Bab 18 Pulang

Aneisha Mihai memarkirkan mobilnya yang berwarna merah di halaman samping rumahnya yang sangat luas sekali.

Dia turun sembari menenteng tas di pundaknya, Bu Amarise yang telah mengganti pakaian leotard pelanginya dengan gaun merah yang biasa dikenakan, ikut turun dari dalam mobil.

"Kita masuk ke rumah dulu, Bu Amarise !", ucap Aneisha Mihai.

'Tidak, aku langsung ke halaman belakang saja di taman bunga seperti biasanya", jawab Bu Amarise.

"Tidakkah anda duduk dulu untuk mencicipi kue-kue manis buatan rumah dan meminum secangkir teh hasil kebun ?'', ucap Aneisha Mihai.

"Terimakasih, aku rasa lebih baik menunggu di taman saja, biar kita lebih cepat latihannya'', sahut Bu Amarise.

"Baiklah, aku akan masuk dulu untuk berganti pakaian dan mengambil beberapa kue manis untuk kita", ucap Aneisha Mihai.

"Aku rasa bukan ide buruk, menikmati makanan manis dan secaangkir teh seelum latihan balet, baiklah, aku akan menunggumu di taman", sahut Bu Amarise.

Wanita tua bergaun merah dan bertopi merah serta selalu memegang payung berenda di tangannya kemudian pergi menuju ke belakang rumah.

Aneisha mihai sendiri berjalan ke dalam rumahnya.

"Sayang, kamu sudah pulang ? Bagaimana sekolah baletmu ?", sapa seorang wanita bermata biru dari ruangan tengah.

''Mama... Bagaimana kabarmu hari ini ?'', ucap Aneisha Mihai sambil memeluknya.

''Kabarku baik,nak, ada apa ?", ucap mama.

''Tidak ma, aku hanya sangat merindukanmu dan aku berharap mama selalu dalam lindungan Tuhan dan baik-baik saja !?'', ucap Aneisha Mihai memeluk erat mamanya.

"Iya... Dan semoga kamu juga demikian, lalu bagaimana sekolah baletmu ? Apakah pelajaran telah dimulai seperti biasanya ?'', tanya mama.

Wanita bermata biru yang indah itu membelai rambut Aneisha Mihai dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang, sedangkan gadis muda nan jelita itu tampak bergelayut manja di dalam pelukan wanita itu.

Aneisha Mihai terlihat sangat senang sekali seraya tersenyum bahagia.

"Sekolah sudah beraktivitas seperti biasanya dan aku berkenalan beberapa murid baru di kelasku dan seorang murid yang berlainan kelas", ucap Aneisha Mihai.

"Oh iya !? Pasti kamu menyukainya, bukan !? Mendapatkan seorang teman baru di sekolah, karena liburan sekolah membuat kalian hanya berdiam diri saja di rumah dan mama rasa itu sangat membosankan buat kalian", jawab mama.

"Hmm..., iya..., tapi selama semuanya baik-baik saja aku rasa meski hanya tinggal di dalam rumah bukan masalah karena aku bisa melihat mama setiap hari dan itu sangat menyenangkan buatku", jawab Aneisha mihai.

"Mama rasa kamu harus segera membersihkan badanmu dan mengganti pakaianmu, karena badanmu tampak berkeringat dan kotor !?", ucap mama.

Wanita cantik itu memandangi Aneisha Mihai seraya memutar badan gadis muda itu.

Dia melihat pakaian Aneisha Mihai terlihat basah oleh keringat dan kotor berdebu.

"Cepatlah pergi ke kamarmu, sayang, dan segeralah membersihkan badanmu, jangan lupa untuk mengganti pakaianmu", ucap mama.

"Iya, ya, aku akan segera membersihkan badanku dan berpakaian yang bersih serta wangi agar mama betah bersamaku", ucap gadis muda itu.

Wanita bermata biru nan cantik jelita itu hanya tertawa saat mendengar ucapan Aneisha Mihai yang pergi berlarian menaiki anak-anak tangga menuju lantai atas, tempat kamar tidurnya berada.

***

Aneisha Mihai segera pergi ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan cepat.

Dia lalu mengganti pakaiannya dengan gaun pendeknya bermotif mawar berwarna biru langit.

Tidak lupa membawa sepatu merah pemberian nenek.

"Aku akan memakai sepatu balet berwarna merah ini saja untuk latihan balet, tapi apakah aku langsung memakainya atau membawanya saja !?", ucap gadis muda itu.

Dia memasukkan sepatu itu ke dalam sebuah kantung kain kemudian berjalan hendak pegi.

Mendadak ia menghentikan langkah kakinya saat melewati cermin yang terpasang di meja konsol.

''Mmm, sebaiknya aku merias wajahku sebelum berlatih balet, karena akan tampak segar dan tidak pucat", ucap Aneisha Mihai.

Gadis muda berparas jelita itu lalu mulai merias wajahnya yang putih bersih bagai porselen, ia membubuhkan beberapa kosmetik pada wajahnya.

Tidak lupa ia mengoleskan lipstik warna peach salem, favoritnya dan membuat warna bibirnya segar serta mengkilat, ia juga memakai pemerah pipi.

''Hmm... !? Aku rasa ini sudah cukup dan membuatku terlihat lebih segar, tidak pucat lagi'', ucap Aneisha Mihai.

Dia tersenyum-senyum sendiri sambil bercermin lama, tanpa sengaja tangannya menyenggol kotak kecil yang tergeletak di atas meja.

Pandangan Aneisha Mihai langsung teralihkan dan ia meraih kotak kecil itu lalu membukanya.

"Oh iya, bukankah ini adalah sepasang anting-anting pemberian nenek padaku, aku akan memakainya", ucap Aneisha Mihai.

Dia lalu menghentikan niatnya dan memandang lama ke arah anting-anting itu.

"Tapi Bu Amarise pernah berpesan untuk memakainya jika penting saja !? Hmm..., tapi ini sungguh membuatku penasaran sekali dan ingin mencobanya !?", ucap Aneisha Mihai.

Dia memasangkan anting-anting berlian itu pada kedua telinganya kemudian mematut di depan cermin sambil tersenyum-senyum.

"Anting-anting ini sangat cantik sekali, apalagi jika terkena sinar tampak semakin berkilaun indah sekali", ucap Aneisha Mihai.

Gadis muda berparas jelita itu segera pergi dari kamarnya dan berjalan keluar.

Di tangan gadis itu tampak ia sedang membawa sebuah nampan keramik yang berisi penuh sepoci teh dan cangkir, ia juga membawa beberapa potong kue-kue manis yang lezat di atas nampan tersebut.

Aneisha Mihai berjalan cepat menuju ke halaman belakang rumahnya yang ditumbuhi beberapa tanaman bunga segar yang mekar.

***

Seorang wanita bergaun merah tampak duduk di sebuah bangku yang terletak di taman sambil berbicara pada burung-burung kenari yang terbang rendah dan seekor burung kenari yang hinggap di tangannya.

"Apa kalian menyukai kenari-kenari yang aku berikan pada kalian ? Aku memang sengaja membawanya dari tempat asal kalian di Kepulauan Canary yang jauh dari sini, apa kalian suka ?", ucap wanita tua itu.

"Cuit... Cuit... Cuit... Cuiiit... !!!", kicau burung-burung kenari itu sambil mengepakkan sayap-sayap mereka.

"Syukurlah ! Kalau kalian senang dan menyukainya, teman ! Kapan-kapan aku akan membawakan lagi, kenari-kenari itu untuk kalian !", ucap nenek atau Bu Amarise.

Wanita tua itu tampak sangat senang sekali saat burung-burung kenari itu terbang mengitarinya, ia sangat menikmati pembicaraan di antara mereka.

Aneisha Mihai yang melihat itu hanya menyunggingkan senyumnya dan berjalan hati-hati agar tidak mengejutkan mereka.

"Hai, nak, kamu sudah datang rupanya", ucap wanita itu.

Kedatangan Aneisha Mihai membuat burung-burung disekitar wanita tua itu terkejut lalu berhamburan terbang ke atas dan mereka terbang pergi meninggalkan kedua perempuan itu.

Wanita tua hanya tersenyum dengan tatapan teduhnya ketika melihat Aneisha Mihai datang.

"Maaf, telah membuatmu menunggu lama, bu, karena tadi aku pergi untuk membersihkan tubuhku sebelum datang kesini sebab mamaku menyuruhku untuk itu, ketika ia melihatku berantakan dan berkeringat serta agak bau !?", sahut Aneisha Mihai.

"Tidak apa-apa, nak, tapi apa yang kamu bawa itu ? Banyak sekali !?", ucap Bu Amarise.

Wanita bergaun merah itu melihat ke arah kedua tangan gadis muda itu yang membawa nampan dan sekantung kain yang digantungkan di lengannya.

Penuh sekali, sangat penuh, dan itu membuat gadis muda itu tampak sibuk ketika membawa semua barang-barang itu di tangannya.

"Wow ! Kamu terlihat sangat sibuk sekali, nak ! Bagaimana caranya anda membawa semua barang-barang tersebut di tanganmu seperti itu !?", ucap Bu Amarise.

Wanita tua itu lalu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Aneisha Mihai kemudian mengambil nampan yang ada di tangan gadis muda itu.

Dia lalu meletakkan nampan tersebut ke atas bangku kosong yang ada disebelah bangku yang ia duduki tadi.

"Seharusnya kamu tidak perlu serepot ini, nak, tapi aku juga sangat berterimakasih atas kepedulianmu ini yang telah membawakan aku makanan manis nan lezat ini serta sepoci teh panas untukku", ucap Bu Amarise seraya tersenyum.

"Ini tidak merepotkan buatku, aku senang melakukannya dan menjamu tamuku saat berkunjung ke rumahku", sahut Aneisha Mihai membalas senyuman nenek.

"Oh Iya !? Kalau begitu sering-seringlah menjamuku setiap hari karena aku adalah malaikat pelindungmu yang selalu bersamamu setiap hari, maka kamu harus menyiapkan makanan lezat ini setiap saat, nak", ucap nenek bergaun merah itu.

"Tentu saja, aku pasti akan menjamu anda setiap hari dan membuat tubuh anda menjadi agak gemukan karena kue-kue manis itu", jawab Aneisha Mihai.

Tampak kedua perempuan berbeda usia itu duduk manis sambil menyaksikan pemandangan yang ada di taman itu, dan mereka menikmati kue manis.

Mereka berdua terlihat sangat santai sekali saat memakan hidangan kue lezat itu, dengan memegang secangkir teh panas lalu meminumnya.

"Sepertinya kita harus menunda latihan balet kita sebentar, nak, karena aku ingin menghabiskan kue-kue manis yang lezat ini dahulu sebelum kita memulai latihan", ucap Bu Amarise seraya menyeruput secangkir teh di tangannya.

"Ha... Ha... Ha... Tidak apa-apa, Bu Amarise, bukan masalah buatku karena aku juga ingin menghabiskan kue-kue ini sebelum latihan balet dimulai !", ucap Aneisha Mihai tertawa.

"He... He... He... Jangan menyindirku seperti itu, tidak baik !", sahut Bu Amarise terkekeh.

Mereka tertawa bersama penuh ceria sambil menikmati hidangan tersebut dan memandangi taman yang sangat menawan itu.

"Tarian balet yang di tugaskan oleh guru balet laki-lakiku benar-benar sangat berat dan sulit sekali !?", ucap Aneisha Mihai.

"Tarian balet Les Bourgeois itu ?", tanya Bu Amarise.

"Benar, tarian balet itu sulit sekali meski guru baletku mengajarkannya berkali-kali dan mengulanginya, aku tidak mampu untuk mengingatnya ataupun menarikannya, sangat rumit dan susah", ucap Aneisha Mihai seraya meletakkan cangkir di tangannya diatas nampan.

"Mm... Baiklah kita mulai saja latihannya sekarang dan jangan menundanya lagi karena memang benar jika tarian itu sangat susah, tapi indah", ucap Bu Amarise.

Dia lalu menghabiskan minuman tehnya dan berdiri dari bangku taman.

Bu Amarise menatap Aneisha Mihai kemudian berjalan ke arah tengah halaman dan berdiri memangkukan kedua telapak tangannya di atas payung berenda.

"Ayo, kita segera latihan balet dan menarikannya dengan baik, nak !", ucap Bu Amarise.

"Baik, bu, aku siap untuk berlatih", jawab Aneisha Mihai dan menganggukkan kepalanya.

"Apa kamu sudah siap, Aneisha Mihai ?", tanya Bu Amarise.

"Tentu bu, aku sudah siap, mari kita memulai latihan balet", ucap Aneisha Mihai.

Kilauan cahaya berpendar dari arah kedua telinga Aneisha Mihai dan menyilaukan mata Bu Amarise.

Wanita tua itu menatap lurus ke arah tersebut dan berjalan menghampiri gadis itu.

"Sebentar, apakah yang kamu kenakan, nak ?", tanya Bu Amarise.

"Eh... Aku memakai anting-anting pemberian anda, bu !? Kenapa ?", ucap Aneisha Mihai.

"Jangan digosok Aneisha Mihai !", ucap Bu Amarise keras.

"Apa ?", ucap Aneisha Mihai bingung.

"Aneisha Mihai !!!", teriak Bu Amarise.

Terlambat, gadis muda itu terlanjur mengusap kedua anting-anting berlian itu dengan jarinya.

Secercah cahaya biru langit muncul dari kedua anting-anting berlian itu, Bu Amarise berlari cepat ke arah Aneisha Mihai.

Dia meraih tangan gadis muda itu, dan menggenggamnya erat-erat. Tiba-tiba keduanya menghilang dari taman bunga bersamaan hilangnya cahaya biru itu.

***

Beberapa saat kemudian setelah cahaya biru langit yang bercahaya terang benderang itu menghilang dari taman bunga.

Suasana di halaman belakang rumah mendadak lenggang dan sunyi sepeninggal kedua perempuan itu.

Sebuah taman bunga yang kini hanya berisi hiasan bunga-bunga segar yang mekar indahnya.

Taman bunga kesukaan Aneisha Mihai, dan yang merupakan tempat terfavorit gadis muda itu untuk berlatih tarian balet bersama nenek bergaun merah yang misterius.

Tempat yang menjadikan awal pertemuan kedua perempuan berbeda usia serta berlainan alam dunia yang kini menjadi akrab, tempat dimana Aneisha Mihai untuk pertama kalinya bertemu sang malaikat pelindung kesayangannya.

Terdengar samar kicau burung dari kejauhan, bahkan burung-burung kecil itu enggan menepi dan hinggap di halaman taman bunga setelah gadis muda itu pergi dari sana.

Meninggalkan sebuah nampan berisi piring-piring berukir dengan potongan sisa kue manis di atasnya, serta sepoci teh yang sudah dingin.

Episodes
1 Bab 1 Penderitaan Tiada Tara
2 Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu
3 Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku
4 Bab 4 Sepatu Balet Merah Milikku
5 Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama
6 Bab 6 Cinta Sang Malaikat Pelindung
7 Bab 7 Tarian Swan Lake
8 Bab 8 Latihan Aneisha Mihai Telah Di mulai
9 Bab 9 Wanita Jahat Datang
10 Bab 10 Mantera Itu Terpatahkan
11 Bab 11 Kemenangan
12 Bab 12 Siapa Gerangan Pria Tampan itu
13 Bab 13 Sebuah Keputusan Yang Sulit
14 Bab 14 Kelas Balet Telah Di Mulai
15 Bab 15 Sang Danseur
16 Bab 16 Sahabat Baru Itu adalah Zaina Ann
17 Bab 17 Kepala Sekolah Balet
18 Bab 18 Pulang
19 Bab 19 PARIS
20 Bab 20 Les Bourgeois
21 Bab 21 Mencari Petunjuk
22 Bab 22 La Sylphide
23 Bab 23 Apa Yang Terjadi
24 Bab 24 Namanya Beaufort Abellard
25 Bab 25 Opera Palais Garnier
26 Bab 26 Tema Audisi Film
27 Bab 27 Misteri Dua Bocah Kembar
28 Bab 28 Kepala Manekin
29 Bab 29 Manekin yang hidup
30 Bab 30 Terkuaknya Misteri Balerina Assoluta
31 Bab 31 Kisah Dua Bocah Kembar Yang Terpisahkan
32 Bab 32 Dimulainya Audisi Film
33 Bab 33 Kemenangan Sang Danseur
34 Bab 34 Ke Kota Ars-en-Rè
35 Bab 35 Mencari Saudara Kembar
36 Bab 36 Menyusun Rencana
37 Bab 37 Pertemuan Itu
38 Bab 38 Saatnya Berpisah
39 Bab 39 Roh Hantu Kepala
40 Bab 40 Pembicaraan Sederhana
41 Bab 41 Dendam Membara
42 Bab 42 KESYEA
43 Bab 43 Kisah Yang Sebenarnya
44 Bab 44 Pertemuan Kembali
45 Bab 45 Spartacus Pas De Deux
46 Bab 46 BERKUNJUNG
47 Bab 47 Kabar Tentang Kedatangannya
48 Bab 48 Di Koridor Sekolah Balet
49 Bab 49 Pergi Terbang Tinggi
50 Bab 50 Valeska
51 Bab 51 Rahasia Yang Menyeramkan
52 Bab 52 Pengadilan Neraka
53 Bab 53 MUSIM HUJAN
54 Bab 54 Menyambut Festival
55 Bab 55 Penolakan Semua Siswa penghuni Sekolah Balet
56 Bab 56 Perseteruan Terjadi
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Penderitaan Tiada Tara
2
Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu
3
Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku
4
Bab 4 Sepatu Balet Merah Milikku
5
Bab 5 Salam Kenal Untuk Mama
6
Bab 6 Cinta Sang Malaikat Pelindung
7
Bab 7 Tarian Swan Lake
8
Bab 8 Latihan Aneisha Mihai Telah Di mulai
9
Bab 9 Wanita Jahat Datang
10
Bab 10 Mantera Itu Terpatahkan
11
Bab 11 Kemenangan
12
Bab 12 Siapa Gerangan Pria Tampan itu
13
Bab 13 Sebuah Keputusan Yang Sulit
14
Bab 14 Kelas Balet Telah Di Mulai
15
Bab 15 Sang Danseur
16
Bab 16 Sahabat Baru Itu adalah Zaina Ann
17
Bab 17 Kepala Sekolah Balet
18
Bab 18 Pulang
19
Bab 19 PARIS
20
Bab 20 Les Bourgeois
21
Bab 21 Mencari Petunjuk
22
Bab 22 La Sylphide
23
Bab 23 Apa Yang Terjadi
24
Bab 24 Namanya Beaufort Abellard
25
Bab 25 Opera Palais Garnier
26
Bab 26 Tema Audisi Film
27
Bab 27 Misteri Dua Bocah Kembar
28
Bab 28 Kepala Manekin
29
Bab 29 Manekin yang hidup
30
Bab 30 Terkuaknya Misteri Balerina Assoluta
31
Bab 31 Kisah Dua Bocah Kembar Yang Terpisahkan
32
Bab 32 Dimulainya Audisi Film
33
Bab 33 Kemenangan Sang Danseur
34
Bab 34 Ke Kota Ars-en-Rè
35
Bab 35 Mencari Saudara Kembar
36
Bab 36 Menyusun Rencana
37
Bab 37 Pertemuan Itu
38
Bab 38 Saatnya Berpisah
39
Bab 39 Roh Hantu Kepala
40
Bab 40 Pembicaraan Sederhana
41
Bab 41 Dendam Membara
42
Bab 42 KESYEA
43
Bab 43 Kisah Yang Sebenarnya
44
Bab 44 Pertemuan Kembali
45
Bab 45 Spartacus Pas De Deux
46
Bab 46 BERKUNJUNG
47
Bab 47 Kabar Tentang Kedatangannya
48
Bab 48 Di Koridor Sekolah Balet
49
Bab 49 Pergi Terbang Tinggi
50
Bab 50 Valeska
51
Bab 51 Rahasia Yang Menyeramkan
52
Bab 52 Pengadilan Neraka
53
Bab 53 MUSIM HUJAN
54
Bab 54 Menyambut Festival
55
Bab 55 Penolakan Semua Siswa penghuni Sekolah Balet
56
Bab 56 Perseteruan Terjadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!