Seminggu sebelumnya…
“Aku siap menikah denganmu” ucap wanita jelita dengan mata bening indah itu sambil mengulas senyum di bibir
tipisnya, lipstick warna nude menambah keanggunannya malam itu. Tangan kanannya menyentuh tangan kiri laki-laki yang ada di hadapannya.
“Bagaimana dengan suamimu…”
“Mantan suami” ralat wanita itu secepat mungkin, dia ingin segera menghempas kata suami sesegera mungkin.
“Ya…itu maksudku” ucap laki-laki tampan itu segera ikut meralat.
“Kita sudah berapa lama bersama? Hum?” tanya wanita itu seolah memberikan pertanyaan yang tidak perlu dia jawab. “Kita sudah bersama sudah hampir 2 tahun, kucing-kucingan dan menjalani ini diam-diam, dan kamu tahu aku dan mantan suamiku sudah tak bersama 3 tahun lamanya” wanita itu kembali menegaskan.
Laki-laki itu mengangguk. Akan tetapi berita di luar sana tidak semudah apa yang diucap. Kamila, sang manager dibuat stress karena berita yang tersiar cukup membuat heboh. Bahwa artisnya, Rayyan Sebastian dituding sebagai penghancur rumah tangga Talitha dan pengusaha kaya raya bernama Brian Wicaksono.
“Kenapa? Kamu masih pusing memikirkan berita yang di luar sana?” tanya wanita bernama Talitha itu, menyentak lamunan Rayyan. Rayyan tersenyum tipis, antara menolak tetapi juga mengiyakan. Sedikit banyak berita di luar sana mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
“Atau kamu ingin mundur dari pernikahan ini?” tanya Talitha. Sesegera mungkin Rayyan menggeleng cepat, tak
mudah baginya jatuh hati pada seseorang. Sekalinya jatuh hati, dia jatuh hati pada Talitha yang agak rumit dengan hubungan sebelumnya. Talitha, seseorang yang masih muda, dengan segala talentanya. Dia memutuskan menikah muda dan kini menjadi janda tanpa anak. Sudah beberapa tahun rumah tangganya tidak jelas arahnya. Mereka bertemu di suatu acara, pandangan pertama membuat Rayyan terusik hatinya, begitu juga dengan Talitha. Tak lama, mereka menjalin hubungan dalam diam karena status mereka masing-masing.
“Kita akan tetap menikah” ujar Rayyan mantap. Talitha tersenyum. Pada akhirnya dia akan menikah sesungguhnya, bukan karena perjodohan, seperti pernikahan sebelumnya. “Kita akan menikah minggu depan di rumah baruku” Rayyan kembali menambahkan.
Mata Talitha membulat, “Rumah baru?” tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya yang indah itu. Rayyan mengangguk, kini dia tak lagi ingin tinggal di apartemen mewahnya, dia sengaja membeli rumah baru di kawasan perumahan elite. Dia ingin membangun cerita baru setelah menikah nanti dengan Talitha.
“Iya, rumah yang akan kita tempati setelah kita menikah” ucap Rayyan. Talitha mengangguk, dia menerima dengan segala konsekuensi yang harus dia terima. Menikah dengan Rayyan, dia harus menyembunyikan hubungan ini, sampai benar-benar isu di luaran sana berhenti berdesus. “Kamu masih setia dengan hubungan diam-diam ini kan?” tanya Rayyan memastikan.
Talitha mengangguk, “Iya, sampai di luaran sana membaik” ucapnya sambil tersenyum. Rayyan menggenggam
tangan Talitha erat, lali mengecupnya.
***
Sementara itu, Pak Handi sedang termenung di depan meja setrika. Tangannya mengenggenggam
selembar brosur universitas, brosur itu dia dapatkan di kamar Nayo, anak bungsunya. Nayo yang sebentar lagi akan lulus SMA dan masuk universitas sesuai keinginannya. Perasaannya terasa kelu, dia menyadari bahwa putra
bungsunya tersebut adalah anak yang cerdas, diam-diam dia menyadari jika anak bungsunya ingin masuk ke universitas ternama dan mengambil jurusan kedokteran. Pak Handi menghela nafas panjang, jurusan kedokteran bukanlah jurusan yang bisa mudah dijangkau oleh keluarganya. Di satu sisi dia ingin mewujudkan mimpi anaknya, namun di sisi lain dia tidak mampu. Tak sanggup rasanya dia menyampaikan kenyataan ini pada Nayo, putra bungsunya.
“Ayah…” Hanna menyapa Ayahnya yang masih duduk di depan meja setrika. Pekerjaan hari ini sudah beres semua. Pak Handi menoleh ke sumber suara. Melihat Hanna dengan senyum khasnya.
Pak Handi memperlihatkan lembaran brosur pada Hanna. Hanna menerimanya dan melihatnya sejenak, dia sudah paham maksud dari Ayahnya.
Hanna menarik kursi kayu tanpa sandaran dan duduk di samping ayahnya.
“Mari kita wujudkan mimpi Nayo, biarkan aku cuti dulu yah” ucapnya.
“Jangan…kalian harus tetap lanjut, biar ayah yang mencari uang”
“Tidak masalah Yah…aku bisa bekerja lebih keras agar Nayo bisa mewujudkan mimpinya, aku tidak masalah jika harus cuti kuliah, nanti juga bisa disambung lagi kuliahnya”
Tidak ada jawaban dari Pak Handi, dia merasa salah karena tidak mampu menjadi orang tua yang bisa mewujudkan mimpi anaknya. Hanna tersenyum menatap ayahnya, kedua tangannya memegang kedua lengan ayahnya.
“Kita pasti bisa mewujudkan mimpi Nayo” Hanna meyakinkan.
Pak Handi tersenyum pias, tapi dia selalu senang mendapatkan penghiburan dari putrinya tersebut. Gadisnya yang tumbuh menjadi kuat dan sabar menghadapi situasi apapun.
***
Hanna menghentikan laju motornya di sebuah alamat yang tertera di kertas yang dia pegang. Dia turun dari motornya dan kembali memastikan jika alamat tersebut benar. Banyak orang yang berjejer duduk di depan pagar besi yang gagah itu. Nampak menggunakan name tag yang dikalungkan di lehernya, mereka juga membawa kamera dan juga microphone.
“Bener apa enggak sih ini? Kok banyak orang?” Hanna menggaruk kepalanya, dia urung menurunkan kebaya yang hendak dia antarkan di alamat tersebut. Hanna mndekati pagar, dan melihat nomor rumah tersebut. Sama dengan yang ada di kertas yang dia pegang.
“Tapi bener sih” Hanna bicara pada diri sendiri.
“Dia siapa? Apa dia wartawan juga?” gumam seorang wartawan laki-laki sambil memperhatikan Hanna. Hanna sekilas melihat laki-laki tersebut tanpa menjawab. Kembali dia merogoh kertas yang dia simpan di saku, di sana tertera nomer telpon yang bisa dihubungi.
“Hallo..iya ini saya di depan” ucap Hanna sesaat setelah mendengar jawaban dari orang yang dia hubungi.
Tak berapa lama, seorang wanita dengan wajah tegang keluar dari rumah tersebut dan menghampiri Hanna dengan susah payah karena kerumunan para wartawan.
“Kak..gimana ini? Apakah benar bahwa artisnya kakak akan menikah malam ini di sini?” tanya salah satu wartawan seolah menodong Kamila.
“Cepat masuk!” perintah seorang wanita yang bernama Kamila itu pada Hanna. Hanna dengan tergopoh segera membawa kebaya tersebut, tangan Kamila menarik Hanna dari kerumunan para wartawan. Kemudian Kamila kembali masuk dan Kamila telah mengutus seorang satpam agar memasukkan motor butut Hanna. Hanna bingung
dibuatnya. Bukankah seharusnya dia mengantar kebaya tersebut dan kembali pulang. Belum sempat Hanna berbicara, Kamila menariknya masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
Hanna melewati sebuah ruang tamu yang sangat mewah, nampak ada beberapa laki-laki dan seorang perempuan cantik yang sedang memegangi pelipis kanannya dengan tangan kanannya. Setelahnya Hanna sempat melihat ada laki-laki yang mengenakan jas warna hitam, yang disampingnya ada dua orang tegap dengan jaket kulitnya. Dan
sementara yang laki-laki tak jauh dari perempuan tersebut.
Jantung Hanna hampir copot dibuatnya, merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, namun matanya tak bisa bohong. Bahwa yang dia lihat adalah Rayyan Sebastian, sang artis idolanya.
Belum sempat dia berteriak histeris, Kamila menarik tangan Hanna masuk ke dalam. Lagi-lagi Hanna tidak sempat bertanya kepada perempuan yang menarik tangannya tersebut. Kini Hanna berada di sebuah kamar mewah, di sana sudah ada MUA (Make Up Artist) yang bersiap merias.
Mohon bantu like ya readers....^^ jangan lupa masukkan dalam daftar favorit kalian...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments