Tidak ada yang gratis, begitulah peristiwa malam ini. Pihak dari Brian Wicaksono juga harus menandatangani surat
perjanjian bermatrai yang intinya mereka harus merahasiakan pernikahan antara Rayyan dan Hanna.
“Karena rencana awal pernikahan ini akan diselenggarakan secara diam-diam juga” ucap Kamila masih bersandiwara. “Namun karena anda mengacaukannya dengan membawa banyak wartawan datang, maka anda dan pengacara harus menandatangani surat perjanjian ini” Kamila menyodorkan surat perjanjian tersebut.
Brian dengan seksama membaca surat perjanjian itu, di satu sisi dia masih percaya pada intuisinya bahwa ini bukan peristiwa yang sebenarnya, dia masih yakin jika Talitha dan Rayyan memiliki hubungan special. Namun kini setidaknya dia melihat Rayyan akan menikah dengan perempuan lain yang bukan istrinya. Akhirnya Brian menandatangani surat perjanjian tersebut.
Setelah pernikahan digelar secara sembunyi itu, Brian dan timnya serta Talitha meninggalkan rumah Rayyan. Para wartawan masih setia menunggu di depan pagar rumah Rayyan berharap mendapatkan berita hangat malam ini.
Ketika sebuah mobil warna hitam keluar menyibak kerumunan para wartawan, mereka mencoba merangsek untuk
mendapatkan informasi. Tidak ada yang bicara satupun, hanya saja terlihat jika Talitha dan Brian berada di mobil yang sama.
“Terus bagaimana ini?” tanya salah satu wartawan pada temannya.
“Waaah percuma seharian berada di sini, tidak ada berita yang kita dapatkan” jawab temannya kesal.
“Kita harus menunggu konfirmasi dari pihak Rayyan Sebastian” imbuh lainnya.
Akhirnya mereka membubarkan diri.
Hari hampir tengah malam, Pak Handi, Nayo dan juga Hanna masih berada di rumah tersebut.
“Karena aku yakin pihak sana akan memantau kalian, maka kalian akan tinggal di sini sebagai pasangan suami istri” timpal Kamila sambil melipat kedua tangannya di dada. Rayyan menatap Kamila, sebagai tanda protes. Begitu juga Hanna, dia mengira tugasnya sudah selesai dan dia bisa pulang ke rumahnya.
“Iya…kenapa kalian kaget, Brian harus yakin jika scenario ini real!” Kamila menegaskan ucapannya.
“Kamu sudah siap nak?” tanya Pak Handi pada Hanna. Hanna menatap ayahnya dan Nayo bergantian, sejujurnya ini sangat mendadak dan sama sekali tidak membuatnya bahagia.
Rayyan membuang muka, mimpi apa dia semalam, harus menikah dengan gadis laundry yang tiba-tiba muncul di
rumahnya tersebut. Rayyan mengurut keningnya.
“Terserah kamu!” ujar Rayyan kesal, kemudian dia meninggalkan Kamila dan masuk ke dalam kamarnya.
“Bolehkah saya pulang malam ini kak?” tanya Hanna memohon.
“I..Iya..lagian dia belum membawa baju” Pak Handi mencoba membantu Hanna.
“Baik, tapi besok sudah harus kembali ke sini dan menetap di sini, bagaimanapun skenario ini harus total” ujar Kamila.
Hari sudah hampir subuh, mata Hanna tidak bisa terpejam. Dia memandangi poster yang tertempel berjejer di dinding kamarnya. Masih terasa mimpi, kejadian malam tadi, dia sah menjadi istri dari orang yang dia idolakan.
“Harusnya kan aku senang, tapi kenapa seperti ini rasanya?” gumamnya, dia menarik selimut hingga menutupi
wajahnya. Dia memejamkan matanya, lalu membukanya lagi. “Sial, aku tidak bisa tidur”
Hanna membuka selimutnya dan duduk di atas ranjangnya, rambutnya yang pendek nampak berantakan, begitu juga poninya. Masih ada sisa make up riasan pengantinnya tadi. Hanna kembali menghempaskan dirinya dan berbaring di ranjang, mencoba mencari rasa kantuk agar dia bisa sejenak beristirahat.
Keesok harinya, Hanna membereskan beberapa pakaiannya ke dalam tas yang tidak begitu besar, dia akan menjalankan perannya sebagai “istri” dari Rayyan Sebastian mulai hari ini.
“Ini gilaaa!” Hanna berteriak di depan lemari pakaiannya.
Tok…tok…
Terdengar pintu kamarnya diketok.
“Masuk…” ujar Hanna tanpa menoleh ke arah pintu yang dibuka.
“Kamu sudah siap nak?” tanya Pak Handi, dia baru saja selesai dengan pekerjaannya mencuci baju.
“Maafkan aku yah tidak bantu ayah mencuci pagi ini”
“Jangan kamu pikirkan itu, ayah sudah biasa, mulai sekarang kamu fokus pada urusanmu saja ya, kamu sudah
sangat bekerja keras” ujar Pak Handi sambil membantu Hanna merapikan baju ke dalam tas tersebut.
“Jangan sampai Nayo tahu tentang perjanjian itu ya yah, aku tidak mau dia bersedih jika tahu aku menikah karena uang dan perjanjian itu” ungkap Hanna pelas, agar tidak terdengar sampai luar kamar.
“Iya…” Pak Handi menutup resleting tas Hanna, kemudian meletakkannya di atas meja dekat jendela, sewaktu
Hanna akan membawanya, maka tas tersebut sudah siap. Pak Handi menatap poster yang berjejer di dinding kamar Hanna.
“Tidak pernah aku bayangkan, kegilaan kamu menjadi nyata” Pak Handi tersenyum.
“Tapi nggak gini juga kali yah caranya, tahu nggak? Ini seperti mimpi buruk” ujar Hanna manyun. Pak Handi menatap putrinya, dia kembali tersenyum. Dia berjalan menghampiri Hanna yang tengah duduk di tepi ranjang, Pak Handi ikut duduk di sebelah Hanna. Dia mengelus rambut putrinya perlahan.
“Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, jadi cintailah apa yang sedang terjadi ini” ucap Pak Handi. “Kamu mau berangkat jam berapa?”
“Sebentar lagi, Kamila sudah menelpon dari tadi” jawab Hanna malas.
“Semangaaaat!”
Hanna sudah sampai kembali di rumah mewah yang akan dia tempati bersama Rayyan. Dia masih mematung di depan pagar kokoh itu. Dia nampak ogah-ogahan memencet bel yang ada di depan. Belum sempat dia membunyikan bel, satpam sudah membukakan gerbang untuknya.
“Silahkan masuk Nona…” sambut satpam tersebut dengan ramah, Hanna tersenyum kecil beberapa detik. Dia enggan melangkah masuk, tapi mau tidak mau itu yang harus dia lakukan.
Hanna menenteng tas warna coklat susu itu masuk ke dalam rumah, nampak sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanna celingukan, tidak berani memanggil siapapun manusia yang ada di sana.
“Eh baru sampai?” tanya Kamila yang agak mengagetkan Hanna karena muncul tiba-tiba.
“Iya kak”
“Jangan panggil kakak, meskipun aku lebih tua dari kamu lebih dari 10 tahun, bahkan lebih, panggil saja Mila”
tegasnya. Hanna mengangguk.
“Iya Mila” agak tidak enak dirasakan oleh Hanna saat memanggil dengan sebutan nama saja.
“Kamu kenal Rayyan kan? Ehm…maksudku tahu kan?” tanya Kamila. Hanna mengangguk.
“Apa yang kamu ketahui?” Kamila mencoba mengetes, seperti sedang memberi ujian pada Hanna.
“Dia ceria, baik, pintar, supel, humble….” Hanna mencoba mengeluarkan apa yang selama ini dia tahu, dan
kata-kata itu yang selalu dia ucapkan pada saat dia ngobrol dengan poster Rayyan di kamarnya.
Mendengar pujian dari Hanna, Kamila menahan tawanya. Hanna terdiam sambil memandangi Kamila.
“Kenapa?” tanya Hanna penasaran.
“Cukup!” Kamila mengangkat kedua tangannya. “Mungkin kamu butuh perkenalan dengan Rayyan setelah ini”
Hanna menatap Kamila dengan mimik serius, demi apapun dia akan merahasiakan jika dia mengidolakan Rayyan selama ini.
“Oh ya…kita tidak punya asisten rumah tangga di sini, jika kamu ingin masak, ya masak aja sesukamu, untuk urusan beberes rumah, nanti akan ada tukang bersih-bersih yang datang. Rayyan tidak suka ada orang asing di rumahnya.
Gleeekkkk
Hanna menelan ludahnya, cerita Kamila sedikit membuat nyalinnya ciut, “orang asing?” dia adalah salah satu orang asing bagi Rayyan tentunya.
“Kamar kamu beda dengan kamar Rayyan, silahkan tempati kamar yang kamu suka, di sini ada beberapa kamar
kosong” imbuh Kamila.
“Mila tidak tinggal di sini?” tanya Hanna memberanikan diri bertanya. Kamila menggeleng.
“Sudah aku bilang, Rayyan suka privasi”
Pembicaraan mereka berhenti saat terdengar suara derap kaki mendekat, nampak Rayyan baru saja keluar dari
kamarnya. Dia nampak baru selesai mandi. Sejenak, Hanna ingin berteriak kagum saat melihat rambut Rayyan masih basah, wajah bantal Rayyan yang meskipun baru saja mandi masih kelihatan, terasa sangat keren di mata Hanna. Tapi dia sebisa mungkin mengendalikan dirinya.
“Hari ini jadwal kosong, hingga 3 hari, sengaja aku melakukannya, jadi nikmatilah waktu kalian di rumah” ujar Kamila. “Aku pamit pulang, ada yang harus aku urus”.
Tidak ada jawaban dari Rayyan, dia membuka pintu lemari pendingin, mengambil air dan menuangkannya ke dalam gelas. Kini tinggal mereka berdua berada di rumah ini.
Bagi Hanna, dia sedang berasa di dalam kandang macan, yang sewaktu-waktu dia bisa mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments