Jangan menangis

Hembusan angin malam menerpa wajah Luci yang tengah khusu berbincang dengan pusara Rizky.

Namun tiba-tiba bulu kuduknya berdiri saat ia merasakan sesuatu yang tak kasat mata sedang mengawasinya.

Gadis itu segera membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an untuk menghalau rasa takut yang mulai menguasai dirinya.

Ia berusaha untuk terus membaca ayat suci meskipun suaranya mendadak hilang dan tak bisa keluar. Mulutnya sudah komat kamit membaca namun suaranya tak juga keluar, gadis itu merasakan ada kekuatan gaib yang menahannya. Semakin ia berusaha terus membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an semakin kuat kekuatan gaib itu menyerangnya. Dadanya begitu sesak, hingga ia sulit bernafas.

Tak lama terdengar suara tawa mahluk gaib menggema membuat gadis itu semakin ketakutan.

Ia berusaha pergi dari tempat itu, namun tiba-tiba ia merasakan kakinya seperti ditarik oleh seseorang hingga ia jatuh tersungkur.

"Awww!" serunya kemudian memegangi kakinya yang memar

Luci mencoba untuk bangun dan berdiri namun beberapa mahluk gaib muncul dihadapannya. Tentu saja gadis itu semakin ketakutan manakala melihat puluhan mahluk gaib menghadangnya.

Sementara itu Arya bergegas meninggalkan rumah sakit tanpa mengindahkan ucapan Vie yang memintanya untuk menemui Luci di pemakaman.

"Untuk apa aku peduli dengannya, biarkan saja dia mati ketakutan karena melihat para hantu di pemakaman," celoteh Arya sembari mengemudikan mobilnya.

Arya sengaja menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai ke rumahnya. Namun tiba-tiba navigasinya menyuruhnya untuk berbelok arah.

"Yang benar saja, masa belok kanan, rumah gue lurus nona Google. Kalau belok kanan itu arah TPU Pondok Rangon. Jangan-jangan GPS nya error nih," celoteh Arya mematikan GPS nya

"Sebaiknya aku tidak perlu memakai GPS lagi, menyesatkan!" gerutunya

"Toloooong!!"

*Ciiiitt!!

Seketika Arya menghentikan mobilnya saat mendengar suara Luci meminta tolong.

"Luci," Ia segera membelokkan mobilnya menuju ke arah pemakaman.

"Tolong!!" seru Luci begitu keras

Gadis itu beringsut mundur menghindari para lelembut yang mulai merangsek maju mendekatinya.

*Bruuughh!!

Gadis kembali terjatuh saat kakinya terperosok kedalam sebuah makam.

Wajahnya semakin memucat dan keringat dingin semakin deras membanjiri wajahnya. Para lelembut menyeringai melihat Luci yang tak berdaya di hadapannya.

*Wuushh!!

Sekelebat bayangan hitam segera menyambar tubuh Luci saat para demit itu hendak menangkapnya.

"Mas Arya??" ucap Luci menatap lekat pria yang menggendongnya.

"Diamlah di sini," ucap Arya menurunkan Luci menjauh dari makhluk-makhluk gaib itu.

Arya kemudian melesat menyerang para lelembut itu. Tak perlu waktu lama Arya sudah membuat para dedemit itu lari tunggang langgang meninggalkan tempat itu.

Arya segera menghampiri Luci, "Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya parau

"I..iya," jawab gadis itu gugup

"Para lelembut itu sudah pergi, kuy kita pulang," ucapnya kemudian berjalan meninggalkan Luci

"Baik," jawab Luci kemudian mencoba melangkah menyusulnya.

Namun baru saja ia melangkahkan kakinya, Luci langsung terjatuh. Gadis itu meringis kesakitan memegangi kakinya yang menghitam.

*Bruuughh!!

"Awww!" seru Luci memegangi kakinya

"Haish!!" Arya segera membalikkan badannya dan menghampiri Luci

Lelaki itu menatap lekat kearah Luci yang mencoba menyembunyikan rasa sakitnya.

"Dasar gadis bodoh, kenapa kau tak bilang saja jika kakimu terluka," gerutu Arya

"Maaf, memangnya boleh aku mengeluh padamu, apa boleh aku merepotkan mu?" tanya gadis itu

"Sesekali boleh, tapi jangan keseringan!" sahut Arya ketus

Ia kemudian menggendong Luci dan membawanya menuju ke mobil. Diam-diam Luci mencuri pandang saat Lelaki itu menggendongnya menuju ke mobil.

"Jangan lihat-lihat nanti jatuh cinta!" seru Arya ketus

"Ma.. maaf!" jawab gadis itu terbata-bata

Arya hanya tersenyum sinis melihat wajah Luci yang langsung menunduk.

Ia kembali memasang wajah angkuhnya saat Luci kembali menoleh kearahnya.

"Rino wengi (Siang malam)...Sing tak puji ojo lali (Yang tak puji-puji yang lupa)...Janjine (Janjinya)...Mugo biso tak ugemi (Semoga bisa tak diingkari)...."

Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara seorang pria berkidung membuat Arya menghentikan langkahnya.

Dia lagi....

"Ada apa Mas?" tanya Luci

Arya kemudian menurunkan Luci di dalam mobilnya.

"Tunggu disini, jangan pernah membukakan pintu ini jika bukan aku yang mengetuk pintunya." ucap Arya

"Baik Mas," jawab Luci

"Jangan takut aku akan segera kembali," imbuhnya kemudian menutup rapat pintu mobilnya

Lelaki itu kemudian berjalan mendekati suara alunan kidung berkumandang.

Samar-samar terlihat seorang lelaki berapkaian serba hitam duduk bersila sembari bersenandung merdu.

"Siapa kau, dan apa tujuanmu memanggil ky kemari?" tanya Arya dengan sorot mata elangnya

Lelaki itu kemudian berhenti bersenandung dan menatapnya sendu.

Ia segera bangun dan berjalan mendekatinya.

"Lama tak bertemu kau masih saja tak berubah, kau masih terlihat gagah dan tak menua sedikit pun," ucap lelaki itu

"Maaf aku tidak mengenalmu jadi tidak ada urusan antara aku denganmu," sahut Arya

"Kau mungkin tidak mengenalku, tapi aku begitu mengenalmu," jawab lelaki itu

Ia kemudian mengeluarkan kalung taring serigala dan menunjukkannya kepada Arya Tejo.

"Selama puluhan tahun aku terus menunggumu, untuk mengembalikan kalung ini padamu." jawab Brojo Anom

"Kalung itu, kau kira bisa membodohi ku dengan kalung itu. Ambil saja jika ku mau, lagipula aku tidak memerlukan lagi jimat seperti itu," jawab Arya kemudian bergegas pergi

Merasa diacuhkan oleh Arya, Ki Brojo Anom merasa berang. Ia segera melemparkan kalung itu kearah Arya hingga melilit pemuda itu.

Arya begitu geram, matanya memerah dan kuku-kukunya yang tajam mulai tumbuh.

"Auuuuuu!!" sebuah lolongan serigala terdengar membelah kesunyian malam.

"Kau tidak akan bisa terlepas dari jerat Kalung Sakti itu. Kau tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari aku, kecuali kau bersedia tunduk menjadi anak buah ku!" seru aki Brojo Anom menyeringai

"Hahahaha, jangan mimpi tua bangka!" seru Tejo seketika dengan satu hentakan, lilitan tali yang menjerat tubuhnya seketika terlepas dengan sendirinya.

"Tak ada satupun mahluk di dunia ini yang bisa mengalahkan Aryo Tejo," ucapnya begitu lantang

Ki Brojo segera melesat dan menyerang Arya Tejo menggunakan keris sakti di tangannya.

*Prang!!

Arya segera menangkis keris itu dengan kuku-kukunya yang tajam. Ki Brojo Anom seketika terpental dan menghantam pepohonan kala terkena pukulan keras Arya Tejo.

"Sesakti apapun dirimu kau tidak akan pernah bisa mengalahkan aku dukun sialan!" seru Arya Tejo kembali menyerang lelaki itu dengan menghunuskan kuku-kukunya yang tajam.

"Jangan sombong Asu Baung, sesakti apapun engkau ... tetap saja kau tidak akan pernah bisa mengalahkan manusia cerdik seperti diriku," sahut Ki Brojo Anom kemudian mendorong tubuh Arya Tejo hingga ia terjungkal ke tanah.

"Kawitane...Mung sembrono njur kulino...Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno, Nanging duh tibane...Aku dewe kang nemahi...Nandang bronto, Kadung loro...Sambat sambat sopo...." Ki Brojo Anom kembali berkidung membuat Arya Tejo mengerang kesakitan kala mendengar kidung itu.

"Aaarrrggghhhh!!" teriak lelaki itu begitu keras hingga terdengar sampai ke telinga Luci.

"Mas Arya, apa dia terluka?" ucapnya begitu khawatir

Tiba-tiba saja saat ia hendak melangkah turun dari mobil. Alam bawah sadarnya membawa gadis itu ke sebuah tempat yang belum pernah ia datangi, ia melihat seekor serigala meringkuk kesakitan saat seorang pria berusaha membunuhnya dengan senjata tajam di tangannya.

"Auuuuu!!" suara auman sang Serigala membuat gadis itu seketika terjaga dari alam sadarnya.

Luci segera turun dari mobil. Dengan langkah tertatih gadis itu menghampiri Ki Brojo Anom yang menyeringai melihat Arya Tejo yang tak berdaya.

"Sekarang tamatlah riwayat mu dan kembalilah menjadi penunggu kalung ini," ucap Brojo Anom menghujamkan kerisnya ke jantung Arya Tejo.

"Arrgghhh!!" terdengar suara erangan Ki Brojo Anom saat Luci menghantamnya dengan sebuah batu.

Aryo Tejo tak berani menatap Luci yang berusaha mendekatinya.

Ia begitu takut jika gadis itu sampai tahu wujud aslinya.

"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu," ucap Luci mengulurkan tangannya

"Pergilah!" seru Tejo

"Aku tidak akan pergi sampai memastikan kau baik-baik saja," jawab Luci

"Aku tidak apa-apa, pergilah kau dan jangan pernah melihat wajahku atau kau...."

"Aku tidak akan pernah sakit hanya karena melihat sosok Asu Baung seperti dirimu, itu hanya mitos belakang dan aku tidak pernah mempercayainya," sahut Luci memotong ucapan Arya

"Syukurlah jika kau baik-baik saja, aku sangat takut jika kau akan mati mengenaskan seperti sosok serigala yang selama ini aku lihat. Sekarang pergilah sebelum ada warga yang melihat dan menangkap mu," ucap Luci tersenyum menatapnya

Seketika Arya segera melesat dan menghilang di kegelapan malam.

"Mas Arya kamu dimana?" ucap gadis itu tertatih mencari Arya Tejo

"Te...ah jika aku memanggil nama itu lagi dia pasti akan murka padaku," Luci yang sudah tak tahan menahan sakit akhirnya jatuh terkulai di tanah.

"Seandainya saja kakiku tidak sakit, aku pasti bisa menemukan mu Mas Arya, apakah kamu terluka, atau kau dibawa para lelembut itu," ucapnya gusar

Tiba-tiba seseorang lelaki mengulurkan tangannya saat gadis itu tengah terisak menangisi Arya Tejo yang tak kunjung datang.

"Mas Arya," ucap Luci berkaca-kaca

"Jangan menangis, aku tidak akan mati secepat itu!" seru Arya kemudian menggendongnya

Terpopuler

Comments

HNF G

HNF G

cie cieee..... tanpa sadar mereka udah saling cinta🤭🤭🤭

2023-08-28

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

tolol apa gimana masa orang situ pke gos ga tau jalan apa gimana

2023-01-23

0

Elmaz

Elmaz

cocok lah kaya nya mrk spt nya jodoh...😁

2022-10-27

0

lihat semua
Episodes
1 Asal Mula
2 Tersulut Emosi
3 Majikan Pelit
4 Jangan Ganggu Dia
5 Andaikan kau benar-benar datang
6 Terimakasih sudah menolong ku
7 Terusik
8 Andai saja
9 Purnama Tiba
10 Mendatangi pemakaman
11 Jangan menangis
12 Celah
13 Mencari Wangsit
14 Merindumu
15 Kejutan di Kampus
16 Kebaikan membawa petaka
17 Kebaikan membawa petaka 2
18 Sesuatu Bisa saja terjadi
19 Kamu dan Aku
20 Ketika Maut mengintai
21 Maling
22 Rasa Penasaran Guntur
23 Karma
24 Karma 2
25 Karma 3
26 Menghalau Karma
27 Menghalau Karma 2
28 Gak ada lo gak rame
29 Pesona sang Penakluk
30 Kamar Rahasia
31 Terimakasih sudah menyelamatkan sahabatku
32 Sisi Kelam Leo
33 Kamar Rahasia 2
34 Kamar Rahasia 3
35 Rasa Penasaran Leo
36 Rasa Penasaran Leo 2
37 menunggu sms mu
38 Menghadiri Pesta
39 Masa Lalu
40 Menyelamatkan leo
41 Masa Lalu 2
42 Jati Diri Guntur
43 Dunia begitu sempit
44 Siapa dia???
45 Keluar dari Lukisan
46 Menyelamatkan Luci
47 Kelahiran Balung wangi
48 Aku dan Kamu akan selalu terhubung
49 Hanya Kau Yang Bisa Menyelamatkan Guntur
50 Melacak keberadaan Leo
51 Khawatir
52 Aku melakukannya karena dia
53 Hancur sebelum berkembang
54 Hancur sebelum berkembang jilid 2
55 Keputusan Guntur
56 Semuanya terasa Gelap
57 Pengakuan
58 Pengakuan 2
59 Deal kita jadian
60 Terseret Ombak
61 Penunjuk jalan
62 Membangkitkan Jiwa Leo
63 Mencari Jalan Pulang
64 Ternyata Itu Alasannya
65 Hati yang tertaut
66 Penyesalan
67 Pergulatan dua Saudara
68 Pertemuan
69 Bara dalam sekam
70 Dendam membara
71 Tanda Tanya
72 Perangkap
73 TUMBAL
74 Tumbal 2
75 Dendam dan Sugesti
76 saatnya membalas
77 Mawar Hutan
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Asal Mula
2
Tersulut Emosi
3
Majikan Pelit
4
Jangan Ganggu Dia
5
Andaikan kau benar-benar datang
6
Terimakasih sudah menolong ku
7
Terusik
8
Andai saja
9
Purnama Tiba
10
Mendatangi pemakaman
11
Jangan menangis
12
Celah
13
Mencari Wangsit
14
Merindumu
15
Kejutan di Kampus
16
Kebaikan membawa petaka
17
Kebaikan membawa petaka 2
18
Sesuatu Bisa saja terjadi
19
Kamu dan Aku
20
Ketika Maut mengintai
21
Maling
22
Rasa Penasaran Guntur
23
Karma
24
Karma 2
25
Karma 3
26
Menghalau Karma
27
Menghalau Karma 2
28
Gak ada lo gak rame
29
Pesona sang Penakluk
30
Kamar Rahasia
31
Terimakasih sudah menyelamatkan sahabatku
32
Sisi Kelam Leo
33
Kamar Rahasia 2
34
Kamar Rahasia 3
35
Rasa Penasaran Leo
36
Rasa Penasaran Leo 2
37
menunggu sms mu
38
Menghadiri Pesta
39
Masa Lalu
40
Menyelamatkan leo
41
Masa Lalu 2
42
Jati Diri Guntur
43
Dunia begitu sempit
44
Siapa dia???
45
Keluar dari Lukisan
46
Menyelamatkan Luci
47
Kelahiran Balung wangi
48
Aku dan Kamu akan selalu terhubung
49
Hanya Kau Yang Bisa Menyelamatkan Guntur
50
Melacak keberadaan Leo
51
Khawatir
52
Aku melakukannya karena dia
53
Hancur sebelum berkembang
54
Hancur sebelum berkembang jilid 2
55
Keputusan Guntur
56
Semuanya terasa Gelap
57
Pengakuan
58
Pengakuan 2
59
Deal kita jadian
60
Terseret Ombak
61
Penunjuk jalan
62
Membangkitkan Jiwa Leo
63
Mencari Jalan Pulang
64
Ternyata Itu Alasannya
65
Hati yang tertaut
66
Penyesalan
67
Pergulatan dua Saudara
68
Pertemuan
69
Bara dalam sekam
70
Dendam membara
71
Tanda Tanya
72
Perangkap
73
TUMBAL
74
Tumbal 2
75
Dendam dan Sugesti
76
saatnya membalas
77
Mawar Hutan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!