Latihan balet berhenti untuk istirahat selama beberapa menit, murid-murid berhamburan dan duduk di tengah ruangan mengelilingi guru balet mereka.
Tampak beberapa murid meluruskan kedua kaki mereka dengan lelah dan adapula yang tengah berbaring merebahkan punggung mereka yang terasa pegal.
Liburan sekolah pada musim semi berakhir, semua murid mengawali aktivitas kelas yang mulai padat lagi dan mereka kembali melakukan pembelajaran balet mereka lebih berat daripada pelajaran kelas balet yang kemarin.
"Setelah latihan ini, saya akan menunjukkan pada kalian semua sebuah contoh tari balet danseur yang energik dan dinamis ! Tarian balet ini memerlukan tenaga yang sangat besar untuk menarikannya, setiap gerakannya maskulin dan menampilkan sang danseur yang gagah !", ucap guru balet itu.
Murid-murid tampak memperhatikan ucapan guru balet mereka dengan seksama dan serius.
Guru balet itu kemudian berdiri tegak dan ia tidak menunggu waktu untuk beristirahat selesai, dan ia mempersiapkan dirinya untuk memberikan contoh tarian balet pada murid-muridnya.
"Ayo ! Merapat ke dinding karena saya memerlukan ruang yang luas untuk membawakan tarian itu !", ucap guru balet laki-laki itu penuh semangat.
Semua murid bergerak mundur ke arah belakang dan duduk merapat di dinding kelas. Dan mulai memperhatikan guru balet mereka yang ada di tengah-tengah ruangan kelas.
"Mulai mainkan pianonya Mallika, lagu berjudul Les Bourgeois ! Anak-anak tutup tirainya dan tolong hidupkan lampu tengah ruangan kelas !", ucap guru balet itu.
Tiba-tiba muncul seorang pria yang berdiri disorot lampu ruangan kelas. Ia adalah guru balet laki-laki itu.
Begitu musik mulai dimainkan dengan tempo yang cukup cepat, guru balet laki-laki tersebut mulai menggerakkan anggota-anggota tubuhnya.
Organ-organ tubuhnya bertumpu pada kedua kaki yang menjadi penentu setiap geraknya.
Tak, tuk, tak, tuk, tak, tuk, tak, tuk, begitulah kedua kakinya memainkan peranannya secara bergantian di satu titik sebagai pembuka atraksi guru balet tersebut.
"Wow, dia menari dengan jiwanya, tidak saja menari dengan hatinya lagi, tapi ia menari dengan seluruh nyawanya ! Tarian yang memukau hati !", ucap seorang murid terkagum-kagum.
"Tariannya hidup, dan penuh keindahan yang luar biasa !",, bisik murid yang tengah menopangkan kepalanya seraya mengedipkan kedua matanya pelan.
Aneisha Mihai menatap ke arah guru baletnya dengan seksama dengan memperhatikan setiap detail gerakannya.
"Dia menari sangat sempurna sekali, aku benar-benar kalah sebagai seorang perempuan !?", ucap Aneisha Mihai lirih.
Mengikuti irama, langkah kakinya kelihatan biasa saja memang, dengan ketukan yang sama ketika menyaksikan penampilannya menggoyangkan kepala ke kiri dan kanan, sebagai tanda menikmati lagu "Les Bourgeois" yang tengah diputar.
Guru balet tersebut mulai berputar dengan cara bertumpu pada satu kaki, sementara kakinya yang lain dilipat dengan telapak kaki berada di dekat lutut.
Kakinya yang jenjang tak hanya menari dengan gemulai, tetapi juga melompat dengan lincahnya. Bahkan pada hentakan musik tertentu, guru balet itu memberikan tekanan maksimal pada lantai kelas agar ia dapat melayang dengan indahnya, bersama gerakan kedua tangannya yang memperkuat perannya sebagai les bourgeois dan selalu tersenyum bangga.
Guru balet laki-laki tersebut menarikan tarian les bourgeois dengan penampilan yang sangat gagah dan dengan penampilan yang sangat laki sekali.
Tarian balet yang dibawakan guru balet laki-laki tersebut menunjukkan kekuatannya melalui hentakan kaki dan lompatan-lompatan indah. Dia menarikan tarian balet itu penuh dengan performa lincah.
"Dia benar-benar sangat macho !", ucap Aneisha Mihai kagum.
Lagu Les Bourgeois berhenti mengalun di seluruh ruangan kelas balet, menandakan tarian balet tersebut berakhir indah.
***
Tepuk tangan bergemuruh dari arah murid-murid yang menonton tarian balet guru balet laki-laki itu atau danseur, mereka sangat mengagumi tarian indah yang penuh dinamis yang dibawakan guru mereka dengan sangat apiknya.
Tarian tentang seorang pria borjuis yang sangat membanggakan dirinya, tarian itu tidak menunjukkan ke feminiman sama sekali tetapi terlihat sangat macho dan gagah saat seorang danseur menarikan tarian itu.
Penuh hentakan kaki dan kekuatan otot tubuh karena tarian dengan lagu Les Bourgeois sangat dinamis dan penuh energik, sangatlah sulit untuk menarikan tarian balet seperti itu. Dan guru balet laki-laki itu berhasil menarikannya serta membangun suasana borjuis yang kental dalam image sang penari.
Aneisha Mihai sangat mengagumi guru baletnya yang keren itu, ia tidak hentinya memandangi gurunya dengan kagumnya.
"Sekarang coba kalian praktekkan tarian yang saya bawakan tadi, apa kalian masih mengingatnya ?", ucap guru balet laki-laki itu.
"M--mempraktekkannya...??? A--apa tidak salah ???", ucap semua murid sambil berbisik pelan.
"Setiap anak akan menarikan tarian balet borjuis dengan iringan piano yang membawakan lagu Les Bourgeois tadi, dan setiap anak akan menarikannya secara solo ataupun berkelompok, saling bergantian, kalian mengerti ?", ucap guru balet itu dengan ekspresi serius.
"Maaf, bisakah ada pengulangan lagi ? Kami masih belum hafal gerakannya ?", ucap salah satu seorang murid.
"Apa semua masih belum hafal tarian tadi ?", tanya guru balet itu.
"B--belum pak !", ucap seorang murid sambil tertunduk malu.
"Lalu siapa yang masih belum hafal tarian balet tadi ?", tanya guru balet itu lagi pada murid-muridnya.
"Kami pak.... !!!", teriak beberapa murid sambil mengangkat tangan mereka ke atas tinggi-tinggi.
"Siapa lagi ?", tanya guru balet itu.
Dia menolehkan kepalanya ke arah sekitar ruangan kelas balet dengan serius, dan menatap tajam satu persatu pada murid-muridnya yang berdiri di dalam kelas balet.
Guru balet itu lalu berjalan mengelilingi murid-muridnya yang berdiri tegak di pinggir ruangan kelas.
Tidak seorangpun yang berani menatap ke arah wajah guru balet mereka dan setiap murid menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Lalu apa yang kalian lihat tadi ? Apa kalian tidak memperhatikannya dengan sungguh-sungguh ???", kata guru balet laki-laki itu.
Tak ada yang menjawab pertanyaan guru balet mereka dan semuanya terdiam tanpa berani bersuara.
Guru balet itu lalu berjalan ke tengah-tengah ruangan kelas dan berdiri tegak di sana sambil memperhatikan murid-muridnya.
"Baiklah saya akan memberikan contoh tarian tadi dan kalian ikuti dan kalian ulangi sebanyak lima kali setiap gerakannya, kalian semua mengerti !!", ucap guru balet laki-laki itu.
"Mengertiiii !!!", teriak semua murid di kelas itu.
"Sekarang ikuti gerakan tarian balet ini dan hafalkan !", ucap guru balet itu.
"Baik !!!", teriak mereka serempak.
Murid-murid itu lalu membentuk barisan sejajar yang berbentuk lingkaran dan mereka mengelilingi guru balet mereka.
Terlihat guru balet itu mulai menggerakkan tangannya dan memberikan instruksi pada setiap gerakan tarian baletnya.
Dia satu persatu dengan sabar memberikan contoh setiap gerakan tarian balet itu kepada setiap murid-muridnya.
"Satu... Dua... Tiga... ", suara guru balet itu memberikan instruksi tari.
Guru balet itu memberikan contoh gerakan tarian balet Borjuis tadi secara detail dan lengkap, ia memperagakan tarian balet itu dengan sangat jelas serta sabar.
Setiap gerakan tarian baletnya ia contohkan secara pelan-pelan agar semua muridnya yang hadir di kelas baletnya dapat mengikuti dan memperagakannya dengan baik serta dapat menghafalnya.
"Bagus... Itu baru benar... Hafalkan setiap gerakan tarian baletnya... Ingat-ingat dalam benak kalian semua ! Jangan sampai ada yang terlewati atau terlupakan satu gerakan tariannya ! Ingat ! Dan ingat ini tari balet !", ucap guru balet itu penuh semangat hidup.
Tidak ada yang menjawab dan semua murid tampak menari balet dengan sangat serius sekali.
Mereka terus bergerak menarikan tarian balet Borjuis dan menghafalkannya satu persatu gerakan tarian balet tersebut.
Mengulanginya kembali dan menarikannya lagi tarian balet Borjuis tadi sebanyak lima kali sampai mereka benar-benar mengingat setiap gerakan tarian balet Borjuis itu dengan baik.
"Baiklah kelas balet untuk hari ini cukup sampai disini dulu karena jam mengajar saya telah selesai dan ini adalah waktunya guru balet yang lainnya tapi kalian bisa beristirahat beberapa menit", ucap guru balet laki-laki itu.
"Iya, kami mengerti !", ucap kompak murid-murid di kelas balet itu.
"Ingat ! Tarian balet Borjuis tadi harus kalian semua hafalkan karena saya akan mengambil nilai sebagai nilai ujian !", ucap guru balet laki-laki itu.
Semua murid kembali terdiam dan hanya memandangi ke arah guru balet laki-laki itu, dan tidak ada yang berani berkomentar atau menjawabnya.
"Baiklah sampai disini dulu tugas saya mengajar dan terimakasih telah mengikuti kelas balet saya, jangan lupa saat kelas balet saya nanti, kalian semua harus menarikan tarian balet Borjuis tadi sebagai ujian ! Ingat apa yang saya ucapkan ini !", ucap guru balet itu.
Dia lalu berjalan mengambil tasnya dan membagikan setiap lembaran kertas kepada setiap murid-muridnya.
Tak lama guru balet laki-laki itu pergi meninggalkan ruangan kelas balet tempatnya tadi mengajar.
Terdengar gemuruh suara murid-murid yang berbicara saat membaca lembaran kertas berjumlah sepuluh lembar itu di tangan mereka.
Mereka tampak gelisah ketika menerima lembaran kertas-kertas itu dan saat mereka semua membacanya.
Kertas berisi panduan tari balet Borjuis yang tadi di tarikan oleh guru balet mereka atau lembaran-lembaran kertas yang berisi bahan ujian.
***
Aneisha Mihai lalu berjalan pelan-pelan meninggalkan ruangan kelas baletnya menuju ke sebuah ruangan kantin sekolah untuk beristirahat.
Ini adalah waktunya istirahat dan jam seluruh murid untuk makan siang.
Beberapa murid sekolah balet terlihat berjalan beriringan menuju ke arah kantin dan ada juga yang berjalan sendirian ke sana tanpa ada yang menemani.
"Hufh... Belum ada beberapa hari sekolah sudah ada ujian tari balet... Ini sungguh keterlaluan dan sangat berat !?", ucap Aneisha Mihai sambil menghela nafasnya.
Dia melihat hanya ada anak perempuan yang berjalan menuju ke ruangan kantin sekolah.
Rupanya pihak sekolah telah mengubah tata tertib peraturan di sekolah balet ini, dan sepertinya pihak sekolah membagi kantin menjadi dua bagian.
Kantin untuk perempuan dan kantin untuk anak laki-laki, pihak sekolah telah mengubah kebijakannya serta memperketat penjagaan serta pengawasannya.
Aneisha Mihai lalu berjalan menuju ke sebuah meja makan untuk makan siang.
Dia membuka tasnya dan mengeluarkan kantung bekal makan siangnya yang berisi beberapa roti dan selai beraneka rasanya.
"Untung saja, aku tadi membawa bekal makan siang dari rumah karena aku lihat, kantin menyediakan berbagai menu makanan dengan karbohidrat yang tinggi dan berlemak !?", ucap Aneisha Mihai sembari memperhatikan ke arah etalase makanan yang ada di kantin sekolah.
"Hai... !", sapa seorang gadis seumuran dengan Aneisha Mihai.
Gadis itu berdiri tepat di samping meja makan, tempat Aneisha Mihai duduk dan ia baru saja hendak melahap roti isi selai kacang yang ada di genggaman tangannya.
Aneisha Mihai lalu mendongakkan kepalanya ke arah gadis muda yang berdiri di samping meja makan siangnya.
"Hai ! Ada apa ?", ucap Aneisha Mihai.
"Bolehkah aku duduk di bangku ini bersama denganmu untuk makan siang ?", tanya gadis itu sambil tersenyum manis.
Gadis muda yang sepantaran dengan Aneisha Mihai lalu menunjukkan bekal makan siang miliknya kepada Aneisha Mihai yang sedang melahap roti isi selai kacangnya.
Aneisha Mihai tidak menjawab ucapan gadis itu dan ia hanya menganggukkan kepalanya cepat tanpa berhenti memakan roti yang ada di genggaman tangannya.
"Terimakasih atas kebaikan yang kamu tunjukkan padaku ! Boleh aku duduk sekarang ?", tanya gadis muda itu sekali lagi.
"Iyaaah... Silahkan... Kamu boleh duduk bersama denganku !", jawab Aneisha Mihai dengan mulut penuh roti dan selai kacang.
"Terimakasih... Terimakasih... !", ucap gadis itu sambil duduk dan tersenyum senang.
Tanpa basa-basi dan menunggu lama, gadis muda itu yang baru Aneisha Mihai lalu membuka kotak bekalnya dengan cepat.
Dia melahap makanan yang berisi spaghetti dengan saus bolognese serta taburan keju mozzarella yang ada di atasnya.
"Makanan yang mengandung banyak dan gizi tinggi ! Dia memakannya untuk menu makan siang di saat sekolah balet dimulai !? Apakah ia akan baik-baik saja !? Dan bagaimana ia akan berlatih tari balet nantinya jika makan sesehat itu !? Apa ia bisa bergerak nanti !?", ucap Aneisha Mihai dalam hatinya sambil tertegun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Tobatos Corp
💃💃💃💃💃💃💃💃
2024-07-19
0