 Bab 49 Pergi Terbang Tinggi
50 Bab 50 Valeska
51 Bab 51 Rahasia Yang Menyeramkan
52 Bab 52 Pengadilan Neraka
53 Bab 53 MUSIM HUJAN
54 Bab 54 Menyambut Festival
55 Bab 55 Penolakan Semua Siswa penghuni Sekolah Balet
56 Bab 56 Perseteruan Terjadi
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Penderitaan Tiada Tara
2
Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu
3
Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku
4
Bab 4 Sepatu Balet Merah Milikku
5
Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama
6
Bab 6 Cinta Sang Malaikat Pelindung
7
Bab 7 Tarian Swan Lake
8
Bab 8 Latihan Aneisha Mihai Telah Di mulai
9
Bab 9 Wanita Jahat Datang
10
Bab 10 Mantera Itu Terpatahkan
11
Bab 11 Kemenangan
12
Bab 12 Siapa Gerangan Pria Tampan itu
13
Bab 13 Sebuah Keputusan Yang Sulit
14
Bab 14 Kelas Balet Telah Di Mulai
15
Bab 15 Sang Danseur
16
Bab 16 Sahabat Baru Itu adalah Zaina Ann
17
Bab 17 Kepala Sekolah Balet
18
Bab 18 Pulang
19
Bab 19 PARIS
20
Bab 20 Les Bourgeois
21
Bab 21 Mencari Petunjuk
22
Bab 22 La Sylphide
23
Bab 23 Apa Yang Terjadi
24
Bab 24 Namanya Beaufort Abellard
25
Bab 25 Opera Palais Garnier
26
Bab 26 Tema Audisi Film
27
Bab 27 Misteri Dua Bocah Kembar
28
Bab 28 Kepala Manekin
29
Bab 29 Manekin yang hidup
30
Bab 30 Terkuaknya Misteri Balerina Assoluta
31
Bab 31 Kisah Dua Bocah Kembar Yang Terpisahkan
32
Bab 32 Dimulainya Audisi Film
33
Bab 33 Kemenangan Sang Danseur
34
Bab 34 Ke Kota Ars-en-Rè
35
Bab 35 Mencari Saudara Kembar
36
Bab 36 Menyusun Rencana
37
Bab 37 Pertemuan Itu
38
Bab 38 Saatnya Berpisah
39
Bab 39 Roh Hantu Kepala
40
Bab 40 Pembicaraan Sederhana
41
Bab 41 Dendam Membara
42
Bab 42 KESYEA
43
Bab 43 Kisah Yang Sebenarnya
44
Bab 44 Pertemuan Kembali
45
Bab 45 Spartacus Pas De Deux
46
Bab 46 BERKUNJUNG
47
Bab 47 Kabar Tentang Kedatangannya
48
Bab 48 Di Koridor Sekolah Balet
49
Bab 49 Pergi Terbang Tinggi
50
Bab 50 Valeska
51
Bab 51 Rahasia Yang Menyeramkan
52
Bab 52 Pengadilan Neraka
53
Bab 53 MUSIM HUJAN
54
Bab 54 Menyambut Festival
55
Bab 55 Penolakan Semua Siswa penghuni Sekolah Balet
56
Bab 56 Perseteruan Terjadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!