Undangan dari kerajaan sudah disebar luaskan dari seminggu sebelumnya. Sebenarnya, undangan ini diperuntukan bagi keluarga bangsawan untuk mengirim putrinya sebagai selir bagi para Pangeran.
Seluruh keluarga bangsawan disekitar Kerajaan Xili datang berbondong-bondong ke Istana, berharap para putri mereka diterima menjadi selir untuk salah satu Pangeran. Karena kedudukan Perdana Mentri tinggi, keluarganya pun diundang ke acara perjamuan tersebut.
Namun, Xin'er tidak tahu bahwa itu acara pemilihan selir untuk para Pangeran. Dia hanya tahu jika itu pertemuan anggota kerajaan, dan Perdana Mentri merupakan bagian dari kerajaan. Sehingga, hal itu masuk akal dipikirannya, dan ia pun tak menolaknya saat Zhaoling memintanya untuk datang.
Berbeda dengan Mingna, ia tahu segalanya karena ibunya memberitahukan semua pada dirinya. Sehingga, saat ini ia berpenampilan sebaik mungkin untuk memikat para Pangeran di Istana, supaya terpilih menjadi selir salah satu Pangeran.
Xin'er berjalan menghampiri ayahnya dengan santai. Pakaian yang ia kenakan pun biasa saja, tak mewah seperti Mingna. Membuat wanita tua disamping ayahnya pun mengejek dan memperolok nya dengan senyum menyeringai.
"Xin'er, apakah kau akan ikut ke Istana untuk bertemu keluarga Kerajaan? Atau, kau akan ke pementasan lenong?" tanya Muning dengan nada mengejek. "Kita ini keluarga Perdana Mentri tertinggi di Kerajaan Xili. Kau seharusnya tak memberikan kesempatan orang untuk mencela keluarga kita!" ujarnya kemudian dengan sinis.
Tuan Xiaoyu melirik istrinya, kemudian menatap putri kesayangannya. "Ayah sudah menyiapkan pakaian terbaik untuk kamu dan Mingna. Apakah kamu tidak menyukai gaun yang ayah belikan?" tanya Perdana Mentri. "Jika seperti itu, kamu bisa pilih pakaian lain diruang baca. Kemarin, bibi Tangli menyimpannya di sana." ujar Tuan Xiaoyu dengan lembut.
Mendengar perkataan ayahnya barusan, Xin'er menjadi terkejut dibuatnya. Pasalnya, ia tak pernah menerima gaun apapun seperti yang ayahnya katakan tadi. Pakaian terbaik? Makanan layak makan saja sudah untung dia dapatkan disini, apalagi gaun cantik seperti yang Mingna kenakan.
Xin'er menatap tajam kedua rubah licik dihadapannya itu, yang saat ini berpura-pura tak memperhatikannya. Dia tahu, bahwa nenek lampir dan putrinya itulah yang sengaja tak memberikan pemberian ayahnya. Namun, Xin'er juga tak mau memakai pakaian yang menurutnya sulit dikenakan itu. Ia cenderung memakai pakaian yang simpel dan nyaman saat dikenakan.
Setelah menatap sinis nenek lampir dan penyihir buruk rupa itu, Xin'er tersenyum pada ayahnya. Diraihnya tangan yang sudah mulai terlihat kerutan itu dan menggenggamnya lembut. "Ayah, aku nyaman memakai pakaian seperti ini. Bagiku, pakaian ini memudahkan aku untuk leluasa bergerak. Tidak seperti gaun yang Mingna kenakan, terkesan ribet dan sulit untuk melangkah. Aku harus mengangkat gaun yang panjang dan besar seperti itu, saat akan melangkah. Bukankah itu menyulitkan diri sendiri?" sahutnya dengan nada cibiran.
Netra Muning dan Mingna membulat seketika mendengar ejekan Xin'er. Tapi seperdetik kemudian, keduanya tertawa meremehkan. "Kau itu iri pada kecantikan'ku, Xin'er. Aku itu feminim dan tubuhku bagus saat memakai gaun indah seperti ini, terlihat elegan dan cantik. Kau kan hanya gadis bodoh. Tidak mungkin mengerti soal fashion kelas bangsawan!" Ejek Mingna dengan ketus.
Sedangkan Xin'er yang mendapat ejekan tersebut hanya bersikap cuek dan tak perduli. Dia berjalan keluar lebih dulu sambil menggandeng tangan ayahnya. "Yang terpenting itu bukan penampilan luar saja, tapi hati juga harus cantik." ucapnya sembari sedikit menoleh.
Mingna menjadi geram dan akan melayangkan pukulan kearah Xin'er. Namun, secepat kilat tangan Mingna ditarik ibunya agar tidak terlihat oleh Tuan Xiaoyu. "Apa kau begitu bodoh, sampai mau memukul dia dihadapan ayahmu? Jika ayahmu melihatnya, habislah kita!" bisik Muning ditelinga putrinya.
Mingna pun menarik kembali tangannya sembari menggertakan gigi. "Awas kau, Xin'er. Akan ku buat kau malu saat di Istana nanti!" tekadnya dalam hati.
Mereka semua berangkat memakai kereta kencana milik keluarga Perdana Mentri, dengan dikawal beberapa pengawal dan beberapa pelayan pribadi. Termasuk Mengshu dan Ghehu. Para wanita berada dalam kereta, sedangkan para pria memakai kuda mereka.
Tak banyak obrolan yang terlontar dari mulut mereka selama dalam perjalanan. Karena Xin'er pikir itu tak penting, hanya untuk mengobrol santai bersama si penyihir buruk rupa dan nenek lampir itu.
Wajah Xin'er terus menatap keluar jendela, memperhatikan setiap jalan yang mereka lalu. Ternyata, perjalan ke Istana berjarak cukup jauh dari kota Yongsheon. Mereka sampai harus berhenti sejenak untuk mengistirahatkan diri dan juga kuda mereka. Karena perjalanan yang cukup melelahkan, serta melewati perbukitan di wilayah Jong hun.
Setelah menempuh perjalanan cukup lama, tibalah mereka di wilayah kerajaan Xili. Terlihat gerbang kota Xili dipadati kereta kencana yang akan memasuki area tersebut. Xin'er yakin, jika semua kereta kencana itu adalah tamu undangan kerajaan dari berbagai kota.
"Pestanya besar-besaran, ini!" cetus Xin'er saat melihat banyak kereta kencana yang mengantri masuk di pintu gerbang kota Xili.
Mingna tersenyum mengejek. "Tentu saja pesta besar. Ini kan acara yang di gelar setahun sekali, dan diperuntukan bagi semua bangsawan dari berbagai wilayah. Pastinya bakal meriah."
Xin'er membulatkan mulutnya, seolah mengerti akan perkataan Mingna. Memang setiap tahun acara seperti ini selalu diadakan, dan Mingna pasti ikut. Tapi, tidak dengan Xin'er karena ia masih belum cukup umur. Namun, tahun ini ia diperbolehkan untuk mengikuti acara tersebut, karena usianya sudah cukup untuk menikah. Jadi, ia pun diajak oleh ayahnya ke acara tersebut.
Walaupun sejujurnya, ia sama sekali tak tahu tentang acara itu dan juga tak tertarik sedikitpun untuk datang ke pesta ini. Namun, karena rasa penasaran yang ditimbulkan oleh pria yang bernama Zhaoling itulah yang membawa kakinya menginjak Istana Xili.
Satu persatu kereta kencana menurunkan penumpang yang didominasi putri cantik para bangsawan, dengan penampilan memukau. Mereka berlomba untuk memenangkan hati keluarga Kerajaan, agar diterima menjadi selir salah satu Pangeran.
Semua tamu undangan masuk kedalam aula pertemuan kerajaan, termasuk keluarga Perdana Mentri. Sesampainya di sana, Perdana Mentri langsung menyapa semua bangsawan yang dikenali, mulai dari pejabat negara sampai bangsawan ternama kota.
Semua yang hadir memang dari kalangan bangsawan teratas. Namun ada yang aneh kali ini. Karena di acara ini, terdapat banyak rakyat jelata dengan berbagai profesi. Mereka diundang atas permintaan Pangeran Ketiga.
"Waah, Pangeran Ketiga memang berhati mulia. Beliau mengundang rakyat jelata seperti kita untuk menghadiri pesta besar ini," sahut salah seorang rakyat biasa.
"Betul. Beliau Pangeran satu-satunya yang tak pernah malu bergabung dengan rakyat jelata seperti kita!" timpal yang lainnya.
Banyak lagi pujian dari para rakyat Kerajaan Xili di sana. Mereka menyanjung serta memuji Pangeran Ketiga tersebut. Itupun yang menarik perhatian Xin'er kali ini. Siapakah Pangeran Ketiga tersebut? Bagaimana rupa sosok pria yang disanjung para rakyat Kerajaan ini?
Semua orang berkumpul dihalaman Istana Kekaisaran. Di halaman tersebut, selain luas dan bisa menampung ratusan bahkan ribuan orang, halaman itu juga adalah halaman utama untuk perjamuan seperti ini.
Sorak sorai serta riuhnya suara langsung hening seketika, saat seorang pria yang sudah tua namun masih terlihat gagah berdiri diatas.
"Panjang umur Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri!"
Semua orang menunduk hormat serta mengucapkan kata yang sama secara serempak, untuk menyapa orang tersebut. Yakni, Raja dari Dinasti Xili ini. Kaisar Zhu Zihu.
Raja tersebut mengangkat tangannya, kemudian duduk di singgasananya didampingi wanita cantik yang anggun walaupun usianya sudah tak muda lagi. Permaisuri Jian Xia. Serta dua wanita lainnya, yaitu Selir Wang Xiumeng dan Selir Gu Lingho.
Dibarisan kanan dan kiri berjejer para petinggi kerajaan, mulai dari Kasim, Perdana Mentri, para mentri dari seluruh bagian, serta para bangsawan.
Setelah Raja dan Ratu, serta kedua Selirnya duduk, kini giliran semua Pangeran yang keluar dan duduk di singgasana masing-masing. Sapaan untuk mereka semua pun terlontar dari semua orang yang hadir dengan penuh hormat.
Xin'er terus mengamati wajah mereka dari kejauhan. Karena saat ini, ia berkumpul bersama semua putri bangsawan yang melamar jadi Selir. Sejujurnya, ia sangat bosan dengan acara seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Ayahnya adalah petinggi Kerajaan. Tentu ia pun harus menghormati acara tersebut.
Gosip mulai terdengar dari bisikan para putri cantik di sana. Mereka tersenyum sambil berbisik satu sama lain, bersama teman bahkan putri bangsawan yang baru mereka kenal. Masalahnya hanya satu, yaitu membicarakan ketampanan para Pangeran yang Xin'er tak ketahui semuanya. Cuma Zhaohan saja yang ia tahu dan itupun karena Pangeran itu mendatanginya.
Sedangkan Mingna ikut bergosip sambil cekikikan bersama yang lainnya. Dia lebih akrab bersama para putri itu, karena sering datang ke acara tersebut dan sudah pasti saling mengenal.
Xin'er yang merasa jengah mulai terlihat kesal, karena dia tak mengerti akan apa yang dibicarakan mereka. "Andai saja tadi aku ikut bersama Mengshu dan Ghehu ke tempat para pelayan, mungkin aku tak kan bosan seperti ini?" gerutunya dalam hati.
Dia pun mencari cara agar bisa keluar dari kumpulan para putri bangsawan. Saat acara dinyatakan dimulai, semua orang bersorak gembira menyambutnya. Pada saat itu, ia mulai mengendap dan berlari menjauh dari kerumunan para putri bangsawan tersebut.
Langkahnya tak menentu, sampai ia menghentikan kakinya di suatu tempat. Tepat dihadapannya, sebuah pemandangan indah jelas terlihat. Ia menatap kagum akan tempat tersebut. "Astaga," matanya berbinar menatap sekeliling tempat tersebut.
Namun tak lama kemudian, ia dikejutkan oleh suara bariton seseorang dari belakang. "Sedang apa kau disini?"
Xin'er reflek menoleh kebelakang, dan mendapati seorang pria yang selalu mengganggunya beberapa hari lalu. "Aling,"
Zhaoling berdiri dengan memakai pakaian serba hitam, serta membawa pedang ditangannya. Keringat masih menetes dari pelipisnya. Xin'er mulai curiga kepada pria itu. Apakah dia akan merampok di kerajaan, saat semua orang sedang sibuk berpesta?
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
Xian belom tau klo Aling adalah pangeran ke 3, bakalan kaget nanti dia 😆😆😆
2023-03-05
1
y@y@
👍🏿👍🏾👍🏿👍🏾👍🏿
2022-07-29
2
Nofi Kahza
ngerampok hatimu xin'er🤗🤗
2022-06-17
2