|(4) keberuntungan besar?|

Warning : Karya ini hasil orisinal aku dan hanya karangan fiktif semata. Bahasa bisa saja kasar jadi dimohon untuk tidak menirukan nya.

...•...

...•...

...•...

Sebelumnya :

Leo yang dikenal pada hari kiamat akan memiliki bau darah bahkan dari jarak 100 meter jauhnya. Lalu bagaimana bisa bocah polos di hadapanku ini akan menjadi pembunuh di masa depan?!

...| (❁❁) |...

Leo Rodriguez, tidak ada yang tidak mengenal namanya di hari kiamat. Pembunuh terkenal yang mengambil job membunuh tanpa mengenal korban. Lebih dari seribu mayat yang menjadi korbannya. Baik manusia maupun zombie tidak ada yang luput dari pandangannya.

Leo Rodriguez juga dikenal sebagai orang dengan kekuatan supranatural elemen angin terkuat di antara pengguna elemen angin lainnya. Jika tidak salah tingkatan yang dicapainya dalam kehidupan terakhir adalah tingkat 5 akhir. Itu merupakan tingkatan yang bisa dibilang sangat tinggi. Terlebih tipe elemen angin adalah tipe yang sangat susah untuk dikendalikan.

Berbeda dengan tipe lainnya, tipe elemen angin tidaklah kuat, tetapi lain halnya jika yang mengendalikan adalah orang genius seperti Leo, yang akan terjadi hanyalah kehancuran jika berada didekatnya.

Seperti namanya, tipe ini mengendalikan angin dan bisa menciptakan sebuah pusaran angin yang dibuat penggunaannya.

“Hah? Itu benar kami memang bisa mengendalikan angin di sekitar kami dan juga bisa membuat beberapa pusaran angin kecil dari telapak tangan kami, hanya itu yang kami bisa lakukan sebagai pengendali angin, bahkan menurut kami itu bukan kekuatan yang kuat tetapi masih jauh lebih baik dari tipe elemen air.”

Itu adalah hal yang kudengar dari mulut penguna elemen ini.

Tetapi semua itu berubah saat aku melihat Leo membunuh kerumunan zombie hanya dengan mengarahkan angin disekitarnya untuk berkumpul dan membuat sebuah penghalang yang dipenuhi dengan udara tajam yang berhembus kencang di dalamnya, membuat para zombie tidak bisa melangkah bahkan satu langkah pun!

Bahkan jika para zombie itu melangkah melewati penghalang tersebut hanya akan membuatnya tercabik-cabik oleh angin tajam yang berada di dalam penghalang.

Aku juga masih sangat ingat bagaimana buku itu mendeskripsikan penguna angin di dalamnya.

[Angin adalah elemen alam yang paling murni sekaligus berbahaya. Angin berbeda dengan elemen lainnya, angin terdapat di setiap belahan bumi bahkan jika itu adalah ruang kotak dengan luas 5 cm.

Sayang sekali para penguna elemen angin hanya menganggap itu adalah elemen lemah, andai ... mereka ingin bekerja sedikit lebih keras mungkin mereka bisa mengendalikan angin yang menutupi seluruh bumi.]

‘Jika para pengendali angin bekerja sampai ketahap bisa mengendalikan angin di seluruh bumi bukankah itu mengerikan? Tidak menutup kemungkinan jika mereka bisa menarik seluruh angin dalam suatu ruangan dan menjadikan ruangan yang tidak memiliki angin itu menjadi ruang hampa! Tunggu, sebenarnya hal mengerikan apa yang sedang kupikirkan ini?!’ batin ku bergidik ngeri.

Oke kembali lagi kedalam topik utama, bagaimana pemuda polos dan lembut ini menjadi pembunuh nomor satu yang diincar oleh lima basis terkuat?!

‘Kupikir masa lalu dia akan berada di dalam kehidupan yang buruk sehingga dia memilih untuk menjadi seorang pembunuh di masa depan tetapi .… ’

Kulihat lagi pemuda yang berdiri di hadapanku, pemuda itu tersenyum polos dan dengan gembira bercanda ria kepada anak perempuan kecil tadi.

‘Sepertinya kehidupan miliknya baik-baik saja atau mungkin sangat baik?’

Aish, sebenarnya mengapa aku memikirkan ini? Toh, itu tidak ada hubungannya denganku. Mengapa juga aku harus memikirkan bocah kecil ini sedangkan kehidupanku saja belum tentu benar! Tunggu, bocah kecil? Ah, aku teringat salah satu deskripsi buku yang menggambarkan tentang dirinya.

[Dengan sengaja para manusia yang mencium bau darah dari tubuhnya menjauhi darinya, menjaga jarak seolah dia adalah seekor binatang buas. Melupakan fakta jika dia hanyalah anak kecil berumur 16 tahun yang masih memerlukan kasih sayang dan perlindungan orang dewasa.]

Itu benar, para manusia itu menjauhinya bahkan jika mereka melihatnya dalam jarak 500 meter, mereka akan segera pergi menjauh. Melupakan fakta bahwa dia hanyalah seorang anak kecil di bawah umur.

Ku alihkan pandanganku kearah anak perempuan kecil disebelahnya. Aku tidak pernah mengetahui jika Leo mempunyai seorang adik, apalagi sekecil itu. Apa adiknya tidak selamat pada saat kiamat terjadi? Itu mungkin saja terjadi. Mungkin karena adiknya tidak selamat dia memilih menjadi pembunuh di masa depan?

‘Huh, entahlah itu bukan urusanku!’ batinku sambil mendengus pelan.

“Mmm, kakak?”

“Huh? Ada apa?” tanyaku mengalihkan atensi ku sepenuhnya kepada pemuda yang sedang berdiri kikuk di hadapanku.

“Itu….” gumamnya pelan sambil memainkan jari-jari miliknya.

“Apa?”

“Bo-bolehkah saya mentraktir anda makanan sebagai balasan sudah menyelamatkan adikku?”

“Kamu bertanya?”

“Iya!” ucapnya mengangguk penuh semangat.

“Jika aku menolak?”

“Aku akan tetap memaksa.”

“Kalau begitu untuk apa kamu bertanya?” ucapku sambil mendengus pelan.

“E-eh? Itu hanya untuk bertanya saja.” ucapnya menunduk takut.

Dengan spontan aku mendecakkan lidahku sebal, bisa kulihat dirinya yang semakin menunduk ketakutan.

‘Bukan diriku sekali jika menolak niat baik dari anak kecil berumur 13 tahun.’ Batinku memandang aneh mereka lalu berbalik berjalan pergi.

Ku perhatikan jika mereka tidak mengikuti ku membuatkan sekali lagi mendecakkan lidah dengan kesal.

“Hik! Ma-maaf kalau be-“

“Ayo, apa kamu berubah pikiran untuk mentraktirku?”

“Huhh???” Leo memiringkan kepalanya dengan penuh tanda tanya.

“Tidak jadi?”

“Huhh? Tentu saja jadi! Saya tahu restoran enak didekat sini, ikuti saya!” ucapnya dengan penuh semangat sambil menarik tangan adiknya dan berjalan riang di depan.

Aku yang memperhatikan mereka hanya bisa terheran-heran. Bukankah baru satu menit yang lalu dia takut kepadaku? Lalu apa-apaan wajah penuh keceriaan itu?

‘Benar saja, dia masih bocah labil berumur 13 tahun.’

“Kakak, mengapa kamu masih berdiam diri di sana?” tanya Leo dari kejauhan.

“Itu benar! Paman jangan terdiam seperti itu. Kita harus berangkat sekarang sebelum restoran itu menjadi penuh pelanggan,” timpal Lin yang berada di sampingnya.

“Huh, dasar bocah. Berhenti memanggilku dengan sebutan paman! Wajahku tidak setua itu, oke?”

“Huhh? tetapi jika aku tidak memanggil paman dengan sebutan paman, lalu harus memanggil anda apa?” tanya Lin dengan ekspresi bingung.

“Kamu bisa memanggilku dengan sebutan kakak seperti yang dilakukan oleh kakakmu,”

bisa kulihat anak perempuan itu menatapku dengan mata berbinar penuh dengan ekspresi senang.

“Baik, kakak!” ucap Lin lalu meloncat untuk memeluk kakiku yang membuatku sedikit terhuyung kebelakang.

Aku hanya bisa menghela nafas lelah sekaligus tertekan. Begitu repot kah menjaga bocah seperti ini? Apa kakakku juga sangat kerepotan dengan tingkahku ini ya?

Sekali lagi aku menghela napas dan mencoba bersabar dengan suara-suara yang berkicau sepanjang perjalanan menuju restoran. Diiringi dengan aku menjawab pertanyaan absurd yang ditanyakan oleh mereka, menurutku menjaga orang yang lebih muda darimu akan sangat melelahkan daripada berlari sejauh 10 meter!

“Ini yang kamu maksud dengan restoran enak?” ucap Zen memandang restoran tteokbokki di hadapannya.

“Iya, apa kakak tidak menyukainya?” tanya Leo sambil menahan rasa gugup.

“Tidak aku menyukainya, tetapi apa tidak apa-apa makan-makanan pedas di pagi hari?” ucap Zen sambil berjalan masuk kedalam dan mulai memesan makanan.

“Huh? Tentu saja tidak apa!”

“Lalu bagaimana dengan adikmu?”

“Tentu saja Lin tidak akan keberatan, lagi pula Lin menyukai makanan pedas seperti ini. Bukan begitu Lin?” tanya Leo seraya menoleh kearah Lin.

“Lin tidak apa-apa, Lin suka tteokbokki!” serunya dengan semangat.

Membuat Zen hanya bisa menghela napas lelah.

‘Sebenarnya orang tua mana yang akan mengizinkan anaknya untuk makan-makanan pedas di pagi hari?’ batin Zen bertanya-tanya.

“Memangnya orang tua kalian tidak pernah bilang jika tidak baik makan-makanan pedas di pagi hari?” tanya Zen sambil menunggu makanan dihidangkan.

‘Jika itu aku mungkin aku akan diomeli habis-habisan oleh kakakku. Yah, semoga saja dia tidak mengetahui jika aku makan-makanan pedas saat ini.’

Setelah beberapa saat tidak ada jawaban dari mereka membuat Zen menatap mereka yang berekspresi aneh (?) seperti campuran acuh, bosan, malas, canggung dan sedih (?).

‘Apa aku salah mengucapkan kalimat?’ batinku merasa tidak enak hati.

“Itu … kami tidak memiliki orang tua, kami yatim piatu,” ucap Leo dengan ekspresi canggung di wajahnya.

“Itu benar, kami anak panti asuhan dan lagi panti asuhan kami terlalu miskin untuk menampung anak panti jadi sebagian anak panti bekerja untuk mendapatkan uang seperti kakak,” ucap Lin dengan ekspresi acuh diwajahnya berbanding terbalik dengan ekspresi cerianya tadi.

“Huh? Bukankah seharusnya seluruh panti asuhan di kota ini sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah?”

“Tidak juga, buktinya panti asuhan kami bisa dibilang kekurangan dana untuk meneruskannya,” jawab Leo.

“Kalau begitu mengapa tidak melakukan transfer ke panti asuhan yang sudah lebih baik?”

“Pengurus panti sudah melakukannya, hanya saja proposal itu tidak pernah ditanggapi dengan baik,” ujarnya lagi.

Zen yang mendengarnya mengerutkan kening dengan heran. Memangnya ada diskriminasi terhadap panti asuhan?

‘Jika tidak salah, umurku tahun ini adalah 17 tahun di mana usia ini sudah dinyatakan usia dewasa. Apa aku perlu mengadopsi mereka berdua? Toh, kiamat akan terjadi dalam 6 hari lagi. Tidak ada salahnya bukan?’ batin Zen sambil memandang kedua anak itu yang sudah memulai makan makanan mereka.

‘Jika dalam status hukum aku adalah wali mereka bukankah aku memiliki hak penuh atas mereka?’ batin Zen mulai memikirkan kegunaan keduanya, tanpa sadar senyuman lebar terlukis di wajahnya.

“Hmm? Kakak mengapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Lin sambil memandang bingung kearahnya.

Zen yang mendengarnya hanya tersenyum yang bahkan lebih cerah dari yang sebelumnya.

“Tidak ada, hanya memikirkan sesuatu yang menyenangkan.”

Kulihat Lin hanya menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang aku bicarakan. Setelah melihat responnya aku mulai memakan hidangan ku dengan perasaan bahagia.

‘Sepertinya kakak sangat senang karena aku mentraktirnya,’ batin Leo melihat senyum cerah yang ada diwajahnya.

‘Haruskah aku menyerahkan tteokbokki milikku kepada kakak?’ batin Lin sambil melihat tteokbokki yang ada di mangkuknya.

‘Ah, aku mendapatkan keberuntungan besar hari ini, sepertinya aku harus memikirkan kegunaan mereka untuk kedepannya,’ batin Zen dengan senang hati mulai memakan makanannya.

Sungguh hari yang indah bagi ketiganya hingga bisa membuat kesalahpahaman batin seperti itu. Tetapi sayang sekali itu semua tidak berlangsung lama. Tidak berapa lama kemudian, senyum di wajah Zen mulai memudar dan menatap mangkuk tteokbokkinya dengan tatapan rumit.

‘Tunggu, bukankah makanan ini ditraktir oleh anak yatim piatu berusia 13 tahun yang entah berapa banyak jumlah uang yang dimilikinya???’ batin Zen memandang mangkuk tteokbokki di hadapanku dengan nafsu makan yang sedikit menghilang.

‘Aku seperti preman yang memalak anak yatim piatu di bawah usia dewasa,’ batin Zen bersedih.

‘Apa yang akan dikatakan kakak jika dia mengetahuinya?!’ batin Zen gemetar ketakutan.

‘Pasti kakak akan memarahiku habis-habisan!’

Kakakku, Fin, adalah orang yang bisa disebut bukan orang baik ataupun bukan orang yang jahat. Dia bisa baik terhadap orang lain tetapi bisa juga jahat terhadap orang lain

Aku sedikit sulit untuk mendeskripsikannya. Yang jelas dia akan selalu baik kepada anak kecil sekitaran umur mereka ini.

Zen menghela napas lemah sebelum mulai memakannya lagi dengan perlahan. Sayang jika tidak dimakan itu sama saja membuang makanan. Sebagai orang yang sudah pernah mengalami kiamat dan krisis makanan tentu saja Zen tidak ingin membuangnya.

Kalau begitu hanya ada satu cara yaitu membayarnya dengan uangku.

Kupikir tidak apa-apa, toh nanti uang tidak akan terlalu berguna disaat hari kiamat.

Sekaligus untuk mendapatkan hati mereka agar mereka bisa memperlancar proses pengadopsian yang akan kulakukan nanti.

Lin yang melihat kakak barunya mulai memakan makanan dengan ekspresi sedih menatapnya dengan tatapan bertekad.

Dengan segera dia turun dari kursi yang didudukinya dan berjalan langsung kearah Zen dan menarik lengan bajunya dengan pelan.

“Huh, ada apa?” tanya Zen setelah merasakan jika ujung bajuku ditarik oleh seseorang.

“Kakak, kamu bisa memakan tteokbokki milikku jika kamu mau,” ucap Lin seraya menunjuk kearah mangkuk tteokbokki miliknya yang masih utuh di atas meja.

“Huh? Itu tidak perlu, kamu bisa memakannya,” ucapku sambil menatapnya bingung.

‘Mengapa anak ini tiba-tiba menawarkan makanannya? Memangnya dia pikir aku akan menerima makanan yang diberikan oleh anak umur 7 tahun?’

“Oh begitu,” ucap Lin menunduk sedih.

Jika ini adalah dunia komik maka kalian akan melihat dua telinga yang meringkuk sedih dengan buntut ekor miliknya yang terkulai lemas di belakang. Kurasakan jika kepalaku berdenyut pusing dan menghela napas tanpa daya.

‘Apa ucapan ku salah?’

“Hahh, kamu tidak perlu menawarkan ku makanan milikmu, kamu bisa memakan milikmu sendiri dan aku memakan milikku sendiri, anak-anak harus makan banyak agar bisa tumbuh dengan baik,” ucapku sambil menepuk kepalanya pelan.

Setelah menyelesaikan ucapan ku, bisa dilihat jika dia menatapku dengan tatapan berbinar dan tersenyum malu-malu sambil mengangkat tangannya ke atas kepala tempat di mana tanganku baru saja mengelusnya.

“Baik!” ucapnya dengan ceria dan kembali berlari kecil ke tempat duduknya.

‘Apa anak-anak memang punya mood swing seperti ini?’ batinku bertanya-tanya sambil melihat Lin yang melanjutkan makan dengan gembira.

‘Hah, sudahlah yang penting dia sehat bukan?’

“Hmm, kak? ” ucap Leo dengan tatapan yang tertuju kepadaku.

“Apa?” tanyaku dengan satu alis terangkat.

“Itu, aku belum mengetahui nama kakak, nama kakak siapa?”

“Ah, kamu benar. maaf aku melupakannya. Namaku Zen, salam kenal Leo, Lin.”

“Salam kenal juga Kak Zen!” seru Lin sambil melambaikan tangannya.

“Hanya Zen? Tidak mempunyai marga?” tanya Leo dengan tatapan bingung.

Itu wajar, bagaimanapun juga sangat jarang ada orang yang tidak memiliki marga atau nama keluarga. Bahkan anak yatim piatu memiliki setidaknya marga dari pemilik panti asuhan yang mengasuh mereka.

“Tidak aku memilikinya, hanya saja aku tidak ingin menyebutkannya, kamu akan tahu jika bertemu lagi nanti,” ucapku dan melihat jika Leo hanya mengangguk pelan dan tidak membahasnya lagi.

‘Lagi pula aku tidak ingin memakai marga yang sama dari orang tua bau itu. Terlebih jika mengungkapkan marga ku sekarang akan memungkinkan mereka untuk mengetahui jika nama marga ku sama dengan kakak. Aku tidak ingin semuanya jadi berakhir dengan merepotkan.’

Kami melanjutkan makan tanpa adanya percakapan yang terjadi. Tidak membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan satu porsi tteokbokki yang sudah dipesan 10 menit yang lalu.

Aku mulai berjalan menuju kasir dan membayar semua pesanan makanan yang sudah kami habiskan. Kulihat wajah Leo yang terkejut dan bersiap untuk melayangkan kalimat protes yang akan dia keluarkan dari bibirnya. Tentu saja dengan cekatan aku menutup mulutnya dan segera menarik mereka berdua keluar restoran.

“Kakak! mengapa jadi kamu yang membayar makanannya?!” ucap Leo setelah aku membuka mulutnya kembali.

“Hm? Tentu saja aku tidak ingin ditraktir oleh anak berusia 13 tahun yatim piatu yang bahkan sedang dilanda krisis keuangan,” ucapku santai.

“Lalu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu ini?” tanya Leo dengan tatapan serius.

Ku alihkan pandanganku kearahnya lalu mengalihkan pandangan kearah Lin yang sedang menatap bingung kami berdua.

Ku alihkan kembali pandangan menuju kearah Leo dan menepuk pundaknya pelan.

“Hidup dengan baik, makan dengan baik, dan tumbuh dengan baik,” ucapku lalu mengalihkan pandanganku kembali kearah jalanan.

Tanpa Zen sadari, Leo menatap punggungnya dengan mata bergetar sekaligus tersentuh.

‘Tidak ada yang pernah mengucapkan kalimat seperti itu kepadaku, bahkan para pengurus panti asuhan,’ batin Leo.

‘Tentu saja jika mereka tumbuh dengan baik, mereka akan lebih berguna saat dimanfaatkan!’ lanjut Zen yang tentu saja tidak diucapkannya secara langsung.

“Tetap saja kak, apa tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu?” tanya Leo dengan mata penuh tekad.

“Ah, aku ada satu hal.”

“Apa?” tanya Leo dengan bersemangat.

“Tolong beritahu aku nama panti asuhan mu.”

“Huhh??? Iya?” ucap Leo penuh tanda tanya.

“Nama panti asuhan yang menampung kalian saat ini.” ulang ku untuk membuatnya jelas.

“Uh, panti asuhan Gregika?” jawab Leo yang masih dipenuhi tanda tanya.

“Panti asuhan Gregika? Uhm, baiklah aku mengingatnya. Karena urusan kita sudah selesai, aku akan pergi, sampai jumpa lain waktu,” ucapku menepuk pelan kedua kepala mereka lalu berjalan pergi dengan senang hati meninggalkan kedua anak yang masih menatapku dengan kebingungan.

...| (❁❁) |...

...•...

...•...

...•...

Tau gak? Aku ingin sekali menganti kata kakak menjadi hyung dan oppa ;) Tapi apa daya ini kan negara Indonesia bukan Korea.

Maaf jika ada typo yang tidak menyenangkan.

Jangan lupa Like, Vote, Komen nya ya Reader~San o(〃^▽^〃)o

Instagram : lmnr_vv

Terpopuler

Comments

anusa

anusa

lanjut kak

2022-04-21

0

Kaylha✌️✌️

Kaylha✌️✌️

mantap thor

2022-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 |Prolog|
2 |(1) Penyebab Kematian|
3 |(2) Dimulai dari awal|
4 |(3)Rodriguez bersaudara|
5 |(4) keberuntungan besar?|
6 |(5) Tingkatan|
7 |(6) Hari yang sial dan untung|
8 |(7) Gagal menjadi anak biasa|
9 |(8) Nasib sial|
10 |(9) Dewa Sialan|
11 |(10) Max Foerster|
12 |(11)Fraksi|
13 |(12)Protagonis wanita|
14 |(13) Pengadopsian|
15 |(14) Tempat kerja aneh|
16 |(15) Pingsan berjamaah|
17 |(16) Senjata|
18 |(17) Kembar Ken & Kim|
19 |(18) Debat|
20 |(19) Masa Lalu|
21 |(20) Sang Elf|
22 |(21) Ash Artemaies|
23 |(22) Surat Pemindahan|
24 |(23) Pemindahan Transfer Pengadopsian|
25 |(24) Sabtu|
26 |(25) Latih Tanding|
27 |(26) Pemenang Latih Tanding|
28 |(27) Sudut Pandang Lain|
29 |(28) Analisa|
30 |(29) Dimulai|
31 |(30) Keadaan Ken dan Kim|
32 |(31) Pemerintah|
33 |(32) Insiden Tidak Terduga|
34 |(33) Munculnya zombie pertama|
35 |(34) Penghambat|
36 |(35) Kelompok menjengkelkan|
37 |(36) Rasa Kemanusiaan|
38 |(37) Lia Amerston|
39 |(38) Minimarket|
40 |(39) Apartemen Zen|
41 |(40) Rencana Selanjutnya|
42 |(41) Awal Cerita Asli|
43 |(42) Penyusunan Rencana|
44 |(43) Evolusi|
45 |(44) Kepribadian Ganda|
46 |(45) Cerita yang berubah|
47 |(46) Asal Usul Mia|
48 |(47) Pelajaran Pertama Untuk Leo|
49 |(48) Ini Ide yang Paling Baik Bukan?|
50 |(49) Pertengkaran di Antara Dua Saudara|
51 |(50) Hasil Akhir Rencana|
52 |(51) Penyempurnaan 2%|
53 |(52) Dua Benda Misterius|
54 |(53) Zombie Daerah Kumuh|
55 |(54) Jatuh|
56 |(55) Lari|
57 |(56) Pertengkaran?|
58 |(57) Tempat Tinggal|
59 |(58) Rencana dan Rute|
60 |(59) Pertemuan|
61 |(60) Pembicaraan|
62 |(61) Ide Bisnis|
63 |(62) Tantangan Duel|
64 |(63) Seseorang|
65 |(64) Tentara?|
66 |(65) Relasi|
67 |(66) Sama|
Episodes

Updated 67 Episodes

1
|Prolog|
2
|(1) Penyebab Kematian|
3
|(2) Dimulai dari awal|
4
|(3)Rodriguez bersaudara|
5
|(4) keberuntungan besar?|
6
|(5) Tingkatan|
7
|(6) Hari yang sial dan untung|
8
|(7) Gagal menjadi anak biasa|
9
|(8) Nasib sial|
10
|(9) Dewa Sialan|
11
|(10) Max Foerster|
12
|(11)Fraksi|
13
|(12)Protagonis wanita|
14
|(13) Pengadopsian|
15
|(14) Tempat kerja aneh|
16
|(15) Pingsan berjamaah|
17
|(16) Senjata|
18
|(17) Kembar Ken & Kim|
19
|(18) Debat|
20
|(19) Masa Lalu|
21
|(20) Sang Elf|
22
|(21) Ash Artemaies|
23
|(22) Surat Pemindahan|
24
|(23) Pemindahan Transfer Pengadopsian|
25
|(24) Sabtu|
26
|(25) Latih Tanding|
27
|(26) Pemenang Latih Tanding|
28
|(27) Sudut Pandang Lain|
29
|(28) Analisa|
30
|(29) Dimulai|
31
|(30) Keadaan Ken dan Kim|
32
|(31) Pemerintah|
33
|(32) Insiden Tidak Terduga|
34
|(33) Munculnya zombie pertama|
35
|(34) Penghambat|
36
|(35) Kelompok menjengkelkan|
37
|(36) Rasa Kemanusiaan|
38
|(37) Lia Amerston|
39
|(38) Minimarket|
40
|(39) Apartemen Zen|
41
|(40) Rencana Selanjutnya|
42
|(41) Awal Cerita Asli|
43
|(42) Penyusunan Rencana|
44
|(43) Evolusi|
45
|(44) Kepribadian Ganda|
46
|(45) Cerita yang berubah|
47
|(46) Asal Usul Mia|
48
|(47) Pelajaran Pertama Untuk Leo|
49
|(48) Ini Ide yang Paling Baik Bukan?|
50
|(49) Pertengkaran di Antara Dua Saudara|
51
|(50) Hasil Akhir Rencana|
52
|(51) Penyempurnaan 2%|
53
|(52) Dua Benda Misterius|
54
|(53) Zombie Daerah Kumuh|
55
|(54) Jatuh|
56
|(55) Lari|
57
|(56) Pertengkaran?|
58
|(57) Tempat Tinggal|
59
|(58) Rencana dan Rute|
60
|(59) Pertemuan|
61
|(60) Pembicaraan|
62
|(61) Ide Bisnis|
63
|(62) Tantangan Duel|
64
|(63) Seseorang|
65
|(64) Tentara?|
66
|(65) Relasi|
67
|(66) Sama|

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!