Aneisha Mihai terbangun dari pingsannya lalu duduk terdiam.
Dia memandangi nenek bergaun merah itu tanpa berkedip, hanya mengusap kepalanya yang pening.
"Bagaimana aku bisa sampai disini maksudku di tempat tidur, nek ?", ucap Aneisha Mihai.
"Aku tadi membawamu saat kamu jatuh pingsan tadi, sayangku, sekarang minumlah nak !", ucap Nenek Amarise.
Wanita tua bergaun merah itu lalu menyodorkan sebotol minuman berisi air putih pada gadis cantik itu.
"Terimakasih...", ucap Aneisha Mihai.
"Tidak perlu sungkan", ucap nenek.
"Mmm..., ngomong-ngomong nek, jika aku boleh tahu. Apakah wujudmu yang sebenarnya ?", tanya Aneisha Mihai setelah menegak minuman di tangannya.
"Aku...?", ucap nenek sambil meletakkan tangannya di depan dadanya.
Aneisha Mihai menganggukkan kepalanya pelan lalu berkata, "Maaf, jika pertanyaanku tidak sopan !?"
"Oh, tidak, hanya saja untuk apa kamu menanyakannya ?", ucap nenek sambil melirik Aneisha Mihai.
"Tidak apa-apa, hanya penasaran saja...", ucap Aneisha Mihai.
"Jawaban apakah itu nona, terkesan acuh tak acuh, tidak pantas seorang anak gadis berbicara asal-asalan, katakan apa yang ingin kamu katakan dan tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan dengan tegas, itu akan lebih baik nak", ucap Nenek Amarise.
"Baiklah, aku memang ingin tahu apakah wujud asli nenek saja ? Apakah itu lebih baik ?", ucap Aneisha Mihai.
"Iyah, setidaknya tidak ada pertanyaan yang bernada ambigu, baiklah, tetapi wujudku adalah cahaya dan aku mengubah semua wujudku sesuai keinginanku dan keperluan saja", ucap nenek.
"Cahaya, ya !? Tetapi nenek bisa berubah wujud sesuai keinginan ? Itu sangat keren, apakah nenek bisa berubah-ubah ?", tanya Aneisha Mihai bersemangat.
"Sudahlah, sudahlah, kamu tidak perlu menanyakannya lagi", ucap nenek bergaun merah tersenyum.
"Baiklah, aku tidak akan menggodamu lagi, tapi ini sungguh sangat menyenangkan? Karena bisa bertemu seorang malaikat berhati mulia sekali", ucap Aneisha Mihai.
***
Mereka berdua lalu sama-sama tersenyum, menandakan persahabatan telah terjalin dengan baik.
"Maaf, aku terlalu keras padamu tapi ini adalah suatu kewajiban yang harus aku lakukan, ketentuan langit memang keras tetapi tidak menutup kemungkinan ada perubahan lebih ringan", ucap Nenek Amarise.
"Aku tahu itu dan aku dapat memahaminya !? Apakah nenek datang karena aku bereinkarnasi dan hidup kembali ?", ucap Aneisha Mihai.
"Benar, setiap manusia yang mengalami kebangkitan setelah kematian untuk sebuah pertobatan adalah kelayakan bagi para malaikat untuk mendampinginya", ucap Nenek Amarise.
"Apakah itu sebuah rahasia yang tidak seorangpun boleh mengetahuinya selain orang itu sendiri ?", ucap Aneisha Mihai.
"Iya, apa yang kamu katakan itu memang benar, hal tersebut merupakan sebuah rahasia langit yang tidak boleh bocor dan didengar oleh orang lain selain orang itu sendiri !", ucap Nenek Amarise.
"Oleh sebab itu langit mengirimmu padaku supaya aku tidak mengatakan perihal reinkarnasiku kembali ke masa lima tahun yang lalu, saat ini !?", ucap Aneisha Mihai serius.
"Bisa dikatakan itu tepat sekali tapi agak sulit untuk meyakinkan jika itu adalah sebuah agenda tugas para malaikat langit", ucap Nenek Amarise.
"Sulit, aku rasa satu kata itu sangat cocok untuk menggambarkan tugas anda itu, lalu apakah ada hukuman untuk orang yang lalai akan hal itu ?", tanya Aneisha Mihai.
"Jika dia tidak mengerti akan ketentuannya dan tidak sengaja melakukannya atau ia lalai karena ketidaktahuannya, tidak ada hukuman hanya akan ada peringatan setelahnya", ucap nenek.
"Aku rasa itu juga bukan hal yang mudah bagi para pencari jalan pertobatan, meski mereka tahu itu adalah rahasia tetapi mereka sengaja lalai, lantas apakah semuanya baik itu orang berlaku tidak benar atau benar akan memiliki pendamping malaikat pelindung seperti anda ?", ucap Aneisha Mihai lalu duduk di samping ranjang tidur tamu.
"Hmm..., sebenarnya tidak semuanya akan seperti itu, memiliki malaikat pelindung karena tergantung amalannya di masa orang itu masih hidup, sesuai apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya", ucap nenek.
"Artinya jika ia orang yang jahat maka ia tidak memiliki malaikat pelindung ?", ucap Aneisha Mihai.
"Bukan demikian, tepatnya apa yang ia lakukan di masa lalunya maka di kehidupan reinkarnasinya ia akan berubah sesuai kehidupannya yang lalu, misalnya orang itu seorang penjahat maka di kehidupan reinkarnasinya ia akan menjadi binatang dan tidak lagi berwujud manusia lagi", ucap nenek.
"Apakah itu bentuk penebusan dosa ?", ucap Aneisha Mihai.
"Benar sekali, sesuai amalannya", ucap nenek.
"Apakah setelah itu penjahat yang telah berubah menjadi binatang akan bereinkarnasi kembali ?", ucap Aneisha Mihai.
"Tergantung amalannya, jika saat dia menjadi binatang telah melakukan sebuah amalan baik dan melewati hidupnya tanpa riak-riak yang mengharuskannya melewati reinkarnasi lagi, aku rasa itu tidak perlu lagi, karena ia akan kembali ke langit dalam roh yang telah dibersihkan dan suci layaknya bayi", ucap" nenek sambil tersenyum.
"Setiap amalan ada sebab-akibatnya, tidak perlu langit untuk menjelaskannya karena kita akan kembali tanpa membawa apa-apa" ucap Aneisha Mihai.
"Tuhan akan mempertahankanmu tetapi juga akan melepaskanmu selagi kamu mengingatnya atau melupakannya", ucap Nenek Amarise.
"Apakah hakikat dari reinkarnasi itu sendiri ?", ucap Aneisha Mihai.
"Hal itu adalah suatu kepercayaan bahwa seseorang akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat ini. Yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu", ucap Nenek Amarise.
"Apakah semua ajaran mempercayainya ?", ucap Aneisha Mihai.
"Tidak semuanya mempercayainya, sesuai ajaran yang mereka yakini tetapi ini merupakan suatu cerita kehidupan bahwa setiap orang ingin memiliki sebuah kesempatan kedua dalam hidup mereka atau sebuah harapan tentang masa depan yang lebih baik, tidak semua ajaran menyukainya, ada ajaran yang meyakini jika manusia hanya melewati kehidupan hanya sekali tetapi bagi orang yang ditinggalkan akan memiliki sebuah pengharapan dan meyakini jika orang yang ia kasihi itu akan melewati kehidupan selanjutnya secara baik", ucap nenek.
"Tapi adapula yang bangkit dari mati suri tetapi ada sebuah kutukan langit yang menyertainya", ucap Aneisha Mihai.
"Bisa dikatakan, ada harapan tapi tidak boleh diberitakan, atau seperti contohnya, saudaramu sakit dan koma kemudian keluargamu berharap saudaramu hidup kembali, lalu doa harapanmu terkabul tapi saudaramu tidak lagi mengenalmu dan menjadi orang lain setelah kebangkitannya, lantas apakah kamu akan mempercayainya ? Ataukah itu adalah suatu ajaran saja ?", ucap nenek tersenyum simpul.
"Mmm..., aku mengerti, anggap saja ini seperti layaknya sebuah mimpi di malam hari saat kita terlelap tanpa harus memikirknnya dan terbangun dalam hidup yang baru...", ucap Aneisha Mihai.
***
Jam berdentang sebanyak tiga kali, waktu menunjukkan angka Delapan belas, tepat kedua jarum jam sama-sama berdiri lurus dalam posisi vertikal.
Nenek Amarise berdiri tegak di depan pintu kamar tamu dengan kedua tangan menggenggam erat gagang payung berenda miliknya.
Dia mendongakkan kepalanya seraya terpejam diam dan menarik nafasnya dalam-dalam.
"Takdir tidak bisa diubah tapi nasib dapat berubah, bencana tidak dapat dielakkan tetapi mampu dicegah..., ketentuan langit berubah sesuai amalannya..., semoga Tuhan selalu menyertai kita...", ucap Nenek Amarise.
Aneisha Mihai berjalan menghampiri nenek bergaun merah serta bertopi merah itu dengan penuh tanda tanya di dalam hatinya.
"Apa yang anda katakan ?", tanya gadis muda itu.
"Dia telah datang..., dia telah datang..., dia telah masuk ke rumah ini, hawa iblis memasuki area rumah ini, pelindung telah terbuka...", ucap nenek.
"Apa maksud nenek ? Siapa yang nenek maksudkan ?", tanya Aneisha Mihai.
"Ayo, kita segera menemuinya nak, kita lihat hasil tarian baletmu, apakah mantera pengasih itu dapat terpatahkan pada mamamu dan ayahmu ? Aku harus melihatnya sendiri sosok wanita itu ?", ucap Nenek Amarise.
Wanita tua itu lalu meraih tangan Aneisha Mihai dan menariknya keluar dari dalam kamar tamu menuju luar.
Mereka berdua berjalan sepanjang jalan kearah ruangan tengah rumah dan melewati ruangan utama menuju ke arah pintu depan rumah.
"Astaga, bau itu sangat menyesakkan !?", ucap nenek sambil terus menggandeng tangan Aneisha Mihai.
"Ada apa nenek ?", ucap gadis muda itu.
"Lihatlah ! Mereka telah datang, nak !", ucap nenek.
Aneisha Mihai melihat kearah depan dan ia melihat mamanya tengah berbincang-bincang dengan ayahnya beserta seorang wanita muda nan jelita berdiri tepat di samping ayahnya.
Wanita itu adalah wanita yang menjadi ibu tirinya di kehidupan pertamanya, wanita jahat yang telah menghancurkan keluarganya, ibu tiri yang kejam yang telah membuat kedua kakinya lumpuh, wanita bermuka dua yang telah membunuhnya.
Dia kini hadir kembali tepat di hadapannya, di depan kedua matanya tanpa menunjukkan rasa bersalah, tanpa perasaan dengan tersenyum semanis itu.
"Dia datang...", gumam Aneisha Mihai.
Kedua tangan Aneisha Mihai mengepal erat dan tubuhnya bergetar hebat, ia tidak menangis tetapi luka itu telah membunuhnya.
Hatinya hancur berkeping-keping saat mengingat siksaan demi siksaan yang datang ke dalam kehidupannya bertubi-tubi.
Petaka yang ia lewati tanpa seorangpun dari kedua orangtuanya mengetahuinya, bagaimana penderitaan yang ia alami selama lima tahun itu.
"Tenanglah Aneisha Mihai, tetaplah tenang !", bisik Nenek Amarise.
Aneisha Mihai terdiam, ia berusaha menahan amarah yang ada di dalam dadanya.
"Aneisha Mihai, lihatlah ayahmu telah kembali nak, cepatlah memeluknya sayangku !", ucap mama.
Pria itu hanya menaikkan dagunya saat melihat gadis cantik itu berdiri di depannya tanpa ekspresi di wajah.
"Aneisha Mihai, ada apa denganmu nak ?", ucap mama.
Aneisha Mihai hanya terdiam dan menatap malas kepada pria itu.
"Apa kabarmu nak ? Sampai jumpa !?", ucap pria berwajah dingin itu.
"Kabarku baik ayah, bagaimana kabarmu ?", jawab Aneisha Mihai.
"Kabarku baik-baik nak, aku datang tepat di hari barumu bukan ? Tapi sayangnya, aku lupa membawakanmu hadiah !?", ucap ayah.
"Tidak apa-apa ayah selagi anda mengingat jalan pulang ke rumah, aku rasa itu adalah rasa syukur kami", ucap Aneisha Mihai.
"Ehem, sayangku seharusnya kamu lebih mendisplinkan lagi anak perempuanmu itu !", ucap ayah seraya melirik wanita bermata biru.
"Maaf memotong pembicaraan kalian !? Perkenalkan namaku Izebel", ucap wanita muda itu seraya tersenyum.
"Siapakah dia suamiku ?", ucap mama.
"Dia rekan bisnisku di luar kota, aku membawanya kemari karena dia memintanya, ada urusan penting di kota ini yang harus ia selesaikan sedangkan ia tidak mengenal siapa-siapa di kota ini", ucap ayah.
"Benarkah demikian ? Tapi maaf sayangku, tidaklah pantas seorang pria beristri membawa wanita ke dalam rumahnya", ucap mama seraya menoleh kearah wanita muda itu.
"Sayangku, jangan terlalu kaku, kasihanilah dia sayang, beri dia tumpangan sementara di rumah ini", ucap ayah.
"Tapi...", ucap mama.
Tiba-tiba terdengar suara Aneisha Mihai berbicara dengan keras.
"Tidak bisa ayah ! Bawalah saja dia ke penginapan di kota karena itu lebih baik untuk dia !", ucap Aneisha Mihai galak.
Semua orang terdiam kemudian memandang kearah Aneisha Mihai dengan terpana, mereka terkejut dengan ekspresi gadis cantik itu.
Tidak biasanya Aneisha Mihai menunjukkan perasaannya secara berlebihan dan sejujur itu.
Hal yang tidak pernah dilakukan gadis muda itu sebelumnya, mereka terkejut akan keberaniannya yang tidak pernah gadis muda itu perlihatkan, jiwa muda yang memberontak dan kritis pada apa yang dilihatnya sekarang.
Dia seakan mencari sebuah keadilan dalam hidupnya yang ingin ia pertahankan sebagai haknya, miliknya, kepunyaannya dan masa depannya serta harapannya di kehidupan barunya setelah melewati hidup penuh penderitaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments