"Sayang bangun...." ucap Talitha sambil mengelus pipi Rayyan dengan lembut, dilihatnya lelaki yang mengisi isi hatinya tersebut tengah terlelap tidur di sofa dengan nyaman. Tak tahan rasanya dia melepas rindu dengan laki-laki itu, terlebih setelah pertengkaran dia dengan Brian suaminya.
"Kamu..." ujar Rayyan ketika baru membuka matanya agak terkejut melihat Talitha.
"Kenapa kamu kaget?" ujar Talitha sambil tersenyum manis, matanya terlihat sembab. Rayyan beringsut mengubah posisi tidurnya menjadi duduk di sofa, kini Talitha juga duduk di sampingnya. Rayyan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, lalu dia menatap wanita di sampingnya itu.
"Bukan....aku hanya khawatir jika kamu sering kesini, nanti Brian bagaimana..." Rayyan menghembuskan nafas panjang.
"Biarin aja, laki-laki itu sungguh membuatku terpenjara, dan kini aku membencimu"
"Aku?" Rayyan menunjuk dirinya sendiri. Talitha mengangguk. "Kenapa?"
"Aku sebel sama Kamila, kenapa dia menikahkan kamu dengan perempuan itu? perempuan yang dari negara entah berantah" Talitha akhirnya protes. "Dia jauh dari aku, jauuuuuh banget kelasnya, siapa sih dia? yang aku tahu dia gadis laundry biasa saja" ceplosnya.
Rayyan menggaruk kepalanya, ini rumit baginya. "Aku sendiri juga tidak paham sebelumnya, hanya saja ini sama-sama menyelamatkan kita kan?" Rayyan membela, entah membela dirinya atau Hanna.
"Tapi nggak begini juga" masih saja Talitha protes.
"Lantas aku harus bagaimana? jujur aku juga kecewa dengan kamu, kenapa kamu nggak jujur dari awal jika kamu dan Brian masih ada ikatan pernikahan?" Rayyan melihat wanita di sampingnya dengan mimik serius, dalam hati tak dapat dipungkiri jika dia mencintai wanita itu.
"Lah kan memang hubunganku sudah hambar dengannya Rayyan....kita sudah di ambang perceraian"
Rayyan kembali mengambil nafas dan menghembuskan dengan berat, dia sudah terlanjur jatuh cinta pada wanita ini.
"Harusnya berpikir panjang" ucap Rayyan akhirnya.
Talitha memegang tangan Rayyan dengan lembut, dan mengusapnya. "Aku akan tetap bertahan dengan hatiku"
"Seenggaknya kita harus membaca situasi, mungkin kita harus menjaga jarak kita hingga berita mereda, ini masih terlalu berbahaya"
Talitha menatap mata Rayyan dengan perasaan iba, ada benarnya juga. Dia juga tidak mau karir Rayyan hancur karenanya.
"Iya" jawabnya akhirnya.
"Jadi sayang...kita harus bersabar" Rayyan membalas usapan tangan Talitha sambil tersenyum. "Mulai sekarang, kita harus membatasi pertemuan kita ya?" pinta Rayyan, senyumnya mengembang.
"Tapi aku takut..." Talitha merajuk.
"Kenapa lagi?"
"Aku takut kamu jatuh cinta padanya" Talitha manyun.
Sontak Rayyan tertawa terbahak mendengar kalimat itu yang meluncur dari bibir Talitha.
"Kenapa tertawa? aku serius"
"Lagian kamu kenapa cemburu pada dia? hah? ini konyol" Rayyan tertawa lagi melihat tingkah pujaan hatinya tersebut.
"Dia perempuan loh, dan kalian tinggal dalam satu atap yang sama, bertemu setiap hari, komunikasi setiap hari, itu...." belum selesai Talitah berucap. Rayyan memeluk wanita itu dan mengelus rambut pirangnya, hingga aroma rambut tersebut tercium.
"Enggak akan sayang...percaya padaku" Rayyan memastikan, dia berkata dengan mantap.
"Bener ya....?"
Rayyan mengangguk.
***
Sementara itu Hanna baru saja selesai mengikuti kuliah, Hanna tidak lekas pulang, dia berada di ruang jurnalis, dia memang aktif berada di kegiatan luar akademiknya.
"Tahu nggak, nanti dies natalis kampus kita, kita akan mendatangkan Rayyan Sebastian?" ujar Kia, teman Hanna yang berada di UKM Jurnalistik bersamanya.
"Oh..." hanya itu jawaban yang keluar dari Hanna.
"Hah? hanya Oh? kok tumben?" tanya Kia terkejut, seorang Hanna hanya menanggapi "Oh" padahal biasanya Hanna sangat antusias dengan orang yang namanya Rayyan Sebastian si seleb hits itu. Dia tahu Hanna sangat mengidolakan Rayyan.
"Iya? apa kamu sedang tidak dengar?" Kia menyentuh dahi Hanna, memastikan bahwa temannya tersebut dalam keadaan baik-baik saja.
"Enggak...aku bahagia, seneng dengarnya, nanti bisa minta foto bareng" ujarnya sambil menyeringai.
"Yap, nanti kita yang harus urus ini itu untuk menyambutnya"
"What?" teriak Hanna.
"Kenapa? bukankah itu bagus? kita bisa dekat?" diam-diam Kia juga mengidolakan Rayyan.
"Ya...ya...." jawab Hanna malas, andai saja Kia tahu jika ternyata Rayyan itu menyebalkan, apakah dia juga akan tetap mengidolakan atau ilfeel seperti dirinya. "Kapan sih?" tanya Hanna sambil rebahan di karpet, tangannya memainkan ponselnya.
"Masih lumayan lama sih, mungkin sekitar 5 bulanan lagi lah"
"Baiklah nanti kita kerjakan bersama-sama" jawab Hanna masih sibuk melihat layar ponselnya.
"Tumben-tumbenan ini bocah nggak blingsatan mendengar nama Rayyan, aneh" gumam Kia sambil ikut rebahan di pinggir Hanna.
Kini Hanna tahu, bahwa yang terlihat di layar itu benar-benar tak sama dengan apa yang ada di depannya sekarang. Rayyan yang di posternya jauh lebih menarik, terlihat sangat baik dan menyenangkan. Tapi aslinya sungguh menyebalkan dan membuatnya merasa menyesal telah mengidolakannya.
"Kamu kenapa melamun?" senggol Kia saat melihat Hanna menutup matanya.
"Bukan.....aku mengantuk" Hanna berdalih, sebenarnya dia sedang memikirkan Rayyan dan hidupnya, seperti mimpi yang benar-benar aneh. Tiba-tiba muncul begitu saja. Harusnya dia bahagia, tapi kenapa enggak?
"Nanti aku bersedia mendampingi dan menjadi tour guide bagi Rayyan deh" Kia kembali bersemangat. "Kamu mau kan?" Kia menyenggol lengan Hanna.
"Oh...iya, mau donk, mau banget" Hanna berpura-pura. "Tapi kenapa sih kampus kok ngundang dia? memang jadwalnya bisa?"
"Lah kamu kan tahu sendiri kalau yang sedang hits itu Rayyan, sebagai contoh kawula muda yang keren" Kia nampak berbunga-bunga.
Hanna mendengus, ingin rasanya dia membongkar apa yang dia alami, bahwa Rayyan itu menyebalkan.
"Bagaimana ya Rayyan di dunia nyata ya? uh pasti keren...andai saja aku menjadi pacarnya" Kia tertawa terbahak-bahak. Hanna melirik temannya tersebut sambil tersenyum.
"Mau?" tanya Hanna.
"Mau donk...." Kia bersemangat.
"Aku mah ogah, karena mas Bian tetap nomer satu di dunia nyataku" ujar Hanna tersenyum sambil mengingat Bian.
"Iya...nggak apa-apa aku malah senang, hilang satu sainganku" Kia tertawa, menertawakan kehaluannya.
Ingatan Hanna kembali di kejadian pagi tadi, membuatnya semakin pudar dalam mengidolakan Rayyan.
Selepas berhaha hihi di ruang jurnalistik, Hanna pamit undur diri. Dia segera bergegas ke parkir dan pulang ke rumah Rayyan.
"Baru pulang?" sapa Rayyan, laki-laki itu sedang berada di dapur. Hanna mengangguk, baginya Rayyan adalah tetap manusia biasa, tidak ada yang spesial jika dilihat di rumah. Memang dia good looking, hanya saja aura bintangnya tidak seperti saat di lauar televisi.
"Kenapa melihatnya seperti itu? ada yang aneh?" tanya Rayyan sambil melipat kedua tangannya, "Atau jangan...jangan..."
"Stopp....jangan ungkit lagi" Hanna mengangkat kedua tangannya. Dia tahu Rayyan akan membahas peristiwa itu lagi. Rayyan tertawa terbahak-bahak. Lalu dia mneyeret kursi kayu yang dekat dengannya dan duduk di sana. Hanna melirik ke atas meja, nampaknya Rayyan bersedia memakan makanan sederhananya itu.
"Ngomong-ngomong terima kasih makanannya, lumayan lah daripada harus keluarin duit buat beli makanan, hemat" nampak Rayyan terlihat menggoda Hanna. Hanna hanya diam, kini dia berjongkok di depan lemari es sambil memasukkan bahan makanan ke dalam.
Berasa mendapat mainan baru, Rayyan tertawa melihat ke arah Hanna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
taehyung~V~💜
aq bkal nunggu saat² dirimu akan bucin ke hana rayyan🤣🤣
2022-06-06
1