Suamiku Seleb Hits
“Aku mencintaimu…tiada yang lain selain dirimu” ucap Hanna pada seseorang pemuda paling tampan di dunia ini, setidaknya itu yang selalu dia ucapkan dan dia tanamkan di benaknya. Hanna menatap lekat-lekat laki-laki itu tanpa berkedip selama beberapa detik lamanya. Matanya masih tertuju pada wajah laki-laki itu. Rambut pendek rapi, mata tajam, bibir tipis, alis mata hitam legam tajam.
“Siapa coba yang nggak jatuh cinta sama kamu” gumamnya lagi, dia membenahi posisi duduknya, kini dia melipat
kedua kakinya bersila, tangan kanan menopang dagunya, dan lagi matanya tak henti menatap wajah laki-laki itu. Sesekali dia tersenyum dan menyentuh wajah laki-laki itu.
“Hanna….!” Teriak laki-laki yang tak lain adalah suara Ayahnya dari luar kamar. “Kamu jangan berbuat gila di dalam”
Hanna masih saja terdiam, tidak menyahut teriakan Ayahnya dari luar.
Laki-laki dengan tubuh agak gemuk itu mencabut steker listrik yang sedari tadi menyambung di colokan setrika uapnya.
“Han..Hanna…” ucapnya sekali lagi, namun yang dipanggil tak juga keluar dari kamar, bahkan menyahut pun tidak. Laki-laki itu menggantung sebuah baju pernikahan berbentuk kebaya modern di gantungan baju dengan hati-hati agar tidak merusak hasil setrikaannya. Laki-laki menggelengkan kepalanya, lalu dia melirik ke arah jam dinding usang yang menempel di dinding tak jauh darinya, hari sudah hampir jam 5 sore, dan baju itu harus diantar sebelum jam 7 malam.
Dia juga heran, mengapa baju pengantin baru bisa langsung masuk laundry karena terkena noda. 2 jam yang lalu
mengantarkannya kesini dan meminta dengan cepat agar baju tersebut kembali bersih dan siap dipakai segera.
“Hann…” teriaknya sekali lagi, mencoba dengan suara sebelum dia bersiap menggedor pintu kamar Hanna.
“Biar saya lihat Yah” ucap anak laki-lakinya.
“Hah…harusnya kamu diam saja di kamar, kamu harus belajar, karena besok kamu ujian, harusnya kakakmu yang
keluar membantu ayah, bukan kamu” Ayahnya mendesis, kedua alisnya terangkat.
Tanpa menjawab lagi, anak laki-laki yang merupakan adik Hanna itu langsung mengetok pintu kamar Hanna.
“Apaaa?” teriak Hanna dari dalam.
“Aku masuk kak” jawab adiknya. Tak ada lagi sahutan, berarti Hanna mengizinkan. Saat melihat ke dalam kamar Hanna, adiknya menggelengkan kepalanya. Tak henti-hentinya dan selalu pemandangan ini yang dia lihat tiap kali masuk ke kemar kakaknya tersebut.
“Jangan ganggu kakak” hardiknya, sejenak dia melirik adiknya, lalu kembali lagi melihat wajah laki-laki tadi.
“Dipanggil Ayah” ucap adiknya.
“Ada apa?” tanya Hanna sambil beringsut dari kasurnya.
Adiknya mengangkat kedua bahunya, lalu kembali keluar kamar saat sudah melihat kakaknya kembali ke dunia
“nyata”.
Hanna melihat adiknya keluar dari kamarnya, tak berapa lama dia turun dari kasurnya, mengikat rambutnya dan
bersiap menemui Ayahnya.
“Sebentar ya sayang….” Ujarnya pelan. Kemudian dia keluar kamar meninggalkan deretan poster-poster yang menempel di dinding kamarnya.
“Ada apa yah? Tadi Nayo bilang katanya Ayah panggil aku?” tanya Hanna tanpa rasa berdosa, padahal sudah dipanggil ayahnya berkali-kali.
“Kamu kumat lagi?” tanya Ayahnya sambil menatap Hanna gemas. Hanna meringis di hadapan ayahnya dengan wajah tanpa dosa.
“Dia tampan…dia…”
“Tidak usah diteruskan” Ayahnya sudah sangat hafal lanjutan dari kalimat Hanna yang hampir setiap saat dia dengarkan. “Ayah tahu kamu suka, begitu juga Ayah…” ujarnya lalu tertawa. “Tapi kamu jangan kebanyakan mimpi” Ayahnya mendorong dahi Hanna dengan jari telunjuk tangan kanannya. Hanna cemberut.
“Antarkan baju ini di alamat yang menempel di gantungan bajunya, harus tiba dengan selamat tanpa adanya lekukan, apalagi noda, harus sudah tiba sebelum pukul 7 malam” perintahnya mantap. Mata Hanna membulat, tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Untuk urusan antar mengantar laundry adalah tugas dia dan Nayo, akan tetapi karena besok adiknya harus mulai menghadapi ujian kelulusan SMA. Maka dia yang mengambil alih semua tugas itu.
“Hanna mandi dulu” pamitnya.
Kehidupan mereka yang cukup sederhana, membuat Hanna juga harus ikut banting tulang bekerja. Sebagai seorang mahasiswi semester 4, tak membuatnya harus menikmati full sebagai mahasiswa, dia harus juga ikut bekerja agar dia tetap bisa lanjut kuliah. Terlebih saat ini adiknya sudah kelas 12 SMA dan sebentar lagi akan lulus dan ingin kuliah, maka dia ikut bertanggung jawab untuk biaya adiknya tersebut.
Ayahnya, yang selalu dipanggil Pak Handi oleh tetangga dan orang-orang yang mengenalnya adalah sosok yang begitu bertanggung jawab, humoris, dan jarang sekali marah. Dia selalu menyayangi anak-anaknya, terlebih saat istrinya meninggal 5 tahun yang lalu. Dia begitu luar biasa berjuang untuk membesarkan anaknya sendirian.
Nayo, adik Hanna. Tumbuh menjadi pemuda yang tak banyak bicara, cenderung menutup diri. Tapi dia sangat
menyayangi keluarganya, terlebih kakaknya, Hanna yang cerewet dan ceroboh.
Hanna, seorang gadis periang yang cerewet dan suka bertindak semau dia. Tetapi di balik sifatnya yang cerewet, dia sangat menyayangi keluarganya. Sejak 3 tahun yang lalu, tepatnya saat dia masih SMA, dia mulai mengidolakan penyanyi sekaligus aktor yang bernama Rayyan Sebastian. Segala macam pose dari Rayyan Sebastian dia cetak dan dia tempel di dinding kamarnya. Menjadi teman bicara Hanna dan sebagai sarana menghalu. Tak jarang Ayah dan adiknya yang pendiam ikut protes, tak tak dihiraukan. Bagi Hanna, Rayyan Sebastian adalah benar-benar makhluk tampan yang menghipnotis dirinya.
Hingga akhirnya mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan Hanna yang dianggap aneh itu, asalkan Hanna masih
mengenal Ayah dan adiknya. Asalkan Hanna masih bersedia kuliah sebagaimana biasanya, asalkan Hanna masih membantu memasak dan juga bekerja. Semua dianggap baik-baik saja.
Hanna tengah berada di kamar mandi, agak lama, karena kebiasaannya bernyanyi dengan suara cemprengnya. Dan lagi, tak ada yang lain yang dinyanyikannya selain lagu-lagu dari Rayyan Sebastian. Untung saja rumahnya agak jauh dari tetangga, jika saja dekat, maka sudah pasti keluarganya akan mendapatkan protes dari tetangga sekitar.
Setelah dirasa cukup bernyanyi yang hampir satu album itu, dia keluar kamar mandi. Diliriknya jam dinding usang itu, sudah hampir maghrib. Kalau dia tidak bergegas, bisa saja dia terlambat mengantarkan barang yang dimaksud ayahnya tadi.
Hanna tengah bersiap selepas maghrib usai, dia menyisir rambut pendek sebahunya dan poni lurusnya. Bergegas mengenakan jaket hitamnya dan bersiap mengantar barang ke alamat tujuan.
“Jangan sampai lecek atau kotor, kalau sampai hal itu terjadi, entah apa yang akan Ayah gunakan untuk menggantinya, itu kebaya mahal” ujar Ayahnya mengingatkan, Hanna tengah menata kebaya itu di motor bututnya dengan hati-hati. Dia sudah memiliki tempat yang digunakan untuk mengantar pakaian kepada pelanggannya di motornya agar tetap rapi jikalaupun harus dikirim tanpa harus melipat.
“Siap bos” Hanna sudah siap menatanya dan bersiap berangkat. “Tak lebih dari jam 7 kan?” Hanna memastikan, karena memang dilihat dari alamatnya, tidaklah jauh dari rumahnya, diperkirakan hanya sekitar 10 hingga 15 menit. Hanna melaju dengan motor bututnya, tentu saja mulutnya sambil mengeluarkan suara cemprengnya sambil menyanyikan lagu yang tadi bergema di kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Sri Endaryati
Q jg mmpir thorrr
2023-02-24
1
taehyung~V~💜
aku mampir thor
2022-04-22
2