|(18) Debat|

Warning : Karya ini hasil orisinal aku dan hanya karangan fiktif semata. Bahasa bisa saja kasar jadi dimohon untuk tidak menirukan nya.

...•...

...•...

...•...

Sebelumnya :

‘Sial, padahal aku memilih tempat ini karena kakak memiliki investasi di sini, tapi siapa sangka aku akan menemukan masalah di sini?’ batin Zen menghela napas lelah.

...| (❁❁) |...

"Kamu bertanya apa yang terjadi? Tentu saja karena kedua anak kotor ini mengotori toko kami! Lagi pula mengapa satpam membawa masuk pengemis seperti mereka?! " Seru pegawai wanita itu dengan kesal.

'Ah, urusan ini akan lama sekali selesainya,' batin Zen dengan lelah.

"lagi pula Tuan, apa kau mengenal kedua pengemis itu, hah?" Tanya pegawai dengan ekspresi sombong.

"Pengemis...?" Gumam Leo dengan kesal.

Kedua tangan miliknya kini terkepal erat menandakan jika dirinya tengah menahan emosi.

"Apa? Kamu tidak terima? Heh, apa mungkin kamu ingin aku anggap sebagai tuan muda keluarga kaya? Lagi pula mana ada tuan muda yang memakai baju kusam seperti itu? Bukankah kata pengemis cocok untuk bocah seperti mu itu?" ejek pegawai itu dengan ekspresi mengesalkan.

"Anda! Berani sekali mengatai ku dan adikku sebagai pengemis! Walaupun kami miskin, tapi aku tidak pernah mengemis sekalipun!" seru Leo dengan nada tinggi, merasa jika harga dirinya dan adiknya telah direndahkan.

"Berani sekali kamu meninggikan nadamu kepada orang yang lebih tua! Sepertinya orang tuamu tidak mengajarimu dengan baik ya?" ucap pegawai sambil menunjuk-nunjuk Leo dengan jari teracung.

"Bukan urusan anda tentang bagaimana orang tua saya mengajari saya. Lebih baik anda perhatikan attitude anda! Bagaimana bisa seorang pegawai meninggikan nada bicaranya bahkan mengejek pembeli yang berbelanja di sini," balas Leo sambil menatap tajam kearah pegawai tersebut.

"Hah! Pembeli? Apa itu kamu, anak kecil? Pfttttt ... jangan membuatku tertawa! Bagaimana anak kecil sepertimu membeli pakaian yang mahal di sini! Jika kamu ingin mencuri aku lebih percaya dibanding dengan kamu membeli di sini!"

"Mencuri katamu?! Berani sekali kamu menuduhku tanpa bukti!"

"Bukti? Memangnya aku membutuhkan bukti? Keberadaan mu saja di sini sudah bisa menjadi bukti jika kamu ingin melakukan pencurian!"

"Aku ... di sini tidak untuk mencuri!" bantah Leo dengan keras, bahkan kepalan tangannya kini makin erat dan bahkan gemetar ringan.

"Heh, mana ada maling yang mengaku jika dia mencuri?" ejek pegawai itu membuat Leo mengigit bibirnya untuk menahan emosi.

"Lagi pula, jika pun kamu tidak mencuri, bagaimana kamu akan membayar setelah membeli pakaian nanti? Dengan daun, eh?" ucap pegawai.

Leo yang tidak bisa membantah hanya menundukkan kepalanya ke lantai mencoba menahan air mata yang ingin menetes ke bawah.

'Ternyata manusia hanya bisa menilai sampulnya saja tanpa ada niatan untuk membukanya dan membacanya. Ini benar-benar memuakkan! Haruskah aku memukul mulut congkaknya itu?' batin Leo dengan mata berkaca-kaca.

Zen yang melihat situasi semakin memanas, memutuskan untuk turun tangan sekarang. Berjalan mendekat kearah Leo yang masih setia menundukkan kepalanya dan mengelus pelan rambut miliknya.

"Uh...?"

"Tegakkan tubuhmu, angkat kepalamu, dan pandang lawan bicaramu. Itu yang harus kau lakukan jika sedang berbicara," jelas Zen kepada Leo.

"Tetapi.... "

"Jika kamu tidak menatap lawan bicaramu dan menundukkan kepala seperti itu, kamu akan diremehkan dan direndahkan oleh lawan bicaramu."

"Ck, tuan, anda mengganggu! Apa jangan-jangan anda yang membawa kedua bocah pencuri itu kedalam toko ini?!" seru pegawai.

"Kalau iya, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Zen dengan datar.

"Huh! Tentu saja mengusir anda dan kedua bocah itu! Bagaimana mungkin toko kami diperuntukkan untuk bocah pengemis seperti mereka?" ucap pegawai dengan senyum remeh.

"Oh, benarkah? Aku dan kedua anak ini yang harus pergi atau kau yang harus pergi?" tanya Zen masih setia menepuk pelan kepala Leo.

"Hah! Anda lucu sekali. Tentu saja kalian yang akan pergi mengapa jadi aku yang pergi? Ah, apa anda sedang berlagak seperti tuan muda keluarga kaya?"

'Cih, baju yang digunakannya saja hanya hoodie hitam dan hoodie itu juga bukan barang bermerk terkenal, lalu tidak ada aksesoris yang menonjolkan dia dari keluarga kaya. Bahkan wajahnya saja tidak tampan sama sekali. Benar-benar sial hariku karena bertemu pelanggan mengesalkan hari ini,' batin pegawai dengan kesal.

Oh, pegawai kamu cukup beruntung karena Zen tidak bisa mendengarkan batin seseorang. Jika dia bisa mendengar batin mu dia pasti akan meninju wajahmu secara langsung tanpa peduli jika kamu adalah perempuan.

"Tuan muda keluarga kaya? Anda salah pegawai. Saya hanya warga biasa dengan kehidupan ekonomi biasa, " ucap Zen dengan senyum cerah.

"Huhhh, ternyata anda sadar diri juga ya, tuan? Lebih baik seperti itu daripada anda harus berbohong hanya untuk berlagak seperti tuan muda kaya. Lagi pula mana ada tuan muda yang mempunyai muka rata-rata seperti itu?" ejek pegawai tanpa disadarinya.

Zen terpaku sejenak setelah mendengar perkataan pegawai perempuan tadi.

'Huh? Dia bilang apa tadi? Muka rata-rata? Hei! Walaupun muka ku tidak setampan muka kakakku, tetapi ini termasuk kedalam golongan good looking! Berani sekali wanita ini...,' Batin Zen melanjutkan makian berisikan kata-kata kasar di dalamnya.

"Sepertinya anda tidak sadar diri ya? Anda tahu saat saya melihat anda pertama kali saya mengira jika anda adalah badut yang nyasar di dalam toko ini dan bukan seorang pegawai," balas Zen membuat pegawai perempuan tadi kesal.

"Bahkan kukira kamu bukan badut lho~ tetapi artis yang memerankan peran hantu. Jangan salahkan aku jika aku berkata seperti itu. Salahkan model rambutmu yang hampir mirip dengan sadako dan warna bedak mu yang terlalu putih, membuat dirimu benar-benar terlihat seperti hantu."

"Pftt...," tawa Leo tertahan sambil memalingkan mukanya kearah lain.

"Anda! Berani sekali anda mengejek saya!" seru pegawai dengan suara kencang.

"Nona pegawai, lebih baik nona memperhatikan nada bicara nona, kamu sudah membuat pengunjung lain terusik lho~" ucap Zen memperingatkan dengan senyum ramah.

"Ck! Kemana satpam pergi?! Dan lagi mengapa tidak ada pegawai yang mengusir mereka?!" teriak pegawai itu makin keras.

"Hei, nona pegawai bagaimana teriakan mu bisa sekeras itu? Itu hampir memekakkan telingaku," ucap Zen sambil menutup kedua telinga Leo.

Leo yang telinganya ditutup bahkan sebelum pegawai perempuan tadi berteriak hanya menatap dua orang dewasa yang beradu argumen itu dengan bingung.

'Mengapa telinga ku ditutup seperti ini? Dan apa yang mereka bicarakan? Aku tidak bisa mendengarkan argumen mereka sama sekali. Ingin rasanya aku membuat kak Zen untuk melepaskan tangannya dari telingaku, tetapi sayangnya aku tidak enak untuk bilang kepadanya,' batin Leo.

"Kamu-"

"Ada apa di sini?" tanya Laki-laki paruh baya yang baru saja datang di tempat kejadian.

"Kepala manajer, lihatlah pemuda itu dan anak kecil yang ada di dekatnya. Mereka sudah membuat kekacauan di sini manajer! Lebih baik anda mengusir mereka dari tempat ini!" ucap pegawai itu dengan penuh semangat.

'Padahal dia sendiri yang membuat kekacauan di sini,' batin Zen sambil menatap datar kearah pegawai tersebut.

"Enak saja! Yang membuat keributan dari awal adalah anda!" Seru Lin yang baru saja datang dengan kak Eva di sampingnya.

"Lin? Bagaimana lukamu apa kamu baik-baik saja?" tanya Leo dengan sangat amat khawatir terlebih saat melihat jika lutut Lin mengeluarkan darah.

"Aku tidak apa-apa kak, tidak berakibat fatal," jawab Lin sambil tersenyum kecil lalu mengalihkan pandangannya kearah pegawai tadi dan menatapnya dengan tajam.

"Apa? mengapa kamu menatapku seperti itu? Bukankah benar kalian yang membuat rusuh pertama kali?" tanya pegawai itu dengan nada angkuh.

Lin yang mendengarnya hanya menampilkan senyum tipis dengan kedua mata menyipit. Leo yang melihat senyum Lin hanya bergidik ngeri.

'Senyum ... senyum itu lagi!' batin Leo berteriak ngeri dan segera menjauh dari Lin untuk menyelamatkan telinganya.

'Aku masih mau kedua telingaku berfungsi dengan normal,' batin Leo.

"Kakak pegawai ... sepertinya kakak butuh cermin ya?"

"Huh? Untuk apa memangnya?"

"Tentu saja untuk bercermin lah! Memangnya kau kira untuk apa?! Sepertinya kau lupa jika semua kekacauan ini terjadi karena mu! Kalau bukan karena kau yang mendorongku lebih dahulu, kekacauan seperti ini tidak akan pernah terjadi!"

"Dan lagi sebenarnya anda punya otak tidak sih? Toko pakaian ini termasuk kedalam fasilitas umum! Jadi sudah sewajarnya bila orang datang ke sini, walaupun dia miskin sekalipun! Ditambah jika kami tidak membayar barang yang telah kami beli dan lari dengan barang hasil curian, untuk apa para satpam yang dipekerjakan oleh toko ini?!"

"Sepertinya kakak pegawai benar-benar tidak mempunyai otak ya?! Walaupun kakak pegawai mempunyai otak pasti otak kakak adalah small brain!" teriak Lin menggelegar bahkan tidak segan untuk mengacungkan jarinya kearah pegawai wanita tadi.

'Ukhhh ... telingaku.... Bagaimana mungkin anak umur 7 tahun ini bisa berteriak sekeras ini? Bahkan untuk mengucapkan kata-kata tadi, apa dia benar-benar anak umur 7 tahun?' batin Zen berpikir serius dengan kedua tangannya menutup kedua telinganya dengan erat.

'Huhuhuhu … telingaku, sepertinya aku harus pergi ke dokter THT,' batin Leo dengan air mata imajiner.

"Dasar pegawai tidak kompeten! Berani sekali memperlakukan pelanggan seperti ini! Jika aku melaporkan kepada pihak kepolisian, kakak bisa mendapatkan sanksi karena melakukan kekerasan kepada anak kecil! Haruskah aku melaporkan ini kepada-"

"Sudahlah Lin jangan diperpanjang, bukankah kita ke sini hanya untuk membeli baju?" potong Zen dengan segera untuk menghentikan kalimat pedas yang akan dikeluarkan oleh Lin.

Mengedipkan matanya dua kali, lalu membalikkan tubuhnya dan menatap Zen dengan tatapan polos.

"Ah, benar aku melupakan itu, tawaran kakak masih berlaku bukan?"

"Tentu saja, lebih baik kamu pergi mencari baju yang cocok untukmu dan kakakmu, biar aku yang menyelesaikan masalah ini," ucap Zen dengan senyuman.

"Baiklah! Kak Leo ayo kita pergi mencari pakaian kita!" seru Lin dengan semangat dan menarik lengan Leo untuk pergi menelusuri area toko.

"Lin, tidak perlu menarik tanganku seperti ini, aku akan menyusul mu dari belakang," ucap Leo.

'Huh, bagaimana emosinya bisa berubah secepat itu?' batin Zen lalu menghela napas lelah.

"Hei! Siapa yang mengizinkanmu untuk membiarkan mereka menjelajahi area toko?! Bagaimana jika tangan kotor mereka menyentuh baju-baju di sini?!" Seru pegawai tidak terima.

Zen yang mendengar kalimat yang diucapkan pegawai itu hanya menatapnya dengan dingin dan tajam, lalu melepaskan tudung hoodie yang di pakainya sejak tadi.

"Kepala manajer, kamu tahu bukan apa yang harus kamu lakukan?" tanya Zen dengan wajah penuh senyuman.

"Jika kamu tidak melakukannya, aku akan membiarkan kakakku mendengar jika toko milikmu memberikan layanan yang tidak ramah kepada adik investor mu ini," ucap Zen dengan nada mengancam dan mengguncang smartphone miliknya yang menampilkan kontak milik kakaknya.

Manajer yang mendengar ucapan Zen langsung menjatuhkan keringat dingin.

'Aku tidak boleh membiarkan investasi di tokoku diambil kembali! Jika itu terjadi tokoku akan bangkrut dan susah untuk naik kembali di derajat ini!' batin kepala manajer dengan panik.

Walaupun toko pakaian ini cukup sederhana, hanya memiliki 3 lantai dengan total 2 lantai sebagai pusat perbelanjaan dan lantai ketiga adalah tempat kerja staf dan kepala manajer.

Toko pakaian ini cukup populer. Dan itu semua tidak lebih karena kakak Zen, Fin yang memberikan dana investasi kepada toko pakaian ini sehingga toko ini cukup terkenal di kalangan atas.

"Tentu, tentu saja, aku mengerti ucapan anda tuan Westerlock, silakan duduk di bangku yang sudah disiapkan. Saya yang akan mengurus masalah ini dan memberikan pegawai ini hukuman," jelas Kepala manajer yang membuat si pegawai tidak terima.

"Paman! Apa maksud paman dengan memberiku hukuman?! Seharusnya paman mengusir mereka dari sini, bukannya memberiku hukuman!"

Kepala manajer yang mendengar protes dari keponakannya segera membungkam mulut keponakannya itu dan membuatnya membungkuk sebagai permohonan maaf.

"Hahahah, maafkan mulut keponakan saya ini, memang sangat sulit untuk mengaturnya-"

"Oh, jadi dia keponakanmu?" tanya Zen sambil menatap seolah itu adalah hal yang lucu.

"Betul, betul sekali tuan, dia keponakan saya. Akan saya berikan hukuman agar dia di skors dalam beberapa minggu ini dan membuatnya membayar den-"

"Hukuman? Tetapi sayang sekali aku ingin dia dipecat dari pekerjaannya. Sayangnya kepala manajer pasti tidak menginginkan itu, jadi terpaksa saya harus-" ucapan Zen terputus dan dilanjutkan dengan menekan panggilan call di smartphone miliknya.

"Tunggu! Jika tuan Westerlock menginginkan hal itu maka saya akan memecatnya sekarang juga!" ucap kepala manajer itu dengan panik.

"Paman! Bagaimana paman bi-"

"Diam, kamu dipecat hari ini juga! Satpam tolong bawa dia pergi dari sini!" teriak kepala manajer.

Satpam yang bersiaga di sekitar segera membawa pegawai perempuan itu yang masih berteriak tidak terima.

"Hahaha, mohon maaf jika pelayanan di toko kami tidak ramah. Sebagai ucapan permohonan maaf bagaimana jika tuan membeli baju di sini dengan gratis?" tawar kepala manajer dengan senyum menyanjung.

'Lebih baik aku menderita kerugian daripada kehilangan investor yang mendukung ku!' batin kepala manajer.

"Hm? Gratis? Berapapun itu?" tanya Zen dengan tertarik.

"Tentu saja berapapun itu, tuan dapat mengambilnya tanpa membayar! Asalkan tuan menjaga ini dari tuan Fin," ucap kepala manajer.

"Baiklah aku akan menjaga rahasia ini," ucap Zen dengan senyuman senang.

'Kapan lagi aku mendapatkan kesempatan ini?' batin Zen.

Begitulah hari Zen yang berakhir dengan menyuruh Lin dan Leo untuk mengambil pakaian hampir satu orang lima pasang yang membuat kepala manajer menangis darah dengan melihat kerugian yang telah dibuat.

...| (❁❁) |...

...•...

...•...

...•...

Maaf jika ada typo yang tidak menyenangkan.

Jangan lupa Like, Vote, Komen nya ya Reader~San o(〃^▽^〃)o

Instagram : lmnr_vv

Terpopuler

Comments

????

????

lagi seru malah abis..

2023-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 |Prolog|
2 |(1) Penyebab Kematian|
3 |(2) Dimulai dari awal|
4 |(3)Rodriguez bersaudara|
5 |(4) keberuntungan besar?|
6 |(5) Tingkatan|
7 |(6) Hari yang sial dan untung|
8 |(7) Gagal menjadi anak biasa|
9 |(8) Nasib sial|
10 |(9) Dewa Sialan|
11 |(10) Max Foerster|
12 |(11)Fraksi|
13 |(12)Protagonis wanita|
14 |(13) Pengadopsian|
15 |(14) Tempat kerja aneh|
16 |(15) Pingsan berjamaah|
17 |(16) Senjata|
18 |(17) Kembar Ken & Kim|
19 |(18) Debat|
20 |(19) Masa Lalu|
21 |(20) Sang Elf|
22 |(21) Ash Artemaies|
23 |(22) Surat Pemindahan|
24 |(23) Pemindahan Transfer Pengadopsian|
25 |(24) Sabtu|
26 |(25) Latih Tanding|
27 |(26) Pemenang Latih Tanding|
28 |(27) Sudut Pandang Lain|
29 |(28) Analisa|
30 |(29) Dimulai|
31 |(30) Keadaan Ken dan Kim|
32 |(31) Pemerintah|
33 |(32) Insiden Tidak Terduga|
34 |(33) Munculnya zombie pertama|
35 |(34) Penghambat|
36 |(35) Kelompok menjengkelkan|
37 |(36) Rasa Kemanusiaan|
38 |(37) Lia Amerston|
39 |(38) Minimarket|
40 |(39) Apartemen Zen|
41 |(40) Rencana Selanjutnya|
42 |(41) Awal Cerita Asli|
43 |(42) Penyusunan Rencana|
44 |(43) Evolusi|
45 |(44) Kepribadian Ganda|
46 |(45) Cerita yang berubah|
47 |(46) Asal Usul Mia|
48 |(47) Pelajaran Pertama Untuk Leo|
49 |(48) Ini Ide yang Paling Baik Bukan?|
50 |(49) Pertengkaran di Antara Dua Saudara|
51 |(50) Hasil Akhir Rencana|
52 |(51) Penyempurnaan 2%|
53 |(52) Dua Benda Misterius|
54 |(53) Zombie Daerah Kumuh|
55 |(54) Jatuh|
56 |(55) Lari|
57 |(56) Pertengkaran?|
58 |(57) Tempat Tinggal|
59 |(58) Rencana dan Rute|
60 |(59) Pertemuan|
61 |(60) Pembicaraan|
62 |(61) Ide Bisnis|
63 |(62) Tantangan Duel|
64 |(63) Seseorang|
65 |(64) Tentara?|
66 |(65) Relasi|
67 |(66) Sama|
Episodes

Updated 67 Episodes

1
|Prolog|
2
|(1) Penyebab Kematian|
3
|(2) Dimulai dari awal|
4
|(3)Rodriguez bersaudara|
5
|(4) keberuntungan besar?|
6
|(5) Tingkatan|
7
|(6) Hari yang sial dan untung|
8
|(7) Gagal menjadi anak biasa|
9
|(8) Nasib sial|
10
|(9) Dewa Sialan|
11
|(10) Max Foerster|
12
|(11)Fraksi|
13
|(12)Protagonis wanita|
14
|(13) Pengadopsian|
15
|(14) Tempat kerja aneh|
16
|(15) Pingsan berjamaah|
17
|(16) Senjata|
18
|(17) Kembar Ken & Kim|
19
|(18) Debat|
20
|(19) Masa Lalu|
21
|(20) Sang Elf|
22
|(21) Ash Artemaies|
23
|(22) Surat Pemindahan|
24
|(23) Pemindahan Transfer Pengadopsian|
25
|(24) Sabtu|
26
|(25) Latih Tanding|
27
|(26) Pemenang Latih Tanding|
28
|(27) Sudut Pandang Lain|
29
|(28) Analisa|
30
|(29) Dimulai|
31
|(30) Keadaan Ken dan Kim|
32
|(31) Pemerintah|
33
|(32) Insiden Tidak Terduga|
34
|(33) Munculnya zombie pertama|
35
|(34) Penghambat|
36
|(35) Kelompok menjengkelkan|
37
|(36) Rasa Kemanusiaan|
38
|(37) Lia Amerston|
39
|(38) Minimarket|
40
|(39) Apartemen Zen|
41
|(40) Rencana Selanjutnya|
42
|(41) Awal Cerita Asli|
43
|(42) Penyusunan Rencana|
44
|(43) Evolusi|
45
|(44) Kepribadian Ganda|
46
|(45) Cerita yang berubah|
47
|(46) Asal Usul Mia|
48
|(47) Pelajaran Pertama Untuk Leo|
49
|(48) Ini Ide yang Paling Baik Bukan?|
50
|(49) Pertengkaran di Antara Dua Saudara|
51
|(50) Hasil Akhir Rencana|
52
|(51) Penyempurnaan 2%|
53
|(52) Dua Benda Misterius|
54
|(53) Zombie Daerah Kumuh|
55
|(54) Jatuh|
56
|(55) Lari|
57
|(56) Pertengkaran?|
58
|(57) Tempat Tinggal|
59
|(58) Rencana dan Rute|
60
|(59) Pertemuan|
61
|(60) Pembicaraan|
62
|(61) Ide Bisnis|
63
|(62) Tantangan Duel|
64
|(63) Seseorang|
65
|(64) Tentara?|
66
|(65) Relasi|
67
|(66) Sama|

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!