Hanna dan Panji berjalan di lorong kelas, kelas pagi sudah usai, tinggal nanti ada kuliah sore. Jika biasanya Hanna akan pulang ke rumah membantu Ayahnya menyelesaikan tugasnya, tidak kali ini. Ada rindu sebenarnya sudah beberapa hari dia tidak berjumpa dengan Ayah dan adiknya.
"Kamu mau kemana setelah ini? pulang?" tanya Panji. Beruntung Hanna memiliki sahabat seperti Panji yang selalu membantunya, baik di saat santai atau di saat genting. Tidak berlebihan rasanya dia menjulukinya Panji si manusia superhero dalam hidupnya. Karena Panji benar-benar membantu dia.
"Hehm...aku? aku mau ke ruang jurnalistik" Hanna baru saja mengecek ponselnya, di sana ada pesan tertulis dari Kia yang mengatakan bahwa dia harus rapat dengan panitia dies natalis.
"Kenapa?"
"Ada rapat dengan panitia dies natalis" jawab Hanna, tangannya kembali menyimpan ponselnya ke dalam tasnya.
"Oh, oh ya...kenapa tadi motormu?"
"Jadi ceritanya itu, entahlah...dibuat jalan tiba-tiba mati aja itu motor, maklum lah sudah tua motornya" Hanna mencoba mengingat peristiwa itu, yang membuat kakinya masih terasa capek hingga kini karena mendorong motor bututnya itu.
"Terus nanti pulang kamu gimana?" seperti biasa, pasti Panji akan memikirkan dirinya, memang Panji adalah teman terbaik.
"Tenang, nanti aku naik angkot saja" Hanna tidak mau merepotkan Panji, dia yakin Panji akan berbuat sesuatu. Tapi tidak mungkin dia akan mengijinkan Panji mengantarnya, secara dia berada di rumah Rayyan. Bisa-bisa dia akan berada dalam masalah besar nanti. Pasti akan timbul banyak masalah.
"Pulang bareng aja" ajak Panji. Apa yang dipikirkan Hanna benar terjadi, tidak mungkin Panji akan melihatnya susah, tapi tidak, Hanna menolak.
"Eh enggak...enggak...nggak usah, aman...aku aman, lagian mungkin nanti aku pulang malam, ada yang harus aku kerjakan sama Kia" dia beralasan.
"Bener?"
Hanna mengangguk mantap, mereka hampir tiba di parkiran.
"Kamu tunggu sini, aku ambil motor dulu, aku antar sekalian ke ruang jurnalistik"
Hanna mengangguk setuju, memang ruang jurnalistik agak jauh dari gedung perkuliahannya, jadi lumayan jika Panji mau mengantarkannya. Hanna menunggu di bawah pohon rindang, memandang beberapa mahasiswa yang berjalan.
Panji keluar dari tempat parkir, dihampirinya Hanna, lalu Hanna duduk di belakang Panji.
Kia melambaikan tangannya saat melihat Hanna turun dari motor Panji, Hanna membalas lambaian tangan Kia. Kini dia sudah turun dari motor Panji.
"Makasih yak" Hanna menepuk pundak Panji.
"Siap" jawab Panja sambil mengancungkan jempolnya. "Jangan lupa nanti kuliah sore loh" Panji mengingatkan, jangan sampai Hanna kelupaan atau telat.
"Bu Dosen Naning yang baik hati kan nanti?" Hanna menegaskan. Panji mengangguk.
"Sip lah aman"
Selepasnya Panji berlalu, Hanna melambaikan tangan hingga Panji tak terlihat.
"Cieee....." Kia meledek. Hanna mengibaskan tangannya ke udara, sebagai tanda menolak untuk dijahili saat mereka sama Panji.
"Apaan?" Hanna berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Sama Panji sekarang?"
"Kan kamu tahu sendiri aku sama Panji ce es" Hanna melepaskan tas ransel dari punggungnya, lalu dia menghempaskan tubuhnya di atas karpet. "Jam berapa rapatnya?" Hanna mengalihkan pembicaraannya.
"Bentar lagi, makanya aku buru-buru kirim pesan ke kamu, agar kamu nggak telat, soalnya nanti rapatnya sama Bian"
"Hah?" mata Hanna membulat. Dia buru-buru bangun dari rebahannya, lalu berdiri, mencari cermin yang menempel di tembok. Mematut dirinya, lebih tepatnya wajahnya. Dia merapikan rambut pendek beserta poni dengan jari tangannya.
"Heleh" Kia mencebik lalu tertawa.
"Mau rapat ya, bukan kencan" Kia duduk di karpet sambil memeriksa proposal yang akan dirapatkan nanti. Hanna tidak peduli, dia harus terlihat cantik setidaknya, apalagi ada Bian, si pangeran pujaan hatinya.
Beberapa anggota rapat sudah mulai hadir, mereka duduk melingkar di karpet. Hanna juga sudah siap, siap menunggu pangerannya datang.
Aroma wangi mulai menyeruak, bukan aroma makhluk halus yang datang, makhluk tampan yang bernama Bian terlihat dari luar pintu. Baru dari luar pintu saja aromanya sudah membuatnya kepayang, apalagi saat sudah berada di dalam ruangan. Hanna menyiapkan dirinya, mengapa dia mendadak lebay dan deg-deg an seperti ini.
"Selamat siang" sapa Bian sambil melambaikan tangan. Jiwa halu Hanna meronta, seolah Bian sedang melambai khusus untuk dia seorang, merasa jika Bian sedang menjemputnya. Hanna terpaku beberapa saat dengan tangan masih di udara. Menyadari temannya sedang kesambet, Kia menowel bahu Hanna, agar temannya itu segera kembali ke bumi.
"Heh" bisik Kia. Hanna berkedip, terkesiap, dan menurunkan tangannya paling belakang, teman-teman yang lain sudah sibuk dengan catatan masing-masing. Sementara Bian duduk di ujung yang bisa dilihat juga dari Hanna yang berada di ujung yang berbeda.
Sungguh sempurna ciptaan Tuhan....
Bisik Hanna dalam hati, rambut hitam dengan tatanan rapi, wangi, wajah berkharisma, suara tegas berwibawa, tatapan mata yang bening itu.
"Terima kasih teman-teman atas kedatangannya di ruangan ini untuk rapat terbatas membahas lanjutan mengenai acara dies natalis kita nanti, saya minta maaf karena di rapat yang kemarin saya nggak bisa ikut"
Oh sama donk, aku juga nggak ikut, mungkin kita jodoh...
Hanna mengulum senyum, tiba-tiba dia menjadi gila. Lalu dia menepuk kepalanya, agar kembali tersadar dan kembali ke bumi.
Bian dan Rayyan adalah sosok laki-laki yang menghipnotis hidup Hanna. Hanya saja dalam porsi yang berbeda, Bian adalah nyata, sedangkan Rayyan tidak. Bian dia bisa menjangkaunya, tapi Rayyan tidak. Meski kini dia dan Rayyan satu rumah, tapi tetap saja, benteng itu terbentang.
"Bagaimana dengan kepastian jadwal dari Rayyan Sebastian?" Bian bertanya pada anggota rapat. "Apakah dipastikan sudah benar-benar bisa hadir? jangan sampai ini nanti meleset, karena ini sudah tersebar di kampus, jangan sampai mereka kecewa dengan kinerja panitia"
"Waktu itu, saya dan Ghani sudah bertanya, dan manager menjawab jadwal Rayyan kosong ketua" sahut Kia. Ghani yang berada di samping Kia mengangguk.
"Bagus, tolong nanti dipastikan lagi"
"Siap ketua" jawab Kia. "Oh ya mas, saya minta tambahan tim ya, Hanna biar ikut menghandle nanti" pinta Kia, dia butuh personil saat menyambut kedatangan Rayyan nanti.
"Oh...Hanna...apa kasu siap?" tanya Bian pada Hanna.
Pertanyaan itu seolah memiliki arti yang berbeda buat Hanna. Yes, aku siap...siap menjadi pendampingu mas Biaaaannnn
"Heh jangan bengong, jawab itu" senggol Kia, benar-benar dah kali ini Hanna.
"Oh iya, siap mas" jawab Hanna sambil tersenyum manis.
"Bagus, oh ya...nanti tolong Kia dimatangkan bersama tim yang lain mengenai persiapan apa saja yang memang dibutuhkan segera. Hanna nanti tolong bantu saya susun proposal pengajuannya"
"Siap" kali ini Hanna sigap.
"Iya mas" susul Kia.
Mau diajak kemanapun Hanna sih ok, bahkan bolos di kelasnya Bu Naning pun dia ok.
"Nanti sore setelah perkuliahan kita kerjakan"
Ternyata Bian tidak tega membiarkan Hanna membolos, memang cowok idaman. Hanna kembali senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Rapat ditutup setelah semua tim selesai memaparkan programnya. Hanna sudah tidak sabar menunggu nanti.
Duh....bakal ada yang berduaan nih. hihi
Bantu like ya....thanks you....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
taehyung~V~💜
kira² klo rayyan tw Hanna naksir ama bian bkalan cemburu gak yhh,, jd gak sabar nunggu lnjutanny
2022-06-11
0
Nurularswar
Hanna..... 🙈🙈🙈🙈🙈🙈
2022-06-11
0