Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama

Nenek Amarise membawa Aneisha Mihai sampai di depan pintu rumah Aneisha Mihai yang berukuran besar dan keduanya berdiri tepat disana.

Aneisha Mihai menggerakkan tangannya untuk membunyikan bel rumahnya, bel terdengar berbunyi sebanyak tiga kali.

"Aku akan menemui mama kamu untuk berbicara padanya mengenai latihan balet yang akan kita lakukan nanti", ucap Nenek Amarise.

"Apakah mama akan melihat nenek ? Bukankah nenek seorang malaikat ?", ucap Aneisha Mihai.

"Tentu saja, aku seorang malaikat meski demikian aku harus meminta ijin pada mama nona sebagai orang tuanya untuk melatihmu menari balet karena latihan itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit, nona", ucap Nenek Amarise.

"Iya, aku mengerti", ucap Aneisha Mihai.

"Mama nona akan sangat membantu nona dalam hal ini karena beliaulah yang mendukungmu dalam menari balet", ucap Nenek Amarise.

"Maksud nenek ?", ucap Aneisha Mihai.

"Sebentar lagi mama nona akan menemui kita berdua dan dengarkanlah semua pembicaraan kami ! Nona akan mengerti !", ucap Nenek Amarise.

"Mmm..., baiklah..., aku mengerti", ucap Aneisha Mihai seraya memperhatikan nenek bergaun merah dengan serius.

Pintu rumah yang berukuran besar terbuat dari kayu itu terbuka lebar dan seorang wanita berparas jelita muncul dari dalam rumah.

Wanita itu menyambut Aneisha Mihai dengan hangat seraya memeluk gadis cantik itu penuh kasih sayang.

"Aneisha, kenapa begitu lamanya nak ? Apakah kamu tidak tahu hampir enam jam kamu keluar rumah ? Apakah perlu memetik mawar membutuhkan waktu selama itu, sayangku ?", ucap wanita bermata biru indah itu.

"Mmm, ak...", ucapan Aneisha Mihai terhenti ketika Nenek Amarise menyela perkataannya.

"Maaf nyonya besar, puteri anda tadi berlatih balet sehingga ia harus menyelesaikan tariannya dan perkenalkan saya adalah guru tari baletnya di sekolah", ucap Nenek Amarise seraya membungkukkan setengah tubuhnya.

"Oh, iya, iya, aku mengerti, anda tidak perlu terlalu sungkan padaku bu...?", ucap wanita bermata biru itu.

"Nama saya Amarise !", ucap Nenek Amarise.

"Baiklah, baiklah, Bu Guru Amarise !?", ucap wanita itu tergesa-gesa lalu menyalami nenek bergaun merah itu.

"Senang mengenal anda, nyonya besar", ucap Nenek Amarise menyunggingkan senyumannya.

"Sama-sama Bu Guru Amarise, senang sekali dapat mengenal anda sebagai guru puteriku, mohon bimbingannya. Silahkan masuk ke dalam rumah kami yang sederhana ini, bu guru !", ucap wanita berparas jelita itu sambil mempersilahkan masuk Nenek Amarise.

"Terima kasih nyonya besar atas keramahannya", ucap nenek bertopi dan bergaun merah itu.

Mereka masuk ke dalam rumah berbentuk kastil istana dan berjalan melewati ruangan rumah yang luas.

Sebuah permadani terhampar di lantai ruangan rumah, mereka bertiga lalu masuk menuju sebuah ruangan utama yang merupakan ruangan untuk menerima tamu.

"Maaf, aku tidak tahu jika guru dari sekolah tari balet Aneisha Mihai akan berkunjung ke rumah untuk melakukan latihan tari dan tidak seorangpun dari pihak sekolah yang memberitahukan padaku !?", ucap wanita bermata biru itu.

"Tidak apa-apa, nyonya besar, ini juga hanya latihan kecil setelah libur musim semi berakhir dan pihak sekolah berniat untuk mengunjungi setiap murid sebagai awal masuk sekolah kembali", ucap Nenek Amarise tersenyum.

"Maaf Bu Amarise, sepertinya ini hal baru dari sekolah sebab selama puteriku bersekolah balet, aku tidak pernah melihat guru-guru dari sekolah untuk berkunjung ke rumah siswa, apakah ini peraturan baru ?", ucap mama dari Aneisha Mihai.

"Ini adalah program terbaru dari kurikulum sekolah balet, setiap murid berbakat akan mendapatkan perhatian khusus dari sekolah untuk mendapatkan bimbingan ekstra agar sebelum mereka masuk sekolah balet kembali, para siswa berbakat memilliki persiapan lebih sebelum menyambut ajaran baru", ucap Nenek Amarise mencoba meyakinkan wanita bermata biru indah itu.

"Sebuah kehormatan besar bagi kami semua atas perhatian pihak sekolah dan anda khususnya, Bu Guru Amarise ! Aku sangat senang sekali jika puteriku menjadi salah satu siswa berbakat, aku sebagai ibunya sangat bangga mendengarnya ! Terimakasih !", ucap mama dari Aneisha Mihai seraya menjabat erat tangan Nenek Amarise.

"Tentu saja nyonya besar, aku sebagai gurunya juga sangat bangga melihat kemajuan Aneisha Mihai dalam menari balet !", ucap Nenek Amarise.

"Aku tidak menyangka jika anakku memiliki bakat tari yang luar biasa, ini sungguh suatu mukjizat besar yang diberikan Tuhan padaku !", ucap mama dari Aneisha Mihai gembira.

"Benar nyonya besar, ini adalah anugerah Tuhan pada kami semua selaku pihak sekolah balet karena memiliki murid berbakat seperti Aneisha Mihai !", ucap Nenek Amarise.

"Mari ! Mari duduk, bu guru ! Maaf, maaf telah membuatmu berdiri lama !", ucap mama dari Aneisha Mihai.

***

Wanita bermata biru itu lalu menolehkan kepalanya kearah Aneisha Mihai dan memberi isyarat padanya untuk pergi dari ruangan tesebut sambil berkata padanya.

"Aneisha Mihai, apakah kamu dapat memberitahukan kepada Bibi Dolores bahwa kita kedatangan tamu hari ini, sayangku ?", ucap wanita bermata biru itu seraya tersenyum lembut.

"Oh..., iya mama, aku akan memberitahukan kepada Bibi Dolores, maaf, aku hampir melupakannya", ucap Aneisha Mihai buru-buru.

"Cepatlah sayangku, pergilah segera ke Bibi Dolores, nak !", ucap wanita biru itu sambil melambaikan tangannya.

"Tidak perlu repot-repot, nyonya besar !", ucap Nenek Amarise.

"Oh tidak, bu guru, tidaklah merepotkan kami untuk menjamu tamu terhormat seperti anda yang bersedia meluangkan waktunya untuk melatih puteriku secara privat. Ini sebuah kehormatan besar, Bu Guru Amarise !", ucap wanita bermata biru itu.

Tampak sekali wanita yang merupakan mama dari Aneisha Mihai sangat senang sekali dengan mengetahui bahwa puterinya memiliki bakat besar dalam tari balet.

Selama ini dia hanya melihat Aneisha Mihai sebagai siswa biasa dari sekolah balet tanpa prestasi yang unggul.

"Sebenarnya aku sangat mengkhawatirkan anakku, ia tidak memiliki kemampuan apapun dalam hidupnya saat mendengar jika ia berbakat dalam tari balet, itu membuatku sangat bangga sekali, Bu Amarise !", ucap wanita bermata biru indah itu setelah melihat Aneisha Mihai pergi dari ruangan utama rumah.

"Apakah anda senang mendengarnya nyonya besar ?", tanya Nenek Amarise.

"Oh, tentu saja, Bu Guru Amarise, hal tersebut adalah berita yang sangat menggembirakan buatku bahwa puteriku dapat diunggulkan sekarang", ucap mama dari Aneisha Mihai.

"Diunggulkan ? Apakah mimpi anda sebagai ibunya hanya melihat puterimu unggul ?", tanya Nenek Amarise sambil mengangkat alisnya ke atas.

"Bukan, bukan seperti itu, aku hanya merasa kasihan saja pada puteriku, bu guru, selama ini ayahnya tidak terlalu memperhatikan Aneisha Mihai karena ia seorang anak perempuan...", ucap wanita bermata biru itu menundukkan kepalanya sambil mengusap kedua tangannya.

Nenek Amarise lalu menyentuh kedua tangan wanita berparas jelita itu kemudian menatapnya teduh.

Dia terdiam seraya tersenyum lembut kepada wanita yang merupakan mama dari Aneisha Mihai.

"Apakah karena alasan itu kamu mengirimnya ke sekolah balet, nyonya besar agar puterimu memiliki keahlian yang khusus ataukah ada alasan lainnya dari anda memasukkannya ke sekolah balet ?", ucap Nenek Amarise.

"Suamiku menginginkan seorang anak laki-laki sedangkan aku tidak dapat memenuhinya, pria itu selalu menyindirku akan ketidakberdayaanku sebagai perempuan yang tidak bisa memberinya keturunan seorang putera padanya", ucap mama dari Aneisha Mihai.

"Adakah alasan lainnya, nyonya besar ?", tanya Nenek Amarise.

"Aku memasukkannya ke sekolah balet supaya Aneisha Mihai memiliki kepribadian yang kuat dan jiwa yang hebat, aku memiliki kastil istana ini serta perkebunan juga pabrik sepatu balet tetapi pabrik itu akan tutup dan jika Aneisha Mihai dapat berhasil dalam sekolah baletnya, aku berharap puteriku itu mampu menyelamatkan pabrik peninggalan kakekku", ucap mama dari Aneisha Mihai.

"Apa yang menjadi ganjalan dalam hatimu nyonya besar ?", ucap Nenek Amarise.

"Aku takut jika suamiku akan menikah lagi karena ia menginginkan seorang putera !?", ucap wanita bermata biru itu setengah terpekik menahan air matanya yang akan tumpah dari kedua matanya.

"Hmm...!?", desah Nenek Amarise.

Nenek Amarise hanya memandangi wanita bermata biru itu dengan tatapan sendu dan penuh tatapan prihatin.

Dia melihat seorang wanita tanpa kemampuan dan lemah meski wanita itu memiliki segudang keberkahan dan kekayaan dari Tuhan yang tidak pernah habisnya tetapi wanita berparas jelita itu hanyalah wanita lemah di mata Nenek Amarise.

Wanita yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan dan hanya bisa menerima hidupnya mengalir datar seperti itu, tanpa perlawanan atupun tanpa mampu menghadapinya dengan hati yang kuat.

"Ternyata penderitaan Aneisha Mihai disebabkan lemahnya mamanya yang tidak berani untuk bersikap tegas selama ini kepada suaminya dan karena ketakutannya akan kehilangan suaminya sehingga ia tidak berdaya dan hal itulah sumber yang menyebabkan hidup Aneisha Mihai, putrinya seperti di neraka..., penuh siksaan yang tak terperikan hingga akhir hayat Aneisha Mihai..., dan membuat roh gadis cantik itu harus menyimpan dendam yang besar...tetapi atas kemurahanTuhanlah, Aneisha Mihai dapat kembali hidup dan bereinkarnasi..., ini memang bukan kesalahan wanita berparas jelita itu karena ia tidak tahu bagaimana puterinya menjalani kehidupannya selama lima tahun itu sejak kematiannya...", ucap Nenek Amarise sang malaikat pelindung dari Aneisha Mihai dalam hatinya, nenek bergaun merah itu hanya memejamkan kedua matanya dan turut ikut merasakan kepedihan yang dirasakan oleh keluarga itu.

Episodes
1 Bab 1 Penderitaan Tiada Tara
2 Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu
3 Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku
4 Bab 4 Sepatu Balet Merah Milikku
5 Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama
6 Bab 6 Cinta Sang Malaikat Pelindung
7 Bab 7 Tarian Swan Lake
8 Bab 8 Latihan Aneisha Mihai Telah Di mulai
9 Bab 9 Wanita Jahat Datang
10 Bab 10 Mantera Itu Terpatahkan
11 Bab 11 Kemenangan
12 Bab 12 Siapa Gerangan Pria Tampan itu
13 Bab 13 Sebuah Keputusan Yang Sulit
14 Bab 14 Kelas Balet Telah Di Mulai
15 Bab 15 Sang Danseur
16 Bab 16 Sahabat Baru Itu adalah Zaina Ann
17 Bab 17 Kepala Sekolah Balet
18 Bab 18 Pulang
19 Bab 19 PARIS
20 Bab 20 Les Bourgeois
21 Bab 21 Mencari Petunjuk
22 Bab 22 La Sylphide
23 Bab 23 Apa Yang Terjadi
24 Bab 24 Namanya Beaufort Abellard
25 Bab 25 Opera Palais Garnier
26 Bab 26 Tema Audisi Film
27 Bab 27 Misteri Dua Bocah Kembar
28 Bab 28 Kepala Manekin
29 Bab 29 Manekin yang hidup
30 Bab 30 Terkuaknya Misteri Balerina Assoluta
31 Bab 31 Kisah Dua Bocah Kembar Yang Terpisahkan
32 Bab 32 Dimulainya Audisi Film
33 Bab 33 Kemenangan Sang Danseur
34 Bab 34 Ke Kota Ars-en-Rè
35 Bab 35 Mencari Saudara Kembar
36 Bab 36 Menyusun Rencana
37 Bab 37 Pertemuan Itu
38 Bab 38 Saatnya Berpisah
39 Bab 39 Roh Hantu Kepala
40 Bab 40 Pembicaraan Sederhana
41 Bab 41 Dendam Membara
42 Bab 42 KESYEA
43 Bab 43 Kisah Yang Sebenarnya
44 Bab 44 Pertemuan Kembali
45 Bab 45 Spartacus Pas De Deux
46 Bab 46 BERKUNJUNG
47 Bab 47 Kabar Tentang Kedatangannya
48 Bab 48 Di Koridor Sekolah Balet
49 Bab 49 Pergi Terbang Tinggi
50 Bab 50 Valeska
51 Bab 51 Rahasia Yang Menyeramkan
52 Bab 52 Pengadilan Neraka
53 Bab 53 MUSIM HUJAN
54 Bab 54 Menyambut Festival
55 Bab 55 Penolakan Semua Siswa penghuni Sekolah Balet
56 Bab 56 Perseteruan Terjadi
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Penderitaan Tiada Tara
2
Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu
3
Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku
4
Bab 4 Sepatu Balet Merah Milikku
5
Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama
6
Bab 6 Cinta Sang Malaikat Pelindung
7
Bab 7 Tarian Swan Lake
8
Bab 8 Latihan Aneisha Mihai Telah Di mulai
9
Bab 9 Wanita Jahat Datang
10
Bab 10 Mantera Itu Terpatahkan
11
Bab 11 Kemenangan
12
Bab 12 Siapa Gerangan Pria Tampan itu
13
Bab 13 Sebuah Keputusan Yang Sulit
14
Bab 14 Kelas Balet Telah Di Mulai
15
Bab 15 Sang Danseur
16
Bab 16 Sahabat Baru Itu adalah Zaina Ann
17
Bab 17 Kepala Sekolah Balet
18
Bab 18 Pulang
19
Bab 19 PARIS
20
Bab 20 Les Bourgeois
21
Bab 21 Mencari Petunjuk
22
Bab 22 La Sylphide
23
Bab 23 Apa Yang Terjadi
24
Bab 24 Namanya Beaufort Abellard
25
Bab 25 Opera Palais Garnier
26
Bab 26 Tema Audisi Film
27
Bab 27 Misteri Dua Bocah Kembar
28
Bab 28 Kepala Manekin
29
Bab 29 Manekin yang hidup
30
Bab 30 Terkuaknya Misteri Balerina Assoluta
31
Bab 31 Kisah Dua Bocah Kembar Yang Terpisahkan
32
Bab 32 Dimulainya Audisi Film
33
Bab 33 Kemenangan Sang Danseur
34
Bab 34 Ke Kota Ars-en-Rè
35
Bab 35 Mencari Saudara Kembar
36
Bab 36 Menyusun Rencana
37
Bab 37 Pertemuan Itu
38
Bab 38 Saatnya Berpisah
39
Bab 39 Roh Hantu Kepala
40
Bab 40 Pembicaraan Sederhana
41
Bab 41 Dendam Membara
42
Bab 42 KESYEA
43
Bab 43 Kisah Yang Sebenarnya
44
Bab 44 Pertemuan Kembali
45
Bab 45 Spartacus Pas De Deux
46
Bab 46 BERKUNJUNG
47
Bab 47 Kabar Tentang Kedatangannya
48
Bab 48 Di Koridor Sekolah Balet
49
Bab 49 Pergi Terbang Tinggi
50
Bab 50 Valeska
51
Bab 51 Rahasia Yang Menyeramkan
52
Bab 52 Pengadilan Neraka
53
Bab 53 MUSIM HUJAN
54
Bab 54 Menyambut Festival
55
Bab 55 Penolakan Semua Siswa penghuni Sekolah Balet
56
Bab 56 Perseteruan Terjadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!