Aneisha Mihai lalu berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut sambil menenteng tas ranselnya.
Dia melangkahkan kedua kakinya dengan lesu menuju ke ruangan kelas tari baletnya.
"Iiihhh ! Bagaimana bisa ia bersikap seburuk itu pada seorang perempuan ? Tidak bisakah lebih lembut, apa !?", gerutu Aneisha Mihai.
"Aneisha Mihai !", panggil seseorang dari arah belakang.
"Iya...", jawab Aneisha Mihai lalu menolehkan kepalanya.
Seorang wanita tua bergaun merah tengah berdiri di sana seraya melambaikan tangannya kearah Aneisha Mihai.
"Nenek Amarise !?", ucap Aneisha Mihai terkejut.
"Sedang apa kamu disini ? Bukankah kelas balet sudah dimulai, nona ?", tanya nenek dengan mengerutkan alisnya.
"Emm...!? Aku..., aku tadi bertemu seorang gadis yang marah padaku dan hendak menggangguku jadi aku berlari menghindarinya sampai ke tempat ini !?", ucap Aneisha Mihai.
"Kamu telah melewatkan kelas baletmu, jika kamu masuk sekarang juga akan sia-sia untukmu, guru akan memarahimu dan menghukummu", ucap nenek sambil menghela nafas.
"Maaf, aku tahu ini salahku karena melalaikannya tetapi aku memang berusaha menghindari gadis bernama Belinda dan temannya yang hendak mencelakaiku", ucap Aneisha Mihai menundukkan kepalanya.
"Seharusnya kamu langsung kembali ke kelas baletmu tetapi kamu justru berada disini, ini adalah bagian dari bangunan sekolah untuk pemilik sekolah balet ini", ucap Nenek Amarise.
"Tapi ruangan kelas balet lebih dekat jaraknya dari tempat ini jadi aku berlari kemari untuk menghindari kedua gadis itu", ucap Aneisha Mihai.
"Hmm..., tapi kamu tidak segera masuk ke dalam kelas balet, aku melihat nona keluar dari ruangan kantor pemilik sekolah balet ini", ucap nenek.
"A--apa ? Pemilik sekolah !?", ucap Aneisha Mihai kaget.
Gadis muda itu dengan cepat membalikkan badannya kearah belakang dan ia menatap dari jauh ruangan yang baru ia masuki tadi.
Ruangan pemilik sekolah balet dan ia baru saja masuk kesana tanpa permisi, gadis muda itu langsung berubah pucat pasi, ia merasakan perutnya kram.
"Tuhan, tamatlah sudah riwayatku di sekolah ini, aku tidak memiliki harapan besar lagi sekarang...", ucap Aneisha Mihai.
"Apa yang nona katakan ? Apa nona berbuat kesalahan ?", ucap nenek bergaun merah.
"Oh tidak, aku hanya berkata asal saja lalu bagaimana caranya agar aku dapat masuk ke kelas balet sekarang ?", ucap Aneisha Mihai.
"Mmm, aku rasa ini bukan ide yang buruk sebenarnya, tapi itu tidak mudah", ucap nenek seraya tersenyum lebar.
"Tidak mudah !?", ucap Aneisha Mihai.
"Yah..., aku harap nona dapat menerima saranku ini, bagaimana ?", ucap nenek.
"Apa itu nenek ?", tanya Aneisha Mihai.
"Tugas kedua dari misi ini adalah membuat pemilik sekolah balet ini tertarik pada nona, bagaimana ?", ucap Nenek Amarise.
"Membuat pemilik sekolah tertarik padaku !?", ucap Aneisha Mihai.
"Tepat sekali, jika kamu tidak sanggup maka aku tidak bisa membantu nona masuk ke kelas balet, dan nona tidak akan dapat mengalahkan Izebel karena ia akan kembali untuk mengusik kedamaian keluargamu", ucap nenek bergaun merah.
***
Wanita tua itu dengan tenangnya lalu duduk diatas gagang payungnya yang berdiri tegak di atas lantai.
Dia hanya memandangi Aneisha Mihai tetapi ia juga menaruh harapan besar pada gadis tersebut untuk tidak menyerah karena jalan yang harus ditempuhnya masih sangat panjang ke depannya.
"Tidak adakah cara lainnya, nenek, selain menarik perhatian pemilik sekolah balet ini !? Bagaimana bisa aku melakukannya sedangkan aku tidak mengenalnya sama sekali ?", ucap Aneisha Mihai bingung.
"Kamu hanya tinggal berjanji padaku, nona, maka semuanya akan selesai dengan baik dan kamu dapat masuk ke kelas baletmu tanpa halangan yang berarti dari gurumu", ucap Nenek Amarise.
"Hmmm..., ini sangat sulit sekali nenek...", ucap Aneisha Mihai.
"Terserah padamu, ini hanya saran dariku, kamu terima atau tidak, itu keputusanmu, silahkan kamu memikirkannya tapi jangan sampai menyesalinya karena ini adalah kesempatan untukmu", ucap Nenek Amarise.
"Kesempatan...", gumam Aneisha Mihai.
"Iya, kesempatan untukmu, karena jika kamu dapat membuat pemilik sekolah balet ini tertarik padamu dan memberikanmu beasiswa untuk sekolah tari baletmu, kamu dapat kembali menghancurkan mantera Izebel", ucap Nenek Amarise sambil memperhatikan kuku tangannya.
"Ada hubungan apakah antara Izebel dengan pemilik sekolah balet ini ?", tanya Aneisha Mihai.
"Beasiswa akan diberikan kepada murid berbakat di sekolah pada pertunjukkan "Sepatu Merah", nanti dan pemenang hati pemilik sekolah balet ini adalah Belinda", ucap nenek bergaun merah lalu menatap lurus kearah Aneisha Mihai.
"Pantas saja aku dilarang untuk sekolah balet oleh ibu tiriku karena aku akan menjadi halangan buat Belinda, teman dekat Rithya !?", ucap Aneisha Mihai lalu mengerti alasan Izebel mengeluarkan dirinya dari sekolah balet.
"Bukan sebagai penghalang Belinda karena di kehidupan pertamamu, Belinda yang telah mendapatkan beasiswa dari pemilik sekolah balet meninggal karena keracunan", ucap Nenek Amarise.
"Mati !? Gadis sombong itu mati keracunan !? Bagaimana bisa, bukankah dia adalah primadona di sekolah balet ini !?", ucap Aneisha Mihai kaget.
"Dia mati keracunan ilmu hitam yang dikirimkan oleh Izebel lewat gigitan jelmaan nyamuk sihirnya saat acara ulangtahun Belinda", ucap Nenek Amarise.
"Astaga..., apa yang telah dilakukan oleh Belinda sehingga menjadi incaran sihir Izebel ?", ucap Aneisha Mihai.
"Belinda yang dekat dengan pemilik sekolah balet ini membuat cemburu di hati Izebel yang diam-diam menyukai pemilik sekolah balet ini dan ia ingin menikahinya agar puterinya dapat menguasai sekolah balet ini", kata Nenek Amarise.
"Izebel jatuh cinta dengan pemilik sekolah balet ini, apakah umur pemilik sekolah balet ini sangat tua seperti ayahku, nenek", ucap Aneisha Mihai.
"Tidak, dia masih sangat muda sekali, tapi sayangnya nasibnya sangat buruk sekali, karena terkena sihir hitam dari Izebel dan menjadi budak cinta Izebel di kehidupan pertamamu, pada waktu lima tahun saat Izebel menjadi ibu tirimu", kata Nenek Amarise.
"Ini sangat kacau sekali, aku tidak bisa membayangkan nenek sihir itu jatuh cinta dengan seorang pemuda !?", ucap Aneisha Mihai terpana tidak percaya.
"Pada kenyataannya itu memang benar terjadi, tapi untungnya mereka tidak menikah karena orangtua pemilik sekolah balet sangat menentang hubungan mereka dan menjauhkan mereka berdua, karena pemuda itu juga tidak mencintai Izebel lantaran terkena ilmu hitam maka ia menuruti permintaan wanita muda itu", ucap nenek.
"Apakah alasan itulah maka ia membunuh ayahku ?", ucap Aneisha Mihai.
"Tepat sekali, Izebel tidak ingin perselingkuhannya diketahui oleh ayahmu dan ia takut diusir dari rumahmu karena pada dasarnya Izebel menginginkan harta keluargamu karena itu Izebel mengakhiri hidup ayahmu sebagai penghalang utama untuknya, Izebel bersama dengan pemilik sekolah balet yang tampan dan masih muda",
"Izebel mengirim seorang pembunuh ?", ucap Aneisha Mihai.
"Aku tidak tahu perihal kematian ayahmu yang sebenarnya karena langit tidak menceritakan dan memberitahukan padaku", jawab nenek.
"Lantas siapakah pembunuh ayah yang sebenarnya ?", ucap Aneisha Mihai penasaran.
"Siapa yang menjadi tangan kanan Izebel untuk membunuh ayahmu, aku tidak tahu, apakah dia sendiri ataukah dia mengirim seorang pembunuh saat itu, aku belum jelas mengetahui kebenaran ceritanya", ucap nenek.
"Apakah ini juga merupakan tugas dari misi selanjutnya mencari kebenaran atas kematian ayahku yang menyebabkan aku mati terbunuh oleh Izebel ?", tanya Aneisha Mihai.
"Benar, untuk menghalangi Izebel menikah dengan ayahmu dan menjadi ibu tirimu, maka tugasmu adalah mengubah takdir masa depanmu mulai dari sekarang, ini merupakan kesempatan besarmu Aneisha Mihai", ucap Nenek Amarise.
"Perselingkuhan yang berakhir dengan perselingkuhan...", ucap Aneisha Mihai tertegun miris.
"Itulah manusia, nak ! Pada dasarnya mereka tidak pernah merasa puas, baik itu harta, cinta, maupun tahta ! Manusia tidak akan pernah merasa puas, selalu mencari dan terus mencari hal terbaru dalam hidup mereka sampai akhir hayat mereka", ucap nenek.
"Sejatinya kebahagian bukan karena mendapatkan keinginan kita terpenuhi, melainkan karena hati yang ikhlas untuk menerima kenyataan yang tidak dapat kita miliki", ucap Aneisha Mihai memejamkan matanya.
"Takdir Tuhan telah tertulis di atas langit dan setiap kepercayaan mengajarkan akan itu, mempercayai takdir yang diberikan oleh Tuhan dan mengubahnya dengan memperbaiki nasib kita menjadi lebih baik bukan mencari atau mendapatkan yang lebih baik dari sebelumnya...", ucap nenek.
Nenek Amarise lalu berdiri dari atas payung kemudian menatap teduh kearah Aneisha Mihai.
"Lantas apa keputusanmu sekarang, nak ? Menerima tugas itu agar misimu dalam menyelamatkan kehidupan rumah tangga orangtuamu dan masa depanmu ataukah membiarkan kejadian itu terulang kembali padamu ?", tanya nenek bergaun merah itu.
Dia memandang kearah Aneisha Mihai dengan ekspresi wajah yang sangat serius sekali, menunggu sebuah jawaban dari gadis muda itu.
Berharap Aneisha Mihai mengambil keputusan yang tepat dan terbaik, karena itu berhubungan erat dengan masa depan gadis cantik itu.
"Mmm..., baiklah aku akan menerimanya untuk membuat pemilik sekolah balet tertarik padaku agar memberikan beasiswa itu padaku dan membuat Izebel jauh dari kehidupan keluargaku !", ucap Aneisha Mihai.
"Baguslah kalau begitu, akhirnya hatimu menjadi kuat dalam mengambil keputusan terbaik itu, tidak perlu takut atau berbelas hati pada musuhmu, Aneisha Mihai, jadikan itu cambuk dalam meraih masa depanmu yang lebih baik lagi !", nasehat Nenek Amarise.
"Bagaimana caranya aku mengenal pemilik sekolah balet ini, nenek ?", tanya Aneisha Mihai.
"Pada kelas balet yang dimulai sebentar lagi, nak", jawab nenek.
"Tapi aku telah terlambat masuk ke kelas tari balet sekarang, bagaimana caranya agar aku dapat mengikuti kelas tari balet itu, nenek ?", ucap Aneisha Mihai.
"Tenanglah, aku akan membantumu agar kamu dapat mengikuti kelas baletmu nanti, ayo kita pergi kesana !", ucap Nenek Amarise.
"Iya, nenek", ucap Aneisha Mihai.
"Pegang tanganku, nak, kita segera meluncur kesana !", ucap nenek.
"Yeay..., kita terbang !", seru Aneisha Mihai gembira.
Keduanya terbang berpegangan tangan pada gagang payung berenda milik Nenek Amarise, dan mereka melayang-layang diatas langit menuju ke sebuah bangunan sekolah.
Terdengar suara alunan musik datang dari bangunan yang ada di bawah mereka berdua, keduanya lalu turun kebawah dan masuk ke dalam sebuah ruangan kelas yang penuh murid berpakaian leotard serta mengenakan pointe shoes.
"Ternyata kelas balet belum dimulai, apakah waktu berjalan mundur ? Apakah itu perbuatanmu, nenek ?", tanya Aneisha Mihai.
"Haruskah aku mengatakannya padamu ? Ayo, turunlah kesana dan ikutilah kelas baletmu, nak !", ucap Nenek Amarise.
"Baiklah, aku akan mengikuti kelas tari baletku dan aku ucapkan terimakasih padamu, nenek telah membantuku lagi", ucap Aneisha Mihai.
"Aku akan sangat senang apabila dapat selalu membantu gadis secantik dirimu, Aneisha Mihai, cepatlah turun kebawah dan menarilah sebaik mungkin, nak ! Raihlah masa depanmu yang lebih baik lagi dan menangkanlah beasiswa itu !", ucap Nenek Amarise tersenyum senang.
"Tentu nenek, aku akan berusaha lebih keras dan bersungguh-sungguh !", ucap Aneisha Mihai.
Dia lalu melompat kearah bawah tanpa seorangpun menyadari kedatangannya, sehingga ia dapat mengikuti kelas balet dengan lancar.
Aneisha Mihai segera melepas pakaiannya dan memakai pointe shoes miliknya yang berwarna putih, ia memang sengaja memakai leotard dari rumah seperti biasanya karena itu sangat memudahkan dirinya.
"Untung semua orang tidak melihat kedatangannya dari luar jendela kelas, ini berkat nenek, jika tidak guru akan menghukumku !?", ucap Aneisha Mihai bergumam pelan.
"Satu... Dua... Tiga... Perhatikan langkah kaki kalian ! Pandangan lurus kedepan ! Bersikap tegak !", teriak seorang guru laki-laki pada semua murid di kelas balet itu.
Suara alunan musik terdengar sangat jelas di seluruh ruangan kelas balet itu dan Aneisha Mihai mulai mengikuti intruksi guru.
"Siapa itu ? Jangan melamun !", teriaknya lagi.
"Maaf, maaf...", ucap seorang murid lalu segera memperbaiki sikap tarinya.
"Jika ada yang tidak serius di kelas ini, lebih baik tidak usah ikut kelas baletku ! Mengerti !", teriak guru laki-laki itu tegas.
"Iyaaa !!!", teriak mereka semuanya serentak.
"Baiklah dan mulailah menari balet dengan benar ! Konsentrasilah ! Dan jaga sikap kalian dalam menari !", teriak guru laki-laki itu.
"Satu... Dua... Tiga... ", teriak mereka semuanya.
Suara murid-murid membuat suasana kelas menjadi sangat meriah dan penuh semangat saat mereka belajar balet.
Terutama Aneisha Mihai yang dapat kembali mengikuti kelas tari baletnya setelah sekian lamanya, karena ia vakum dari dunia balet yang ia tekuni sejak larangan Izebel, ibu tirinya yang sangat jahat dan kejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments