Setibanya di rumah, Tejo di kagetkan dengan kedatangan dua orang wanita yang sudah menunggunya di depan gerbang rumahnya.
Siapa lagi mereka??
Lelaki itu menggerakkan tangannya untuk memberikan peringatan agar keduanya agar segera melipir karena menghalangi jalannya.
"Tolong bukakan pintu gerbangnya!" seru Tejo menunjuk kearah wanita itu
"Saya!" seru wanita itu mengernyit
"Terserah siapa saja, cepat!" hardik Tejo membuat wanita paruh baya itu segera membukakan pintu gerbang untuknya
"Wah itu pasti majikan Si Luci, ternyata majikannya lebih galak dari kita mak, kasian juga Si Upik Abu, lolos dari kita malah jatuh ke sarang harimau," bisik seorang wanita muda kepada wanita paruh baya di sampingnya
"Iya Nes, bukannya kasian, justru ibu jadi bahagia melihat dia menderita,"
"Sama aku juga bu, nomo nomo cua ( sangat-sangat bahagia)," jawab Agnes segera beradu tos dengan ibunya
"Oi, kalian berdua!" seru Tejo menjentikkan jarinya
Suara bariton Arya tentu saja mengagetkan kedua wanita itu. Reflek mereka segera berlari kearahnya, saat Lelaki itu memanggilnya.
"Ada apa lagi Tuan?" tanya Agnes
"Tolong tutup pintu pagar itu!" ucap Arya dengan santainya
Seperti kerbau yang dicocok hidungnya kedua wanita itu segera berlari dan menutup pintu gerbang rumah itu.
"Wah dia benar-benar bos yang menyebalkan, dikira kita pembantunya kali ya, main nyuruh-nyuruh seenak jidatnya!" gerutu Agnes begitu geram
Arya yang baru saja turun dari mobilnya langsung menoleh kearah keduanya dengan tatapan mata elangnya, membuat ibu dan anak itu seketika terdiam.
"Kenapa dia menyeramkan sekali, aku jadi membayangkan bagaimana tertekannya Luci saat bersama pria menyebalkan itu,"
"Kalau aku pasti sudah kabur saja dari rumah itu, gak kebayang deh punya majikan menyeramkan seperti dia,v" sahut Agnes
Tidak lama kemudian tampak Luci berjalan mendekati mereka. Senyum ibu dan anak itu seketika mengembang manakala melihat targetnya datang.
"Wah akhirnya ketemu juga sama si upik abu," Wanita paruh baya itu menyeringai menghadang langkah Luci di depan pintu gerbang.
"Setelah sekian abad akhirnya aku menemukanmu juga Luci," ucap wanita itu tersenyum sinis
"Mau apalagi kalian kemari," sahut Luci acuh
"Hei, hei...hei, jangan kau pikir bisa kabur setelah mempunyai tempat untuk tinggal. Ingat Luci, lo gak bisa lari dari tanggung jawab."
"Maaf nyonya Rohana, semenjak bokap gue meninggal dunia, secara otomatis hubungan kita juga sudah berakhir. So mulai sekarang gue bebas menentukan hidup gue sendiri, soal rumah gue silakan ambil saja. Anggap aja itu sedekah dari gue, permisi!" jawab Luci dengan angkuhnya.
"Jangan macam-macam Luci, lo masih harus menafkahi adik kandung lo Evvy, jadi kamu masih harus menyetorkan sebagian gaji kamu untuk biaya sekolah adik kamu," jawab Rohana
"Kau boleh membodohi ayahku jika Evvy adalah putri kandungnya. Tapi tidak dengan gue. Gue tahu pasti kalau Evvy bukan anak kandung bokap gue, so menyingkirlah dari kehidupan gue. Selama ini kalian sudah cukup menyiksaku seperti seorang babu, dan kini tiba saatnya bagiku untuk menikmati hidup gue," tutur Luci
"Jangan mencoba lari dari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa Evvy bukan anak kandung bokap lo. Apa buktinya jika dia memang bukan adik kandung mu!" tantang Rohana
"Yoi, apa buktinya," imbuh Agnes
"Baiklah kalau kalian minta bukti, aku akan mengirimnya," ucap Luci kemudian mengambil ponselnya
"Sekarang buka ponsel kalian dan lihatlah dengan seksama apa yang aku kirimkan," imbuhnya
Ibu dan anak itu terkejut bukan main saat melihat kiriman video dari Luci.
"Kalau bukti itu kurang otentik, gue juga sudah pernah melakukan tes DNA secara diam-diam untuk memastikan kebenaran Video itu. Salinan DNA akan segera aku kirimkan ke surel ( surat elektronik) kalian. So...apa itu sudah cukup?" ucap Luci kemudian bergegas masuk meninggalkan kedua wanita itu.
"Tapi tetap saja lo harus membayar biaya hidup selama tinggal bersama kami. Ingat Luci tidak ada yang gratis di dunia ini!" seru Rohana
membuat Luci langsung menghentikan langkahnya
"Ish berisik sekali mereka, dasar wanita bermulut dua selalu saja pandai membuat huru-hara," gerutu Arya
"Wow, kau begitu percaya diri sekali menyamakan aku sebagai parasit yang menumpang hidup padamu, bukankah itu kebalik nyonya Rohana?" ucap Luci menurunkan sedikit nada bicaranya
"Bukankah kalian yang seharusnya berterimakasih karena selama ini menumpang hidup padaku. Hampir lima tahun aku bekerja sebagai tulang punggung keluarga, menafkahi kalian. Membiayai biaya kehidupan kau dan anak-anak mu, dan mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti seorang babu. Apa itu belum cukup untuk kalian menyiksaku selama ini. Atau aku perlu menghajar kalian agar pergi dari sini sekarang!" hardik Luci membuat keduanya seketika pergi meninggalkannya
"Huft kenapa sial sekali hari ini!" ucap Luci segera membuka pintu gerbang rumahnya.
Arya menyunggingkan senyumnya melihat keberanian Luci.
Lumayan juga,
"Ah sialan, bagaimana si Upik abu itu bisa tahu semuanya!. Hilang deh tambang emas gue," gerutu Rohana
"Yaudah terima nasib aja Bu," jawab Agnes kemudian menggandeng lengan Rohana meninggalkan tempat itu.
************
Sore itu Luci menyempatkan membersihkan taman kecil di halaman rumah. Gadis itu sengaja menanam beberapa bunga baru dan membuang tanaman yang tak sedap di pandang.
"Wah sibuk sekali hari ini," sapa seorang pemuda berseragam sekuriti menatapnya
"Eh Mas Gun," jawab Luci malu-malu
"Ganggu gak nih aku kesini?" tanya Guntur
"Gak kok, gak ganggu sama sekali malah aku seneng," jawab Luci tersipu
"Btw boleh bantuin gak nih, kayaknya kasian banget lihat kamu bekerja sendirian?" tanyanya lagi
"Boleh kalau tidak merepotkan,"
Guntur segera duduk jongkok di samping gadis itu dan membantunya menanam bunga mawar.
Keduanya tampak canggung dan malu-malu, membangun kedekatan mereka.
Arya yang baru keluar dari kamarnya menatap sinis kearah keduanya.
"Dasar modus, pasti ada udang di balik bakwan!" cibir lelaki itu.
"Awww!!"
"Kamu kenapa El?" tanya Guntur saat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Gak papa kok, cuma ketusuk duri mawar!" sahut Luci menyembunyikan jarinya yang terluka
"Coba sini aku lihat," Guntur segera meraih jemari Luci dan memeriksa jarinya yang terluka.
"Bahkan luka kecil sekalipun akan menjadi berbahaya bila dibiarkan menganga tanpa di obati," jawab Guntur kemudian menyesap jari Luci yang berdarah
"Uhuukk!" seru Arya sengaja membuat dua sejoli itu segera menoleh kearahnya
"Makanya kalau tidak mau terluka, fokuslah dalam bekerja. Kerjakan pekerjaan mu sendiri dan jangan pernah meminta bantuan orang lain selagi kau masih sanggup mengerjakannya sendiri," ucap Arya menatap lekat kearah Guntur
"Aku selalu fokus saat bekerja dan juga tidak pernah meminta bantuan siapapun saat sedang bekerja, jadi apa yang salah," sahut Luci
"Nah itu dia, kalau lo sudah fokus bekerja maka jangan biarkan kucing garong seperti dia menebarkan pesonanya hingga membuatmu terluka, camkan itu. Seperti kata bang Napi kejahatan terjadi karena ada niat dan kesempatan, waspadalah....waspadalah!" seru Arya menunjuk kearah Guntur
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
HNF G
hahahaha..... mulai cemburu nih
2023-08-27
0
Yuli Eka Puji R
weehhh sejak kapan adik tanggung jawab kk selagi ibu msh ada pemalas memang mereka
2023-01-23
0
Min sua
kucing garong
2022-12-21
0