Langkah kaki Pangeran Zhaohan semakin melebar, kala pelayan yang mengantarnya sudah sampai dan menunjukan kamar Xin'er. dia tersenyum penuh arti, membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadap Xin'er.
Hati Perdana Mentri semakin gelisah, tatkala melihat tingkah Pangeran Zhaohan yang sedikit aneh. Ada niat buruk darinya, yang tertangkap oleh Perdana Mentri Yun. Tapi, beliau tak bisa melakukan apapun, ataupun membantahnya.
"Xin'er, aku pasti bisa memperdayamu." batin Zhaohan. "Tinggalkan aku bersamanya!" perintahnya kepada para pelayan yang mengantarnya ke depan kamar Xin'er.
"Baik, Yang Mulia!" mereka pun pergi meninggalkan Zhaohan di depan kamar Xin'er, dengan seringai jahat diwajahnya.
Tangannya terulur mendorong pintu, dan langsung masuk setelah pintu terbuka. Namun, belum sempat pintu terbuka, Perdana Mentri menghentikannya. "Pangeran Zhaohan, tunggu!" Seru Perdana Mentri Yun, membuat Pangeran Zhaohan berhenti di ambang pintu. "Pangeran, lebih baik saya memberitahu Xin'er dahulu tentang kedatangan Anda!" ucapnya dengan tanpa mengurangi rasa hormat.
Zhaohan sangat dongkol dibuatnya. Kenapa banyak sekali yang mengganggu kesenangannya. "Ckk, tidak usah! Aku akan langsung menemuinya. Lagipula, aku ini seorang Pangeran dan dia harus menuruti perintahku!" kata Zhaohan dengan sombong.
Perdana Mentri menunduk karena tak berani berkata lagi. Jika Zhaohan sudah berkata, maka semua orang harus menuruti perkataannya.
Sebelum masuk, Zhaohan kembali berbalik menatap kearah Perdana Mentri Yun, serta beberapa pengawalnya. "Jangan ada yang mengganggu! Aku akan berbicara dengan Xin'er hanya berdua saja!" ucapnya memperingatkan.
Semua menunduk seraya meninggalkan tempat itu, dan menyisakan Zhaohan dengan senyum mengembang. "Xin'er, aku datang!" Teriaknya saat masuk.
Mata Zhaohan seketika berkelana menyapu seluruh ruangan, yang dihiasi lukisan bunga sakura di sudut kamar. Indra pendengarannya menangkap suara gemericik air, dari bilik yang tertutup tirai. Langkah kakinya dipercepat menuju bilik tersebut, dengan perlahan tapi pasti.
Kembali, matanya berbinar saat melihat sosok wanita membelakangi dengan tubuh polos yang hanya terlihat bagian punggung saja.
Kulit putih mulus tanpa cacat itu, terpampang depan mata dengan begitu indah. Sungguh saat ini Zhaohan di buat terpana dengan indahnya pemandangan, sampai air liurnya tiba-tiba menetes. Tangannya bergegas mengusap ujung bibirnya, kemudian mendekat ke arah wanita yang sedang berendam dalam bak air hangat itu.
Tangannya terulur untuk menyentuh punggung mulus sang wanita. Pergerakannya yang tiba-tiba itu, membuat si empunya terkejut karena usapan di punggungnya.
"Mengshu, kau baru datang?" tanya wanita itu tanpa menoleh. Namun, yang ditanya malah diam karena dia memang bukan Mengshu. "Kamu itu, selalu saja terlambat!" gerutunya kemudian. "Ya sudah, gosok punggungku dengan sabun ini!" titahnya lagi masih tak menoleh.
Tangannya terulur menyerahkan Sabun mandi ke belakang, mengira jika itu pelayan pribadinya. Namun ia tak tahu, jika di belakangnya itu bukan pelayan pribadinya, melainkan seekor singa yang lapar.
Dengan senang hati, Zhaohan menerima sabun itu dan mengusapnya pada punggung polos wanita tersebut. Senyumnya semakin melebar, saat menyentuh setiap inci tubuh wanita itu dengan sedikit membelainya.
"Mengshu, kenapa hari ini tanganmu berbeda?" tanya-nya sambil memejamkan mata. "Rasanya, aku sangat menikmati sentuhan mu ini." ucapnya disela belaian tangan Zhaohan.
Lagi dan lagi, Zhaohan makin dibuat tersenyum mendengar perkataan wanita yang diyakini adalah calon mangsanya. Tanpa disangka, tangan Zhaohan mendekap tubuh wanita itu, sampai menemukan sesuatu yang bisa dimainkan.
Wanita itu terkejut seketika, saat tangan nakal Zhaohan menjelajahi tubuhnya. "Hei, kamu kurang ajar ya, Mengshu!" pekiknya meronta.
Namun Zhaohan tak melepaskannya,dan malah semakin gencar berkelana. Dia pun membalik tubuh wanita itu, kemudian menggendongnya ke ranjang miliknya.
"Siapa kamu? Lepasin aku!" kata wanita itu sambil meronta.
Zhaohan tak menjawab, dan malah melemparkan tubuh wanita yang berada dalam gendongannya ke atas ranjang, serta langsung menindihnya.
"Siapa kamu?" teriak wanita itu lagi sambil memukul dada Zhaohan.
Dengan segera, Zhaohan menangkap tangan yang memukul dadanya. Kemudian, menariknya ke atas kepala si wanita sambil berkata, "Buka matamu lebar-lebar, dan pandanglah! Siapa aku?" ucapnya dengan nada yang sedikit berat, karena menahan sesuatu.
Wanita itupun berhenti meronta dan perlahan membuka mata untuk menatap kearah pria yang menggendongnya dengan paksa. "Pa-pangeran Zhaohan!" ucapnya terkejut.
"Ya. Aku Pangeran Zhaohan. Kau masih mau melawanku?" tanya-nya dengan tegas.
Sontak si wanita menggelengkan kepalanya. "Tidak, Pangeran. Hamba tidak berani!" ucapnya ketakutan. "Ta-tapi, bisakah anda melepaskan ku terlebih dahulu!" pintanya masih gemetar. Karena, tubuhnya yang polos masih terekspos di depan mata Zhaohan.
"Untuk apa aku melepaskan mu? Kedatanganku saja, hanya ingin melakukan ini padamu." ucapnya tanpa basa-basi. "Ah, aku sangat beruntung, karena Dewa mempermudah jalanku yang tak sengaja melihatmu mandi. Jadi, kau harus mau melakukannya denganku sekarang!" titahnya tak ingin dibantah.
Tanpa menunggu jawaban dari si wanita, Zhaohan langsung melepaskan pakaiannya dan mencumbu mesra wanita di dekapannya. Suara-suara merdu terdengar dari mulut keduanya, saat raga keduanya menyatu.
Cukup lama mereka melakukannya, sampai berulang kali. Membuat keduanya kelelahan dengan aksi mereka di ranjang. Mereka pun tertidur dengan saling berpelukan satu sama lain.
Tak ada yang berani masuk ke kamar Xin'er sampai menjelang pagi hari. Perdana Mentri pun tak bisa masuk ke kamar putranya, karena pintu depan di jaga para pengawal Pangeran Zhaohan.
"Bagaimana ini? Pasti Pangeran berbuat yang tidak-tidak pada putriku. Ya Dewa, selamatkan putriku Xin'er!" ucap Perdana Mentri dalam hati.
Beliau terus mondar-mandir di ruang bacanya, sambil sesekali menatap arah pintu. Berharap, jika Xin'er datang dan memeluknya. Namun, putrinya itu tak pernah datang, kecuali istrinya.
"Tuanku, kenapa anda terlihat khawatir? Biarkan Pangeran menghabiskan malam di kamar Xin'er. Toh, dia kan tak lama lagi akan menjadi selirnya!" ucap Muning menenangkan hati suaminya dengan lembut.
"Justru itu, istriku. Mereka belum melakukan ritual apapun, dan tak pantas jika harus tidur sekamar. Bagaimana pun, orang-orang akan mengejek dan menjelekan Xin'er. Aku tak mau putriku dihina oleh siapapun!" tutur Perdana Mentri Yun dengan cemas.
"Kau begitu mengkhawatirkan putrimu, namun aku begitu senang. Jika Xin'er di cap sebagai wanita murahan, maka dia takkan diterima di istana ataupun di masyarakat. Hahaha!" batin Muning dengan tawa jahatnya. Namun sayang, kelicikannya itu tak bisa dilihat Perdana Mentri Yun.
"Tenangkan hatimu, Tuanku. Aku yakin, Pangeran Zhaohan takkan membiarkan nama Xin'er tercoreng!" ucap Muning lagi.
"Tapi ..."
Sebelum Perdana Mentri berkata lagi, sebuah suara menghentikannya, sampai keduanya menoleh secara bersamaan.
"Ayah," teriak Xin'er yang kemudian berhambur ke pelukan ayahnya. "Apa Ayah merindukan aku?" tanya Xin'er kemudian.
Perdana Mentri Yun segera mengecup kening putrinya, kemudian menatapnya dari atas sampai bawah dengan perasaan cemas berlebihan. "Apa kau baik-baik saja, nak? Apa pangeran Zhaohan memperlakukanmu dengan baik?" tanya-nya lagi.
Kening Xin'er mengkerut mendengar pertanyaan ayahnya. "Pangeran Zhaohan? Jadi, pria itu namanya Pangeran Zhaohan?" tanya Xin'er balik. "Tapi, dia tak terlihat seperti seorang Pangeran." cetus Xin'er dengan mengerucutkan bibirnya. "Ayah tahu, dia itu sangat galak dan dingin. Dia bahkan menyiksaku dengan tak memberikan makan. Huuh, menyebalkan!" rengeknya lagi manja.
"Dia tersiksa seperti itu! Hahaha, rasakan kau Xin'er!" batin Muning tertawa senang.
Berbeda dengan Muning, Perdana Mentri sangat sedih mendengar penjelasan putri bungsunya. "Maafkan Ayah, nak. Jika saja Ayah bisa menghentikannya untuk ke kamarmu, mungkin kejadian ini tak kan menimpamu." ucapnya penuh penyesalan. "Anak Ayah yang malang," lanjut Perdana Mentri sambil memeluk putrinya.
Xin'er menjadi tak enak, membuat ayahnya begitu khawatir. Andai saja waktu itu ia tak berpura-pura pingsan, dan melawan pria bertopeng itu agar tak dibawanya ke tempat persembunyian. Mungkin, dia akan berada di rumah dari kemarin dan tidak membuat ayahnya cemas.
"Ayah jangan bersedih. Walaupun dia menculik ku dan mengurungku di gudang, dia tak berbuat jahat kok padaku!" tutur Xin'er menenangkan hati ayahnya.
Mendengar itu, Tuan dan Nyonya Yun terkejut. "Eh, dia menculik dan mengurung mu di gudang? Mana mungkin?" tanya keduanya secara bersamaan yang langsung di angguki Xin'er. "Tapi, bukankah kalian berada di kamar dari kemarin siang sampai pagi ini!" seru keduanya kemudian.
"Kamar? Tapi, aku baru saja kembali bersama Ashu. Itupun karena kami kabur," sahut Xin'er menjelaskan lagi.
"La-lalu, siapa yang di kamar bersama Pangeran Zhaohan?"
Wajah Tuan Yun sangat terkejut, apalagi Muning. Dia menjadi gemetaran, karena meyakini bahwa pasti itu putrinya. Mingna.
"Jangan-jangan, itu_" ucapan Xin'er harus terpotong karena ayahnya berbicara.
"Ayo, kita pergi ke kamarmu!" ajak Tuan Yun pada putri dan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Koey
walaupuñ lgi baca tpi biñguñg q yakiñ, ceritañya puter balik pusiñg.. 🙄🙄
2023-04-14
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
nah loh 😏😏😏 bakalan jadi senjata makan tuan nih
2023-02-28
1
Senajudifa
nah lo sukurin simuning
2022-08-07
1