Aneisha Mihai berdiri terpaku di tengah ruangan latihan yang luas itu tanpa bersuara.
Berdiri diam menatap lurus kearah kaca berukuran besar yang ada di hadapannya, memantulkan gambaran tubuhnya yang terbalut leotard balet dengan sepasang pointe shoes berwarna merah di kedua kakinya yang jenjang indah.
Lama terdiam tanpa ekspresi di wajah, menampilkan perasaan yang sebenarnya di dalam hati Aneisha Mihai.
Suara musik mulai terdengar mengalun merdu di sepanjang lantai tari.
Perlahan-lahan Aneisha Mihai menggerakkan kedua tangannya serta kepalanya yang tersanggul rapi.
Ia melakukan pembukaan awal Tari Swan Lake dengan gerakan plie dan menggerakkan kedua kakinya, berjinjit dan menari di sepanjang lantai tari.
Aneisha Mihai menari penuh penghayatan dan lemah gemulai, mengikuti irama lagu yang mendayu-dayu.
Lagu berirama kuat bagian alegro mengiringi setiap gerakan tarian balet Aneisha Mihai, dengan urutan dan tangga nada menurun dimainkan oleh orkestra, dengan timpani dan simbal.
Musik memodulasi, dan petikan tiup kayu yang pendek dan tenang kemudian diselingi dengan petikan tiup kayu yang pendek dan tenang kemudian diselingi dengan petikan orkestra dengan ritme titik-titik, menciptakan efek dinamis bertingkat.
Menari solo dalam karakter Odette dan Odille tidaklah mudah, ia harus berubah menjadi dua karakter yang berbeda.
Menghayati peran Odette saat menjadi angsa yang bersedih di tengah danau angsa yang dingin.
Menarikan tarian balet yang penuh ekspresi kesedihan yang mendalam.
Bergerak dinamis yang memerlukan tenaga dan menggerakkan seluruh bagian tubuh yang sudah lama tidak dilakukan oleh Aneisha Mihai selama lima tahun, bukanlah hal yang mudah untuknya.
Dia sedikit kaku saat menarikan tarian balet Swan Lake, ia sering melakukan kesalahan dalam membawakan tariannya.
Tarian balet Aneisha Mihai sedikit patah-patah dan hal itu membuat tariannya tidak indah tetapi ia berusaha tetap tenang dengan menjaga konsentrasinya dalam menari Tarian Swan Lake.
***
Tiba saatnya Aneisha Mihai melakukan gerakan fouettes untuk tarian balet berjudul Swan Lake.
Satu putaran dapat ia lakukan dengan baik tanpa ada kesalahan sedikitpun dan saat ia melakukan putaran kedua, ia masih stabil dalam gerakan fouettes.
Lima gerakan berputar yang dilakukan Aneisha Mihai berhasil dengan sempurna dan ia lewati tanpa kesalahan.
Gadis muda itu masih dapat menjaga konsentrasinya, ia mengangkat dagunya dengan anggun ketika melakukan fouettes sebanyak lima kali dalam tarian balet dengan iringan musik Tchaikovsky-Swan Lake.
"Satu..., dua..., tiga...", ia menghitungnya dalam hati dan melakukan gerakan berputar lagi.
Putaran keenam..., putaran ketujuh..., putaran delapan..., ia berhasil melewati gerakan fouettes dengan selamat.
Nenek Amarise melihat tarian balet Aneisha Mihai dari kejauhan dengan ekspresi wajah yang sangat serius.
Dia memperhatikan setiap gerakan tarian Aneisha tanpa berkedip sedikitpun, ia berdiri tegak dengan kedua tangan menopang diatas payung berenda miliknya.
Aneisha Mihai melakukan putaran ke sembilan..., sepuluh..., dan saat putaran kesebelas ia mulai goyah.
Keringat membasahi seluruh tubuh Aneisha Mihai saat ia berputar cepat.
Nenek Amarise yang mengetahui kegoyahan hati Aneisha Mihai dengan sigap memberi semangat kepada gadis cantik itu.
"Tetap berkonsentrasi Aneisha Mihai !!! Konsentrasi !!! Gerakan ini adalah kunci utama dalam tarian ini nak !!! Semangatlah !!!", teriak Nenek Amarise memberi semangat pada Aneisha Mihai.
Aneisha Mihai yang mulai goyah ketika mendengar teriakan semangat dari Nenek Amarise kembali bersemangat.
Dia melakukan gerakan fouettes sebelas kali dengan baik, ia berusaha menjaga konsentrasi penuh untuk melakukan gerakan kedua belas..., ketiga belas..., dan ia berhasil melewati gerakan tersulit dalam balet.
"Iyaahhh..., itu baru benar nak ! Bagus ! Tetap semangat nak !", teriak Nenek Amarise.
Akhirnya Aneisha Mihai berhasil melakukan gerakan fouettes sebanyak 32 kali.
Latihan balet yang sangat berat untuknya setelah lima tahun tidak menari balet lagi akibat larangan dari ibu tirinya yang kejam.
"Aku berhasil melakukan gerakan fouettes sebanyak 32 kali !? Aku berhasil ! Aku sukses melakukannya !", ucap Aneisha Mihai tak percaya saat ia melakukan gerakan fouettes ke-32 kali.
"Kamu berhasil Aneisha Mihai...", ucap nenek sambil menyunggingkan senyumannya.
Aneisha Mihai lalu jatuh ambruk ke lantai setelah selesai melakukan fouetttes terakhir, ia terjatuh tak sadarkan diri dengan tubuh bersimbah keringat.
Dia pingsan dengan air mata berlinang dari sudut matanya, ia bahagia dapat menyelesaikan tariannya dengan baik.
"Aneisha Mihai !", teriak Nenek Amarise sambil berlari kearah gadis muda itu yang jatuh pingsan.
Nenek Amarise berubah wujud menjadi malaikat dengan kedua sayap yang terentang lebar dan mengepak kuat.
"Aneisha Mihai ! Bertahanlah nak !", ucap malaikat pelindung itu.
Dia mengangkat tubuh Aneisha Mihai dan terbang melesat, tiba-tiba seluruh ruangan latihan tari balet berubah kembali menjadi semula seperti wujud asalnya yaitu sebuah kamar tamu yang luas.
Sosok bersayap itu membaringkan tubuh gadis muda itu diatas tempat tidur berukuran besar kemudian menyelimutinya dengan selimut tebal.
"Dia jatuh pingsan, memang ini tidaklah mudah untuknya. Mungkin aku terlalu keras melatihnya !?", ucap malaikat pelindung sedikit menyesal.
Malaikat pelindung itu lalu meletakkan tangannya keatas kepala Aneisha Mihai yang jatuh pingsan.
Sebuah cahaya terang berwarna biru keluar memancar dari tangan malaikat pelindung bernama Amarise.
Seluruh tubuh Aneisha Mihai berubah menjadi hangat, wajahnya yang pucat kembali normal seperti biasanya.
"Tok... ! Tok... ! Tok... !"
Tiba-tiba suara pintu kamar tamu diketuk sebanyak tiga kali dari arah luar kamar, membuat sang malaikat pelindung agak terkejut ketika mendengarnya.
Dia mengubah wujudnya kembali menjadi Nenek Amarise yang bergaun merah dengan topi berwarna merah yang menghias kepalanya dan renda tipis menutupi sebagian wajahnya.
"Nona Aneisha Mihai, aku membawakan minuman yang nona pesan tadi", ucap seorang wanita dari balik pintu kamar tamu.
"Baiklah, tunggu sebentar, aku akan membukakan pintu", ucap Nenek Amarise dengan mengubah suaranya menjadi mirip Aneisha Mihai.
"Iya nona, aku akan menunggunya di depan pintu", jawab wanita muda itu.
Nenek Amarise berjalan menghampiri pintu kamar tamu dan tidak lupa untuk mengubah wujudnya menjadi sosok Aneisha Mihai yang cantik dan muda.
"KRIEEET...", terdengar suara pintu kamar dibuka dari dalam.
Muncul Aneisha Mihai yang tersenyum manis pada wanita muda di hadapannya dengan membawa sebuah nampan berisi botol minuman air putih yang terbuat dari gelas di tangannya.
Aneisha Mihai buru-buru mengambil nampan tersebut dari tangan Mariana dengan cepat lalu tersenyum simpul.
"Mmm..., terimakasih telah membawakan minuman ini sayang, kamu boleh kembali untuk beristirahat nak...", ucap samaran Aneisha Mihai.
"Iya nona, sama-sama, aku akan kembali ke dapur untuk mempersiapkan makan malam nanti, kalau begitu aku mohon pamit, nona", ucap Mariana.
"Iya, iya, iya, silahkan, aku dapat mengatasi keadaan disini nak, pergilah, ayo pergilah !", ucap nenek yang menyamar menjadi Aneisha Mihai.
"B-baik nona !? Aku mohon diri, semoga hari nona menyenangkan !? Selamat ulang tahun nona", ucap Mariana.
"Ucapkan saja pada orangnya sendiri nanti, jangan sekarang, saat makan malam saja, kamu mengerti !?", ucap nenek yang menjadi Aneisha Mihai.
"Iya nona, aku mengerti...???", jawab Mariana.
"Baiklah, aku mau beristirahat dahulu dan aku ucapkan sekali lagi atas minumannya, daaahhh !", ucap samaran Aneisha Mihai lalu menutup pintu kamar dan menguncinya rapat-rapat.
Mariana yang berdiri tepat di depan pintu kamar menjadi terkejut saat gadis muda itu dengan tergesa-gesa menutup pintu kamar tamu tanpa menyuruhnya masuk untuk membantu nona muda yang merupakan majikannya.
Dia berdiri lama di depan pintu kamar tersebut dengan memiringkan kepalanya kearah samping kanan dan kiri.
"Ucapan nona muda tidak seperti biasanya !? Tidak pernah aku mendengar Nona Aneisha Mihai memanggilku sayang !?", ucap Mariana seraya mengerutkan alisnya.
Sekali lagi wanita muda dengan seragam pelayan berwarna putih kotak-kotak itu terheran-heran, ia masih berdiri diam di depan pintu kamar bergeming.
Dia tampak berkali-kali mengusap dagunya pelan dan masih menatap heran kearah pintu kamar tersebut.
"Sebaiknya aku kembali saja ke dapur untuk membantu Bibi Dolores mempersiapkan masakan untuk makan malam nanti", ucap Mariana sambil memutar tubuhnya.
Wanita muda itu berjalan menjauh dari arah pintu kamar tamu, melangkah pergi meninggalkan kamar tamu.
Dalam benaknya masih penuh tanda tanya tentang perubahan yang terjadi pada Nona Aneisha Mihai yang mendadak manis dan peduli padanya.
"Nona tidak pernah memanggilku, nak dan tersenyum semanis madu seperti itu padaku atau pada pelayan rumah yang lainnya ?", ucap Mariana bergumam pelan.
Wanita muda itu berjalan pelan melewati jalan yang berhiaskan ubin marmer mewah menuju kearah dapur utama rumah.
Entah apa yang ada dipikiran pelayan wanita itu saat ia melihat Aneisha Mihai yang ia temui tadi di kamar tamu bertopi merah dengan renda tipis yang menutupi sebagian wajah.
Untungnya pelayan muda itu tidak jatuh pingsan ketakutan ketika melihat perubahan tersebut karena seperti itulah sosok malaikat pelindung milik Aneisha Mihai yang berpenampilan sedikit menyeramkan bagi yang melihatnya dan tidak biasa bertemu dengannya.
Apalagi jika malaikat pelindung itu berubah menjadi sosok nenek tua bergaun merah serta topi berwarna merah dengan renda tipis yang menutupi wajahnya, ditambah lagi sebuah payung tertutup berenda yang selalu dibawa oleh Nenek Amarise.
Sebuah penampilan yang sangat tidak lazim untuk seumuran nenek di zaman sekarang, memakai pakaian serta aksesoris yang semuanya berwarna merah hingga sepasang sepatu yang berwarna merah di kedua kaki Nenek Amarise, memang telihat cantik dan anggun tetapi agak menyeramkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments