Semua pandangan mata mengarah kepada Aneisha Mihai yang berdiri tegang dengan mata memerah, ia berusaha untuk menahan amarahnya yang siap meledak saat gadis muda itu bertemu kembali dengan wanita muda yang menjadi ibu tirinya di kehidupan pertamanya.
Dia menggertakkan gerahamnya saat menatap wanita bernama Izebel itu, bulu kuduknya berdiri merinding saat ia mengingat semua siksaan demi siksaan yang terjadi saat itu.
"Aneisha Mihai...", ucap mama seraya berjalan menghampirinya.
"A-apa yang kamu katakan Mihai !!", bentak ayah marah.
"Aneisha Mihai sayangku...", ucap mama melembut.
"Aku dengan tegas menolak wanita itu tinggal di rumah ini ayah ! Aku tidak mengijinkannya !", ucap Aneisha Mihai dengan nada tinggi.
"Cukup Aneisha Mihai ! Kecemburuanmu tidak mendasar sama sekali, itu sangat tidak sopan, kamu berbicara demikian pada ayah !", bentak ayah.
"Karena itu tidak benar ayah ! Tindakanmu sangat keterlaluan ! Aku tidak menyukai wanita itu !", teriak Aneisha Mihai berontak.
"Mihai !!!!", bentak ayah dengan raut wajah merah padam.
"Aku tidak akan pernah menerima wanita itu untuk tinggal disini !", ucap Aneisha Mihai.
"Cukup Mihai !!! Cukup !!! Jaga ucapanmu !!!", ucap ayah marah.
Ayah mengangkat tangannya dan hendak memukul Aneisha Mihai yang berdiri di hadapannya dengan sikap marah menahan kebenciannya.
"Dasar anak perempuan tidak berguna ! Kurang ajar !!!", teriak ayah.
Nenek Amarise langsung bergerak cepat kearah depan Aneisha Mihai dan membuat ayah menahan tangannya yang melayang kearah gadis muda itu.
Pria itu menghentikan gerakan tangannya lalu menatap tajam kearah nenek bergaun merah dengan topi merah berenda tipis.
"Mihaiii....", geram ayah tertahan.
"Maaf tuan, tidak sepantasnya anda memukul seorang perempuan yang tidak bersalah, ini bukan kesalahannya sehingga ia melawan anda, tuan", ucap Nenek Amarise.
"Siapa kamu ?", ucap ayah kesal. "Siapa dia Dale ???"
Lelaki itu menoleh kearah wanita bermata biru yang tengah berdiri gemetaran melihat pertengkaran yang terjadi antara puterinya dan suaminya.
Wanita itu hanya diam bergeming tanpa berani mengucapkan apapun pada pria yang tengah menatapnya emosi.
"Nama saya Amarise tuan, saya guru tari balet Amarise", ucap nenek seraya menjulurkan tangannya kearah depan.
"Aku tidak bertanya padamu, aku bertanya pada isteriku", ucap ayah.
"Anda tadi bertanya maka saya menjawabnya, jika anda keberatan atas jawaban saya, itu adalah sebuah kesalahan karena saya tidak membiarkan seseorang menunggu jawaban dari saya", ucap Nenek Amarise.
"Apakah saya sedang bertanya nyonya ? Tidak bukan ? Saya sedang bertanya pada isteri saya !", ucap ayah dengan nada tinggi.
"Ayah ! Kenapa ayah berbicara sekeras itu pada nenek ?", ucap Aneisha Mihai.
"Diam Mihai ! Jangan pernah berbicara padaku !", bentak ayah marah.
"Ayah keterlaluan ! Untuk apa ayah membawa wanita ke rumah ini ! Apa ayah pikir kami akan menyetujuinya ? Tidak akan pernah !", ucap Aneisha Mihai melawan.
"Anak tidak tahu diri ! Diam kamu ! Inilah jika memiliki anak perempuan tidak berguna semacam kamu !", teriak ayah marah.
Ayah meraih tangan Aneisha Mihai lalu menariknya kasar, pria itu saling adu otot dengan gadis muda itu yang berusaha memberontak ketika pria itu menariknya keras.
Nenek Amarise berusaha membantu Aneisha Mihai dengan mencoba melepaskan genggaman tangan pria itu pada tangan gadis muda itu tetapi tenaganya kalah kuat sebagai seorang wanita tua.
"Sini kamu Mihai ! Dasar anak kurang ajar !", ucap ayah marah seraya menarik tangan Aneisha Mihai kasar.
"Aku tidak mau !!! Ayah jahat !!! Aku benci ayah !!!", jerit Mihai kesakitan saat pria yang ia panggil ayah mencengkeram tangannya keras.
"Mihaiii !!! Minta maaf pada Izebel !!!", teriak ayah.
"Aku tidak mau !! Wanita yang sangat memalukan dan tidak tahu diri seperti dia pantas untuk pergi dari sini !!!", teriak Aneisha Mihai marah dan menahan tubuhnya dengan kedua kakinya.
"Dasar anak kurang ajar !!!", bentak ayah seraya mendorong keras tubuh Aneisha Mihai ke lantai.
"Aneisha Mihai anakku !!!", jerit wanita bermata biru itu histeris.
***
Wanita berparas jelita itu berlari kearah Aneisha Mihai yang jatuh tersungkur ke lantai.
"Apa yang kamu lakukan ayah ???", teriak mama kecewa.
"Itu pantas ia dapatkan karena melawan orang tua, gadis tidak tahu diri itu tidak menghormati tamuku disini ! Apakah kamu tidak pernah mendidiknya Dale ? Bukankah kamu ibunya !?", ucap pria itu dengan tatapan dingin dan marah.
"Tenanglah, jangan bersikap seperti itu Abian Sayerz ! Dia puterimu, biarkan aku yang mengalah dan tinggal di penginapan, Abian !", ucap Izebel menghampiri ayah.
"Izebel...", ucap ayah melembut.
"Percayalah padaku Abian...!?", ucap Izebel sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Oh, Izebel !", suara pria itu tidak lagi terdengar penuh emosi dan merendah.
"Tidak Abian !", ucap wanita muda berkulit cokelat itu.
Izebel seolah-olah ingin menunjukkan pengaruhnya kepada ayah dan mencoba memperlihatkan bahwa dirinya sebagai pihak teraniaya.
Dia bersikap seperti seorang perempuan yang lemah dan tertindas di rumah ini, ia memainkan perannya dan bersandiwara dengan sangat sempurna.
Tidak terlihat jika dia adalah seorang wanita yang kejam dan berhati iblis, seorang penyihir hitam bertopeng.
Aneisha Mihai menggeram marah lalu menolehkan kepalanya kearah wanita muda bernama Izebel yang tengah memegangi lengan ayahnya.
"Sudahlah Abian Sayerz, aku akan pergi dari rumah ini, maaf telah mengganggu suasana di rumah ini", ucap Izebel.
"Izebel, maafkan atas kelancangan Aneisha Mihai padamu, maklumi ucapannya karena ia masih muda, aku mewakilinya untuk meminta maaf padamu", ucap ayah.
"Tidak perlu untuk meminta maaf, aku sangat memahaminya Abian, sebaiknya aku mencari penginapan seorang diri di kota ini !", ucap Izebel memelas.
"Tidak, tidak, tidak Izebel ! Aku akan mengantarkanmu mencari penginapan, kamu tidak tahu mana-mana dan masih asing di kota ini !", ucap ayah merasa bersalah pada wanita muda itu.
"Oh tidak perlu Abian, aku hanya memerlukan kendaraan untuk mengantarkanku mencari penginapan di kota ini", ucap Izebel sambil melirik Aneisha Mihai yang tengah menatapnya tajam.
"Tidak, aku akan mengantarkanmu !", ucap ayah.
"Tidak Abian, aku harus pergi dari tempat ini, aku tidak ingin berlama-lama di rumah ini !?", ucap Izebel.
"Izebel...", panggil pria itu tanpa memperdulikan keberadaan isterinya dan puterinya yang melihat mereka berdua saling peduli satu dengan lainnya.
"Ayaaahhh !!!", teriak Aneisha Mihai tercekat pilu sambil menitikkan air mata.
***
Suara gadis muda itu sangat keras ketika ia memanggil pria itu dan membuat lelaki yang dipanggilnya tiba-tiba terdiam tak bergerak.
Semua yang ada di ruangan depan di rumah besar itu diam bergeming, sepertinya waktu berhenti berputar.
Aneisha Mihai menoleh kearah nenek bergaun merah disampingnya yang tengah berdiri tegak menatap kearah pria dan wanita muda bernama Izebel.
"Eh...? Aku masih dapat bergerak ?", ucap Aneisha Mihai sembari membolak-balikkan tangannya.
"Waktu berhenti dengan sendirinya Nona Aneisha Mihai, coba kamu lihat kearah jam di dinding itu ! Tepat jam delapan belas !", ucap Nenek Amarise sambil menunjuk kearah jam yang tergantung di dinding ruangan rumahnya.
"Emm...?", gumam Aneisha Mihai.
Gadis muda nan cantik itu menengadahkan kepalanya kearah jam yang ditunjuk oleh Nenek Amarise.
Jarum jam menunjukkan waktu tepat pukul delapan belas dan berdentang sebanyak delapan belas kali.
Aneisha Mihai terperanjat kaget saat waktu kembali berputar pada pukul delapan belas malam, ia mengingat jika saat keluar dari kamar tamu jam di dalam kamar tersebut menunjukkan kedua jarum jam berada tepat di angka delapan belas, pada arah vertikal.
"Nona Aneisha Mihai, kamu telah berhasil ! Tarian Balet Swan Lake yang kamu tarikan tadi berhasil mematahkan mantera sihir pengasih dari wanita muda bernama Izebel, keluargamu terbebas dari mantera hitam milik wanita jahat itu, nona", ucap Nenek Amarise.
"B--benarkah ?", ucap Aneisha Mihai lalu melompat berdiri dari lantai ruangan rumahnya.
"Iya, coba nanti kamu lihat perubahan yang terjadi pada pukul delapan belas saat waktu kembali berputar, tunggulah sebentar !", ucap Nenek Amarise seraya menolehkan kepalanya kearah gadis muda itu.
"B--bagaimana ini bisa terjadi !? Aku tidak mempercayainya !?", ucap Aneisha Mihai tercengang.
"Percayalah, nak ! Ini kenyataan yang benar-benar terjadi dan ada, bukan mimpi ! Dan kamu alami sekarang ! Buka kedua matamu lebar-lebar, nak !", ucap Nenek Amarise.
"Oh Tuhanku !?", ucap Aneisha Mihai sambil menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya.
"Kita lihat sebentar lagi, apa yang akan terjadi nanti ? Dengarkan suara yang ada disekitarmu, nona ! Hayati dan dengarkan baik-baik !", ucap nenek.
"Eh...!?", gumam Aneisha Mihai.
"Jangan bergerak ! Dan lihatlah perubahan yang terjadi !", ucap Nenek Amarise sambil meletakkan jari telunjuknya berada tepat di depan bibirnya. "Sssstt...!!!"
Aneisha Mihai diam tak bergerak dan menahan nafasnya dalam-dalam, ia memperhatikan kearah sekelilingnya.
Terdengar suara detak jantung yang berbunyi pelan kemudian terdengar mulai cepat, semakin lama suaranya terus meningkat.
Dia melihat perlahan semua yang ada di dalam ruangan depan rumahnya bergerak pelan-pelan, semuanya berputar melingkar dan semakin cepat gerakannya.
"Oh, Tuhanku !? Ap--apa yang tengah aku lihat ini !? Ya Tuhanku !!! Ini benar-benar terjadi, mereka bergerak berputar seperti gerak jam di dinding ruangan ini !? Bantulah aku Tuhanku untuk tetap sadar !!!", ucap Aneisha Mihai dalam hatinya gemetaran.
"Tuhan ada, bukan tidak hadir secara nyata di kehidupan ini, hanya Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk hadir dalam kehidupan kita, nak ! Karena Tuhan tidak pernah menutup pintu Rahmat-Nya untuk kita !", ucap Nenek Amarise.
Aneisha Mihai melihat nenek bergaun merah itu tengah membuka payungnya lebar-lebar dan ia bergerak perlahan kearah Aneisha Mihai lalu membawanya bersamanya.
"Kita saksikan apa yang akan terjadi, nak !", ucap nenek sambil menggandeng tangan gadis muda itu.
Aneisha Mihai melihat kearah ketiga orang yang tadi terdiam mematung mulai bergerak perlahan dan hidup kembali.
Gadis cantik itu terpana kagum ketika ketiga orang di dalam ruangan depan rumahnya mulai berbicara.
"Selamat datang suamiku, bagaimana perjalananmu sayangku ?", ucap mama tersenyum senang.
"Apa kabarmu cintaku ? Oh, aku baik-baik saja, perjalanan keluar kota sungguh melelahkan, aku sangat lelah cintaku !", ucap pria itu sambil memeluk wanita bermata biru itu mesra.
"Oh, iya !? Maaf membuatmu kerepotan sayangku, seharusnya aku pergi bersamamu keluar kota untuk mengurus kiriman kopi dan tidak membiarkanmu pergi sendirian sayangku !", ucap wanita itu.
"Ha..., ha..., ha..., tidak cintaku, aku menyukai pekerjaan itu, baiklah lainkali kita pergi berdua untuk mengurus semuanya, cintaku", ucap pria itu seraya mengusap kepala wanita bermata indah itu.
"Terimakasih sayangku, aku akan ikut bersamamu bulan depan nanti", ucap wanita itu sambil tersenyum.
"Sama-sama cintaku, baiklah kita pergi bersama bulan depan nanti untuk perjalanan bisnis kita", ucap pria itu mendekap mesra tubuh wanita berparas cantik jelita itu dan tersenyum bahagia.
Aneisha Mihai tertegun keheranan saat ia melihat kedua orangtuanya saling berpelukan mesra dan terlihat rukun, hal yang baru pertama kalinya terjadi di antara kedua orangtuanya.
Pemandangan yang tidak pernah dilihatnya selama hidupnya bahwa kedua orangtuanya akan menjadi lebih erat hubungannya dan lebih dekat, suatu karunia ataukah ini awal dari peristiwa yang penuh penderitaan itu.
Dia menatap dengan hati berdebar-debar penuh kecemasan, menunggu kejadian apa yang akan terjadi selanjutnya setelah melihat kemesraan itu semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments