,Aneisha Mihai menghabiskan roti-roti yang berisi bermacam selai saat makan siang di kantin sekolah balet, tempat ia menuntut ilmu.
Dia sangat antusias untuk mengikuti kembali kelas balet selanjutnya.
"Ngomong-ngomong kalau aku boleh tahu, siapakah nama kamu ?", tanya gadis itu sambil membersihkan bibirnya dengan selembar kertas tisu.
"Namaku Aneisha Mihai... Salam kenal dariku...", ucap Aneisha Mihai lalu menjulurkan tangannya ke arah gadis asing itu.
"Nama yang sangat indah sekali, dan perkenalkan nama saya adalah Zaina Ann, murid di kelas tiga dan baru pindah dari luar negeri karena kedua orang tua saya di kirim bertugas di negara ini !", ucap gadis muda itu yang bernama Zaina Ann.
"Senang berkenalan dengan mu dan semoga kita bisa berteman", ucap Aneisha Mihai lalu tersenyum manis.
"Sama-sama... Saya juga sangat gembira bisa berkenalan dengan mu... Apalagi ini adalah hari pertamaku di sekolah balet ini", ucap Zaina Ann senang.
"Jadi kamu adalah murid pindahan dari luar negeri ke sekolah balet ini ? Jauh sekali tapi aku harap kamu akan betah tinggal di negara ini", ucap Aneisha Mihai.
"Iya, saya dari luar negeri dan terpaksa melanjutkan pendidikan balet ku di sekolah balet ini karena terlalu jauh buat kami untuk berkomunikasi, karena itu ayah dan ibu saya memindahkan saya kesini agar mereka dapat memantau perkembangan sekolah saya", jawab Zaina Ann seraya merapikan kotak bekalnya.
"Kelas tiga berarti kamu sepantaran dengan ku di sekolah balet ini tetapi sayangnya kita tidak sekelas, ya !?", ucap Aneisha Mihai dengan kecewa.
"Ha... Ha... Ha... Iya..., ini sungguh sangat mengecewakan memang tetapi meski kita tidak satu kelas balet, saya harap kita masih bisa berteman baik", ucap Zaina Ann.
"Oh, tentu saja, aku sangat senang sekali memiliki seorang sahabat baik dan bagaimana jika sepulang sekolah, kita pulang bersama-sama", ucap Aneisha Mihai lalu tersenyum senang.
"Maaf, sayangnya setiap harinya saya selalu di antar-jemput oleh paman sepupu saya dan ia tidak akan mengijinkan saya untuk pulang dengan orang lain", ucap Zaina Ann.
"Oh... Iya... Aku paham...!?", ucap Aneisha Mihai.
"Apakah kamu kecewa ? Karena saya menolak ajakan mu, Aneisha Mihai ?", tanya Zaina Ann menyesal.
"Tidak, aku tidak marah padamu, aku mengerti jika kamu masih baru di negara ini dan perlu untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitar mu, dan wajar jika orang tua mengkhawatirkan keadaan mu", ucap Aneisha Mihai sembari mengibaskan tangannya.
"Iya, saya masih baru disini karena itu ayah dan ibu saya tidak berani melepaskan saya sendirian kemana-mana", ucap Zaina Ann tersipu malu.
"Iya, aku memahaminya apabila mereka sangat melindungi mu, apakah kamu memiliki saudara kandung ?", tanya Aneisha Mihai.
"Benar sekali, saya mempunyai saudara kandung laki-laki tetapi sayangnya kakak laki-laki saya tidak ikut pindah ke negara ini bersama kami", jawab Zaina Ann.
"Kenapa ? Kenapa dia tidak ikut pindah bersama kalian ?", tanya Aneisha Mihai.
"Dia sedang bertugas di pangkalan militer di negara kami, sebab itulah kakak laki-laki saya tidak dapat ikut serta pindah bersama kami ke negara ini", jawab Zaina Ann.
"Wow ! Itu sangat keren sekali, apakah dia seorang marinir ?", tanya Aneisha Mihai.
"Benar, tetapi dia adalah seorang dokter spesialis kemiliteran dan ditugaskan di kapal milik militer, bahkan dia jarang pulang ke rumah kami meski berada satu negara dengan kami", ucap Zaina Ann.
"Keluarga mu sangat unik sekali, Zaina Ann, dan tampaknya menyenangkan sekali jika memiliki seorang saudara kandung apalagi saudara kandung laki-laki", ucap Aneisha Mihai.
"Tidak semua yang kamu katakan benar karena terkadang saya merasa kesepian, kakak saya tidak pernah ada waktu untuk saya meski itu hanya untuk mengucapkan ucapan selamat ulang tahun", ucap Zaina Ann.
"Astaga... Aku mengira memiliki seorang saudara kandung akan menyenangkan sekali tetapi setelah mendengar cerita mu sepertinya jauh dari kata bahagia...", ucap Aneisha Mihai.
"Ha... Ha... Ha.. Ha... Kakak laki-laki saya memang seperti itu sikapnya, dia terlalu cuek dan pendiam sekali", ucap Zaina Ann sambil tertawa.
"Oh Iya... !? Seorang kakak laki-laki yang unik tetapi memang seperti itulah seharusnya menjadi kakak !", ucap Aneisha Mihai tersenyum lebar.
"Tidak... Tidak... Kakak laki-laki saya sebelumnya tidak seperti itu tetapi setelah ia putus cinta dari seorang wanita cantik yang pergi meninggalkan dirinya, kakak laki-laki saya menjadi berubah", ucap Zaina Ann.
"Oh..., maaf..., aku tidak tahu akan hal itu !? Pasti itu sangat menyakitkan sekali untuk kakak laki-laki mu..., Zaina Ann", sahut Aneisha Mihai terkejut.
"Yah..., saya juga turut prihatin dengan kondisi kakak laki-laki saya meskipun dia sangat sukses dalam karirnya tetapi dia tidak mendapatkan sebuah kebahagiaan cinta", ucap Zaina Ann.
"Kenapa kekasih kakak laki-laki mu berpisah ?", tanya Aneisha Mihai.
"Kekasih tercinta kakak laki-laki saya kabur membawa uang kakak saya dan tidak seorangpun yang tahu keberadaan perempuan itu sekarang", jawab Zaina Ann.
"K--kabur membawa uang !? B-- bagaimana bisa !?", ucap Aneisha Mihai terkejut.
"Mantan kekasih kakak saya meminta mahar sebagai mas kawin untuk pertunangan mereka, setelah kakak laki-laki saya memberinya uang yang perempuan itu minta, mantan kekasih kakak saya tidak melarikan diri membawa uang kakak laki-laki saya dan menghilang tak kembali lagi, sejak itulah kakak saya sedikit trauma pada wanita hingga sekarang", cerita Zaina Ann.
"Sungguh sangat menyedihkannya nasib kakak laki-laki mu itu, aku turut bersedih mendengarnya, Zaina Ann, aku berdoa agar suatu saat nanti, kakak laki-laki mu memperoleh pengganti yang lain dan lebih baik lagi", ucap Aneisha Mihai iba.
"Kapan-kapan saya undang kamu ke acara ulang tahun saya yang sebentar lagi, kira-kira minggu depan, sekalian saya kenalkan kamu kepada keluarga saya, Aneisha Mihai dan saya harap kamu sudi menerimanya", ucap Zaina Ann.
"Tentu, tentu saja, aku sangat senang menerima undangan ulang tahun itu darimu dan aku pasti datang menghadirinya, tetapi sayangnya, aku tidak tahu apa kesukaanmu itu, Zaina Ann", ucap Aneisha Mihai.
"Kesukaan saya pastinya balet, dan itu tidak usah ditanyakan lagi, Aneisha Mihai, saya sangat menyukai sekali dengan tari balet !", jawab Zaina Ann sambil tersenyum manis.
"Yah... Aku tahu itu... ", ucap Aneisha Mihai sembari meringis.
"Aku sangat cinta itu, aku cinta..., aku cinta menari balet !!!", seru Zaina Ann.
"Semua orang pasti langsung mengetahuinya jika kamu menyukai balet, dan itu tidak perlu dikatakan lagi, bahkan langit pun dapat melihatnya dari atas sana dan malaikat juga tahu tanpa harus kamu katakan, Zaina Ann !?", ucap Aneisha Mihai dalam hatinya.
''Bagaimana denganmu Aneisha Mihai ?'', tanya Zaina Ann.
''Maksudmu ?'', jawab Aneisha Mihai.
''Maksud saya, kenapa kamu tidak menceritakan tentang dirimu ?'', ucap Zaina Ann.
''Ooow... Hidupku ya !?'', sahut Aneisha Mihai.
''Iya ! Kenapa kamu tidak cerita tentang dirimu kepada saya ? Apakah ada yang kamu sembunyikan dari saya ?'', ucap Zaina Ann.
"'Yeahhh... Karena tidak ada yang menanyakannya tentang diriku, lalu untuk apa aku menceritakannya !?'', sahut Aneisha Mihai.
"Dan sekarang saya ingin bertanya padamu, boleh bukan jika saya bertanya tentang kehidupan pribadimu ?'', ucap Zaina Ann.
''Tentu saja kamu boleh mendengar seluruh ceritaku tetapi ceritaku tidak menarik untuk didengar'', jawab Aneisha Mihai.
''Tidak apa-apa, bukankah kita sekarang adalah sahabat baik sekarang ini ?'', ucap Zain Ann.
''Mmm..., kapan-kapan saja aku ceritakan tentang keluargaku dan aku akan mengajakmu main ke rumahku suatu hari nanti jika kedua orang tuamu telah memberimu ijin dan kepercayaan untuk keluar bersama denganku, he..., he..., he...'', jawab Aneisha Mihai lalu berdiri dan siap-siap untuk kembali ke kelas baletnya.
''Kamu akan pergi kemana, Aneisha Mihai ?'', tanya Zaina Ann bingung.
''Sebentar lagi kelas balet akan segera dimulai, aku harus pergi dahulu, apakah tidak ada kelas di tempatmu ?'', tanya Aneisha Mihai sembari menaruh tasnya di pundaknya.
''Ada, tapi pelajaran umum saja untuk hari ini di kelas saya, di jam pertama tadi pelajaran tari balet tetapi jam sekarang tidak ada'', ucap Zaina Ann ikut berdiri.
''Kalau begitu kita kembali ke kelas kita masing-masing, karena aku takut kita terlambat mengikuti pelajaran selanjutnya'', ucap Aneisha Mihai.
''Baiklah, mari kita segera pergi sekarang ! Jangan sampai terlambat mengikuti pelajaran di sekolah balet ini karena peraturannya sangat ketat sekali. Ayo ! Kita segera pergi dari kantin ini !'', ucap Zaina Ann buru-buru.
''Iya ! Terimakasih atas pengertiannya !'', ucap Aneisha Mihai seraya tersenyum.
Kedua gadis muda itu lalu pergi dengan segera meninggalkan kantin sekolah setelah makan siang di sana, dan bejalan beriringan menuju ke kelas mereka masing-masing.
Mereka berdua lalu berpisah diujung sudut koridor sekolah karena letak kelas mereka berada di ruangan yang berbeda dan bangunan untuk kelas Zaina Ann berada di gedung yang lainnya, terpisah dengan gedung kelas Aneisha Mihai.
Keduanya saling melambaikan tangan saat berpisah dan menuju ke kelas mereka masing-masing.
***
Aneisha Mihai berjalan menuju ke arah kelasnya dengan hati riang, tampak murid-murid lainnya telah berdiri dan bersiap-siap untuk mengikuti latihan tari balet yang selanjutnya.
Dia meletakkan tasnya di loker yang berada di depan kelasnya sebelum ia masuk ke dalam ruangan kelas baletnya.
Gadis muda itu lalu melepaskan pakaian luarnya dan melipatnya kemudian meletakkannya di dalam loker miliknya serta menguncinya dengan sandi.
"Hai !", sapa Aneisha Mihai pada seorang gadis yang mengepang rambut coklatnya.
"Hai !", sahut gadis itu sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang terpasang kawat gigi.
"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apakah kamu murid baru atau lama ?", tanya Aneisha Mihai.
"Bukan ! Aku bukan murid baru di sekolah balet ini tetapi kita tahu jika setiap murid akan selalu diacak untuk kelas baru mereka, bukankah setiap kelas selalu dirolling murid-muridnya untuk bertukar kelas setiap kenaikan tingkat level ?", ucap gadis muda yang mengepang rambut coklatnya itu.
"Oh, iya ! Maaf, aku baru ingat hal itu !?", jawab Aneisha Mihai.
"Kalau boleh tahu, siapa namamu ?", tanya gadis itu.
"Namaku Aneisha Mihai ! Dan nama kamu ?", ucap Aneisha Mihai.
"Namaku Delisha Queen Elizabeth Taylor !", jawabnya lancar.
"Wow ! Panjang sekali nama kamu tunjukkan !? Lantas bagaimana aku harus memanggil kamu ?", ucap Aneisha Mihai terbengong.
"Gampang saja, kamu hanya tinggal memanggil nama ku cukup Delisha atau Queen atau Elizabeth atau Taylor ! Terserah kamu, tetapi biasanya aku di panggil dengan Delisha saja tapi aku lebih suka dipanggil Queen !", ucap gadis muda itu panjang lebar.
"Oh... !? Kalau demikian, aku akan memanggil kamu dengan Queen saja karena itu panggilan yang kamu sukai, bolehkan ?", ucap Aneisha Mihai.
Aneisha Mihai lalu duduk di atas lantai kelasnya dan ia memasang sepatu balet miliknya yang berwarna putih di kedua kakinya yang terbalut kaos kaki panjang yang tipis.
Menunggu guru balet mereka selanjutnya datang ke dalam ruangan kelas balet untuk mengajari mereka tari balet.
Tiba-tiba Aneisha Mihai dikejutkan dengan munculnya seseorang ke dalam ruangan kelas baletnya, ia tidak dapat mengedipkan kedua matanya saat melihat guru balet itu.
"Nenek Amarise ???", gumam Aneisha Mihai.
Guru balet itu adalah nenek bergaun merah yang merupakan sang malaikat pelindungnya yaitu Nenek Amarise.
Wanita tua itu mengenakan hiasan kepala bunga besar berwarna merah menyala di atas kepalanya serta leotard warna pelangi dengan kain merah yang dililitkan pada pinggangnya yang ramping.
Sepatu balet berwarna merah menghias kedua kaki Nenek Amarise dengan lilitan pita di kedua kakinya yang tertutup kaos kaki panjang berwarna putih.
"A-- apa... apaan ini... !?", ucap Aneisha Mihai terbengong dan hampir mati menahan rasa sakit di bagian perutnya karena menahan tawanya.
Aneisha Mihai tidak mampu lagi untuk melihat ke arah guru baletnya seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam dan ia tidak pernah menyangka jika guru balet yang akan mengajar di kelas balet ini ternyata Nenek Amarise dan hal ini adalah sesuatu yang sangat mengejutkan dirinya.
Akan tetapi ini sangat lucu sekali dan Aneisha Mihai tidak mampu memandang ke arah teman-temannya yang tampak kaget saat melihat guru balet mereka yang berpenampilan aneh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments