Aneisha Mihai menatap pemandangan dihadapannya penuh haru saat kedua orang tuanya berpelukan mesra dan saling akur.
"Apa yang terjadi nenek ?", tanya Aneisha Mihai lalu menolehkan kepalanya kearah nenek.
"Ini adalah berkah nak, ketulusan hatimu mampu mematahkan sihir hitam yang dibawa oleh wanita bernama Izebel yang bermaksud menghancurkan keluargamu", jawab nenek.
"Mengapa wanita jahat itu mengincar kebahagian keluargaku ? Dosa apakah yang telah diperbuat oleh kedua orangtuaku hingga Izebel begitu memburu ayahku dan menghancurkan hati mamaku ?", tanya Aneisha Mihai.
"Sebelas tahun yang lalu, ada dua orang gadis sama-sama jatuh cinta pada seorang pemuda yang populer di sekolahnya tetapi tidak seorangpun dari mereka berdua mendapatkan cinta pemuda itu", ucap Nenek Amarise.
"Mengapa ?", tanya Aneisha Mihai.
"Pemuda itu mati dalam insiden panggung yaitu saat pemuda itu tengah membawakan tarian balet dalam sebuah pegelaran seni", ucap nenek.
"Lantas ada hubungan apa dengan keluargaku ?", tanya Aneisha Mihai.
"Acara pementasan tari balet itu digagas oleh kakekmu yang memiliki pabrik sepatu balet, dia mengadakan pagelaran pentas tari balet untuk mendukung peningkatan penjualan sepatu balet hasil pabriknya tetapi sayangnya keselamatan serta keamanan panggung tidak terjamin baik dan menyebabkan kecelakaan maut pada pemuda itu", ucap Nenek Amarise.
"Hubungan dengan keluargaku apa ? Apakah pihak keluarga dari pemuda itu menuntut balas ? Apakah tidak ada prosedur hukum untuk menyelesaikannya ?", tanya Aneisha Mihai.
"Insiden maut itu dianggap sebagai suatu kecelakaan oleh pengadilan dan pihak berwajib yang menangani kasus tersebut sehingga kasus akan meninggalnya pemuda itu ditutup selamanya, pihak kakekmu memenangkan kasus itu dan hanya dituntut untuk memberi uang jaminan sebagai ganti rugi", ucap nenek bergaun merah itu sambil memegangi gagang payung berenda miliknya.
"Dan hubungan dengan Izebel ?", tanya Aneisha mihai.
"Pemuda yang mati itu adalah kekasih Izebel dan malangnya Izebel hamil anak dari pemuda itu dan celakanya, tak seorangpun tahu akan hal itu, bahkan memikirkan nasib Izebel saat itu tidak ada dan membiarkan dia menderita seorang diri", ucap Nenek Amarise.
"Itu alasannya dia menghancurkan keluargaku karena dendam atas kematian kekasihnya, dan sebab itu dia sangat kejam padaku !?", ucap Aneisha Mihai sedih.
"Tetapi itu kesalahan Izebel", ucap Nenek Amarise menghela nafas panjang.
"Bagaimana bisa itu adalah kesalahan Izebel ?", ucap Aneisha Mihai sambil mengerutkan alis.
"Dia merebut kekasih gadis yang telah menjadi tunangan gadis itu dan merebut pemuda itu darinya, kedua gadis itu yang aku maksud adalah Izebel dan gadis malang yang mati karena ulah Izebel", ucap nenek memejamkan mata.
"Jadi kedua gadis yang sama-sama jatuh cinta itu adalah Izebel dan gadis satunya ? Kenapa gadis itu mati ? Apa yang telah diperbuat Izebel padanya ?", tanya Aneisha Mihai kaget.
"Izebel memberinya mantera hitam sehingga gadis malang itu jatuh dari atas panggung saat pementasan tari balet di sekolah balet bertaraf internasional tempat mereka sekolah", ucap nenek.
"Modus kejahatan yang tidak terlihat oleh mata karena tidak meninggalkan bukti, ini kejahatan yang sangat kejam sebab pelakunya tidak akan pernah bersalah ataupun dihukum", ucap Aneisha Mihai.
"Itulah manusia, terkadang manusia lebih jahat dan licik serta penuh tipu daya untuk mengelabui mangsanya daripada iblis itu sendiri", ucap Nenek Amarise.
"Tapi nasib menghukum Izebel dan membuatnya selalu haus kasih sayang orang lain dengan merusak hubungan seseorang, akhirnya nasib mempermainkannnya, hanya saja bagaimana wanita secantik dia sanggup melakukan kejahatan sekejam itu !?", ucap Aneisha Mihai.
"Manusia memiliki lima unsur warna dasar dalam diri mereka, diantaranya adalah merah menggambarkan manusia yang penuh amarah, ambisi, dan hijau mewakili sifat manusia yang religius ini unsur yang menenangkan jiwa, putih menggambarkan kesucian, kuning lebih menuju kepada kehidupan manusianya, ceria atau tidak kemudian warna terakhir yang paling sering menguasai manusia adalah warna hitam", ucap Nenek Amarise.
"Warna suram yang sangat misterius tapi itulah warna yang paling dominan dalam hidup manusia", ucap Aneisha Mihai.
***
Keduanya memperhatikan ketiga orang dewasa yang berada di ruangan tengah rumah besar itu dengan seksama.
Pandangan tertuju pada seorang wanita berparas cantik jelita dengan kulit cokelat yang memandang dingin kepada kedua orangtua Aneisaha Mihai yang berpelukan mesra.
"Oh iya cintaku, aku melupakan seseorang padamu, dia adalah perwakilan dari rekan bisnis kita yang hendak menginap di kota ini karena urusan penting maka aku sekalian membawanya kemari bersamaku", ucap pria itu.
"Oh iya, halo apa kabar ?", ucap wanita bermata biru itu ramah.
"Apa kabar juga ? Namaku Izebel, senang mengenalmu !?", ucap wanita muda itu.
"Aku Dale, isteri Abian Sayerz ! Senang bisa mengenalmu", ucap wanita bermata biru itu.
Kedua wanita itu saling berjabat tangan dan melempar senyuman termanis mereka, tidak hanya itu keduanya saling menatap serius.
"Bagaimana jika kita pesankan sebuah penginapan untuknya di kota, biar sopir yang mengantarkan Izebel ?", ucap Dale.
"Terserah padamu cintaku, aku rasa itu akan lebih baik untuk Izebel agar cepat beristirahat dari luar kota, aku akan menyetujuinya", ucap pria bernama Abian.
"Baiklah, aku akan mengantarkan Izebel keluar dan memberitahukan pada sopir untuk mengantarkannya, sayangku", ucap Dale.
Wanita muda bernama Izebel terkejut kaget saat mendengar ucapan pria bernama Abian Sayerz itu.
Izebel menatap tajam kearah Abian dan kebingungan dengan sikap yang ditunjukkan pria itu saat sampai di rumah ini.
"Abian...", panggil Izebel.
"Iya, ada apa ?", ucap Abian Sayerz.
"Apa yang terjadi ? Apakah kamu melupakan janjimu padaku ?", tanya Izebel.
"Janji ?", ucap Abian Sayerz bingung.
"Apakah kamu mempunyai janji padanya, sayangku ?", tanya Izebel seraya menolehkan kepalanya kearah pria itu.
"Tidak, aku tidak berjanji apa-apa padanya !? Mmm..., tapi kalau janji aku akan membantunya setelah sampai di kota memang benar, tapi..., aku tidak ingat janji lainnya..., mungkin aku harus menanyakan tentang surat kerjasama itu lagi !?", ucap Abian Sayerz sambil menatap keatas dan berusaha mengingat-ingatnya.
"Tunggu saja Izebel, suamiku masih lupa, tunggu dia mengingatnya, bagaimana jika aku mengantarkanmu ke depan rumah untuk bersiap-siap pergi ke penginapan ?", ucap Dale.
"Eh..., b--baiklah, aku akan menunggunya dan aku akan pergi ke penginapan sekarang", ucap Izebel seraya melirik kearah Abian Sayerz.
"Mari ikut bersamaku, aku akan mengantarkanmu untuk bertemu dengan sopirku, silahkan !", ucap Dale.
"Abian, aku pamit ya, apakah kamu masih belum mengingatnya !? Aku pergi ya, Abian..., aku pergi ke penginapan ya...", ucap Izebel memelas.
Dale hanya melirik kearah suaminya yang berdiri dengan ekspresi wajah datar tanpa menunjukkan perasaan apapun.
Abian masih berdiri dengan menggaruk kepalanya yang terasa gatal, ia tidak merespon sedikitpun ucapan Izebel yang setengah merayunya.
"Abian, apakah kamu mendengar ucapan Izebel ?", tanya Dale.
"Emm, iya !? Ada apa cintaku ?", Abian ganti bertanya.
"Izebel berpamitam padamu, apakah kamu tidak ikut menganyarkannya ke depan rumah ?", ucap Dale.
"Tidak cintaku, aku rasa cukup kamu saja yang mengantarkannya karena aku lelah sekarang dan aku mau beristirahat", ucap Abian Sayerz.
"Baiklah, aku mengerti, silahkan segera istirahat sayangku, biar aku yang mewakilimu untuk mengantarkan Izebel ke depan", ucap Dale lalu tersenyum.
"Maaf Izebel, aku tidak bisa menemanimu sekarang karena aku merasa sangat lelah saat ini, aku pamit beristirahat ya, sampai jumpa !", ucap Abian Sayerz.
Pria itu lalu pergi meninggalkan kedua wanita tersebut dan berjalan melangkah ke dalam ruangan rumah kemudian menghilang dari pandangan kedua wanita itu.
Izebel berdiri terheran-heran dengan perubahan sikap pria itu yang mengacuhkannya bahkan terkesan tidak memperdulikannnya.
"Dasar pria bodoh ! Apakah dia tidak mengingat ucapannya saat di luar kota untuk menerimanya di rumah ini ? Bagaimana pria itu bisa lupa ? Aku telah memantrainya dan wanita itu untuk menuruti semua kemauanku, apakah mereka tidak mempan dengan mantera itu !?", ucap Izebel dalam hatinya sambil merengut.
"Silahkan Izebel, aku antarkan ke depan rumah, hari sudah menjelang malam akan tidak baik untukmu sebagai seorang perempuan pergi malam-malam dengan suami orang lain", ucap Dale.
"Eh, iya, iya...", jawab Izebel dengan muka merah padam.
Ucapan Dale sangat menohok buat Izebel, hal itu menjadikan tamparan keras untuk Izebel yang tersudutkan karena berusaha merayu suami orang lain.
Izebel berjalan mengikuti Dale menuju ke depan rumah dan pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan raut wajah kesal.
***
Aneisha Mihai tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan di hadapannya, dia tidak pernah menyangka akan perubahan itu menjadi tontonan yang sangat menghibur.
Dia tidak pernah membayangkan semuanya akan berbalik dan berbeda jauh dari kejadian sebelumnya dan saat ia melihat betapa kecewanya Izebel sekarang, itu sangat melegakan.
"Apa kamu puas nak ?", tanya Nenek Amarise yang menatap lurus kearah depan rumah.
"Ini sungguh menyenangkan nenek, aku bahagia sekarang ini, dan aku ucapkan terimakasih atas bantuannya", ucap Aneisha Mihai sambil memegangi perutnya yang kaku karena tertawa.
"Aku tidak melakukan apa-apa, nak, dan aku tidak membantumu", ucap nenek.
"Tapi tanpa adanya dirimu disampingku, aku rasa ini semua tidak akan terjadi nenek", ucap Aneisha Mihai lalu bersikap serius.
"Tidak, aku tidak melakukan apapun, nak, karena semua ini adalah kerja kerasmu sendiri, kamu berhasil menarikan tarian balet Odette dengan baik sehingga membantumu mematahkan sihir Izebel", ucap Nenek Amarise kemudian menatapnya.
"B--benarkah !?", ucap Aneisha Mihai tertegun.
"Berkat ketulusanmu itu maka keluargamu terbebas dari bencana sihir hitam Izebel, keluargamu terselamatkan karena pengorbananmu yang sangat besar, nak, dan kamu membantu kedua orangtuamu kembali mesra", ucap nenek bergaun merah itu seraya tersenyum padanya.
"Terimakasih Tuhan, akhirnya kamu mengabulkan doaku dan menerima pengorbananku ini", ucap gadis muda itu.
"Misi pertamamu dalam menyelesaikan sistem sepatu balet merah telah berhasil kamu lalui, dan aku ucapkan selamat nak atas kerja kerasmu, tugas pertamamu telah terselesaikan baik dan kamu akan mendapatkan peningkatan kemampuan menari pada level 3", ucap nenek bergaun merah itu lalu tersenyum.
"Benarkah !? Ini adalah hadiah ulang tahunku yang terbaik nenek, terimakasih atas kadonya", ucap Aneisha Mihai gembira.
"Oh, iya, aku hampir melupakannya, sebentar...", ucap Nenek Amarise lalu membuka salah satu telapak tangannya dan mengarahkannya kepada gadis muda itu.
Sepasang anting-anting berlian berwarna putih berpendar indah diatas telapak tangan nenek, bentuk anting-anting terbuat dari emas putih itu berbentuk bulat dengan batu berlian bening berukuran cukup besar serta dihiasi permata disekelilingnya sangat cantik sekali.
Aneisha Mihai terpekik pelan saat nenek memberikan anting-anting itu kepadanya, ia tidak pernah menyangka akan menerima hadiah seindah itu di hari ulang tahunnya saat ini.
"Wow !? Ini sungguh cantik sekali nenek !? Apakah ini untukku ?", ucap Aneisha Mihai saat menerima sepasang anting-anting itu dari nenek.
"Hmm, iya, anting-anting ini buatmu sebagai hadiah ulang tahunmu karena berhasil menyelesaikan misi pertamamu, ambillah ! Dan pakailah saat kamu benar-benar membutuhkannya, kamu mengerti ?", ucap Nenek Amarise.
"T--terimakasih nenek atas kadonya, aku sungguh terharu nenek !?", ucap Aneisha Mihai dengan berurai air mata dan menangis haru.
"Sudah, sudah, jangan menangis lagi, bencana telah terlewati, berbahagialah nak !", ucap Nenek Amarise sambil menepuk pelan bahu gadis muda itu.
"Terimakasih nenek, terimakasih...", ucap Aneisha Mihai sesenggukkan.
"Baiklah..., aku pergi dulu, karena tugas pertama berjalan baik maka aku akan pergi dulu", ucap nenek.
"Nenek akan pergi kemana ?", tanya Aneisha Mihai.
"Aku akan pergi ke sekolah balet untuk mempersiapkan tugas selanjutnya, nak dan aku akan menunggumu kembali ke sekolah", ucap nenek.
"Oh..., aku mengerti nenek, apakah nenek tidak ikut makan malam bersamaku ?", tanya Aneisha Mihai.
"Tidak, aku ucapkan terimakasih atas undangan makan malamnya, aku pergi dulu Aneisha Mihai", ucap nenek bergaun merah itu sambil tersenyum.
"Terimakasih juga nenek...", ucap Aneisha Mihai.
"Selamat datang kembali gadis muda ! Selamat Ulang tahun Aneisha Mihai !", ucap Nenek Amarise lalu pergi menghilang saat payung berenda miliknya berputar-putar cepat.
Aneisha Mihai terdiam memandangi kepergian nenek bergaun merah itu yang menghilang dari pandangan kedua mata gadis muda itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
sssstttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!
semangat thor,,,,,
2022-07-22
1
sssstttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!
serasa nonton disneyland,,,,,
2022-07-22
1