Tuan Perdana Mentri melangkahkan kakinya keluar ruangan. Namun belum sempat sepenuhnya ia pergi dari tempat itu, suara Zhaohan kembali terdengar memanggil.
"Perdana Mentri Yun, tunggu sebentar!" Seru Zhaohan mengejarnya keluar.
Yang di panggil tentu menoleh sambil menunduk hormat, karena Pangeran itu memanggilnya lagi. "Iya, Yang Mulia."
Zhaohan mendekat dengan senyum yang tak biasa, dan ia pun mengatakan sesuatu. "Biarkan aku menemui putrimu langsung ke kamarnya."
"Apa?" wajah terkejut Tuan Yun tak bisa di sembunyikan. Bagaimanapun juga, ia takut jika Pangeran sombong itu melakukan sesuatu yang tidak baik kepada putri bungsunya. "Maaf, Pangeran. Anda tidak perlu repot-repot datang ke kamar Xin'er. Biarkan pelayan memanggilnya untuk anda dan membawa Xin'er menghadap kemari," ucap Perdana Mentri sopan.
Zhaohan menggelengkan kepalanya bentuk penolakan. Ia tak mau perkataannya di bantah siapapun, termasuk Perdana Mentri. Walaupun, ini kediamannya sendiri. Zhaohan berlalu melewati Perdana Mentri dengan sikap angkuhnya. "Aku sendiri yang akan mendatanginya, untuk melihat kelebihan Xin'er secara langsung."
"Tapi Pangeran, Xin'er ..."
Perdana Mentri tak dapat melanjutkan ucapannya, dikarenakan Pangeran itu telah pergi tanpa memperdulikannya. Akhirnya, beliau menyuruh pelayan untuk mengantar Pangeran ke kamar putrinya, walaupun sebenarnya sangat tak rela. Wajah sendu Perdana Mentri jelas terlihat sekali. Beliau sangat khawatir dengan keadaan putrinya saat ini. "Haish, semoga Xin'er bisa mengatasinya."
Berbeda dengan Yun Xiaoyu yang sedang bersedih dengan kedatangan Pangeran Zhaohan, Muning justru sangat senang karena Pangeran itu datang ke kediamannya. Dia dan putrinya sedang berkhasak-khusuk membicarakan sesuatu, seperti menyusun sebuah rencana.
"Pokoknya begitu saja," bisik Muning di telinga putrinya.
"Tapi Bu, aku takut akan ketahuan oleh Pangeran Zhaohan!" celoteh Mingna tak setuju.
"Kenapa harus takut, jika tak ada bukti bahwa kau yang melakukannya!" seru Muning yang membuat putrinya terkejut.
"Ma-maksud, Ibu?"
Muning menepuk kepala putrinya pelan. "Dasar kau bodoh! Tentu saja kita tidak boleh meninggalkan jejak sedikitpun," ujarnya kemudian. "Dengarkan Ibu baik-baik, Mingna."
Segera Muning membisikan sesuatu di telinga putrinya, yang membuat senyum di bibir Mingna tersungging semakin lebar. Matanya berbinar kala mendengar rencana yang disusun Ibunya sedemikian rupa, supaya tidak ketahuan oleh siapapun. Dia juga mengangguk saat Ibunya menyampaikan kata demi kata.
"Jadi, kau tidak perlu takut akan ketahuan. Tidak akan pernah! Percaya saja sama ibumu ini," ucap Muning meyakinkan putrinya.
Mingna menatap wajah ibunya yang begitu sangat yakin akan keberhasilan rencana mereka. Namun, justru dalam hatinya, ia sangat ketakutan saat ini. Mengingat perangai buruk Pangeran Pertama yang begitu kejam terhadap semua orang, membuat Mingna ketakutan. Tapi jauh dalam lubuk hati, ia sangat menginginkan posisi selir Pangeran Zhaohan.
"Baiklah, Bu. Aku akan mengikuti rencana Ibu," sahut Mingna dengan yakin.
Dia berdiri, kemudian memanggil pelayan kepercayaannya untuk melakukan sesuatu. Dengan keyakinannya, Mingna pun menemui seseorang yang dianggap tidak akan merusak rencana mereka dan justru akan menguntungkan baginya.
•
•
Seorang pelayan wanita terlihat berjalan dengan santai. Kakinya melangkah menuju ruangan Xin'er dengan bersikap biasa, tanpa ada rasa gugup di raut wajahnya. Tangannya langsung mengetuk pintu kamar yang langsung mendapat sahutan dari dalam, oleh si pemilik kamar.
"Siapa?" tanya orang yang berada di dalam kamar.
"Maaf, Nona Keempat. Saya Yuelie," jawab pelayan itu.
Mendengar nama pelayan pribadi ayahnya, Xin'er mengernyitkan dahi dengan berbagai pertanyaan dibenaknya. "Kenapa dia kemari? Apa Ayah memerlukan sesuatu?" Mengshu menggelengkan kepala tak tahu. "Masuk saja," ujarnya sedikit berteriak.
Setelah mendapat izin, Yuelie langsung mendorong pintu kamar Xin'er dan masuk kedalam dengan sebuah nampan di tangannya, yang berisikan semangkuk sup serta minuman herbal. Wajah Yuelie terlihat tersenyum ramah sambil membungkuk hormat kepada Nona-nya. "Nona, hamba kemari untuk mengantarkan ini atas perintah Tuan Perdana Mentri." ucap Yuelie setelah menaruh nampan itu diatas meja.
Mengshu segera menghampiri sambil melihat isi di dalam mangkuk dan gelas tersebut. "Makanan dan minuman herbal? Apa Nona masih harus memerlukan semua ini?" tanya Ashu melirik Xin'er yang mengedikkan bahu tak perduli.
"Tuan merasa khawatir dengan kondisi Nona. Jadi, beliau sengaja mengirimkan sup abalon dan minuman ginseng merah dengan dicampur perasan jeruk limau. Ini bagus untuk kesehatan Nona," ujar Yuelie menjelaskan.
Mendengar penjelasan Yuelie, Xin'er langsung bergidik. Membayangkan bentuknya saja dia ingin muntah, apalagi jika mencicipi rasanya. Dapat dipastikan, perut Xin'er langsung seperti diaduk.
Yoona tidak suka jamu-jamuan, atau sup yang katanya baik untuk kesehatan itu. Walaupun seperti itu, dia pintar dalam membuat obat-obatan herbal. Karena di medan perang, seorang prajurit harus bisa menyembuhkan luka rekannya. Tapi untuk minuman atau sup herbal, Yoona sangat enggan meminumnya.
"Taruh saja dulu. Aku akan meminumnya," ujarnya dengan malas.
"Tapi Nona, Tuan menginginkan anda meminumnya didepan saya. Jadi jika tidak keberatan, anda ..."
Sebelum Yuelie melanjutkan ucapannya, Xin'er segera menyela. "Baiklah ... baiklah. Ashu, ambilkan itu! Aku akan meminumnya didepan Yuelie." titahnya yang langsung dituruti Mengshu.
"Kenapa Yuelie jadi seorang pemaksa? Bukankah dia tidak akan pernah protes untuk hal sekecil ini? Ada yang aneh," Batin Xin'er menatap dalam.
Sup itu langsung di seruput oleh Xin'er perlahan tapi pasti. Begitupun juga minuman herbal nya. Tak lupa ia membagi menjadi dua, untuk diberikan pada pelayan pribadinya. "Ashu, kau juga harus meminumnya. Ini enak lho!" cicit Xin'er seraya menyerahkan mangkuk dan gelas yang berbeda.
Mengshu menolak. Ia tak berani menerima, apalagi itu dikhususkan untuk Nona-nya. "Tidak usah, Nona! Nona habiskan saja, itu untuk kesehatan tubuh anda."
"Kau menolaknya?" segera Mengshu menggelengkan kepala. "Kalau begitu, ayo terima! Jika kau ingin aku sehat, aku pun ingin kamu sehat. Jadi, kita sama-sama sehat!" seru Xin'er dengan tersenyum. "Kau juga mau, Yuelie?" tanya Xin'er dengan melirik pelayan ayahnya yang langsung menunduk.
"Terima kasih atas perhatian Nona Keempat. Saya hanya pelayan kecil, tidak berani untuk memakan ataupun meminum ramuan khusus untuk anda!" tolak Yuelie sopan. "Kalau begitu, saya undur diri. Saya akan memberitahukan kepada Tuan, bahwa anda sudah meminumnya!" ucapnya berpamitan seraya memberi hormat sebelum pergi.
Xin'er mengangguk. "Baiklah. Bilang kepada tuan mu," cicitnya sambil tersenyum penuh arti. "Kita lihat, bagaimana reaksinya." desis Xin'er yang tak di dengar Mengshu.
Gadis itu sedang menikmati sup dan minuman ginseng yang diberikan Xin'er. Namun ia tak tahu, jika Xin'er tak meminumnya.
Tak lama kemudian, Mengshu mengeluh sambil memegangi kepalanya. "Nona, kenapa kepalaku terasa pusing? Dan ini sangat ... sangat ..."
Mengshu langsung tergeletak tak sadarkan diri dengan kepala terjatuh di meja. Xin'er yang melihat itu lantas tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Haish, gadis bodoh. Minuman menyengat seperti itu saja, kau tak bisa membedakannya." gumam Xin'er sambil melirik ke arah pintu. Terlihat bayangan seseorang sedang berdiri diluar sana.
"Baiklah, kita ikuti rencana kalian! Aku tidak boleh mengecewakan mereka," desisnya sambil bersiap. "Ashu ... Ashu, kau kenapa?" teriaknya sedikit keras. "Astaga, kepalaku sakit sekali. Siapapun, tolong kami. Aku tak bisa ..."
Brakk
Xin'er sengaja menjatuhkan tubuhnya di ranjang beserta mangkuk sup ke lantai, agar terlihat meyakinkan. Dia membuat seolah kejadian itu tak disengaja.
Mendengar kegaduhan, dua orang pria langsung masuk dengan seringai jahat di wajahnya. Dia segera mendekat kearah mereka dengan tatapan lapar.
"Hehehe. Nyonya sangat baik, memberikan putrinya kepada kita." ucapnya yang di angguki temannya.
"Kau benar. Barang sebagus ini harus kita nikmati dengan penuh penghayatan," sahut temannya. "Kau bawa yang itu, dan aku bawa yang ini!" ujarnya kemudian.
Tangan mereka terulur kearah Xin'er dan Mengshu. Namun, sebelum tangan mereka menyentuh tubuh keduanya, tiba-tiba sebuah hantaman keras mendarat di wajah kedua pria tersebut.
Bugh
"Uuugghhhh,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
nah loh ketahuannn 😏😏😏 dasar mau berbuat jahat ya 😤😤😤tak sleding kau
2023-02-16
1
y@y@
👍🏿👍🏾👍🏼👍🏾👍🏿
2022-11-12
0
y@y@
👍🏾👍🏼👍👍🏼👍🏾
2022-10-13
2