Episode 6. Sesuatu yang Baru

"Manusia adalah makhluk yang lemah. Mereka sangatlah rapuh."

"Kapan saja, dan dimana saja, mereka bisa mati."

"Cukup dengan hanya goresan kecil saja di bagian vital, maka sebuah nyawa bisa melayang."

"Oleh karena itu, mereka menciptakan sebuah teknologi. Teknologi yang bisa mematahkan semua logika bodoh itu. Teknologi yang dapat melindungi nyawa dari segala goresan fatal, bahkan sampai seratus goresan sekalipun."

"Teknologi itu disebut Anitya."

"Bagaimana hal sehebat itu bisa tercapai? Itu semua dimulai sekitar 10 tahun yang lalu atau kurang."

Seorang wanita berumur kepala empat menatapi tabung-tabung kaca yang berisi manusia uji coba. Mereka dimasukkan tabung untuk diuji seberapa kuat mereka tahan dari segala rasa sakit dan goresan dengan bantuan Anitya. Lebih jelasnya, mereka adalah kelinci percobaan untuk Anitya.

Hasilnya, 80% dari mereka selamat, sisanya mati.

Meskipun begitu, itu masih belum berakhir. Para kelinci percobaan masih harus menghadapi beberapa percobaan lain untuk benar-benar dinyatakan lulus.

Percobaan itu dilakukan terus-menerus sampai hanya tersisa 30% kelinci percobaan yang selamat dari awal test.

Mereka yang selamat hanya bisa menatap kosong lantai yang penuh dengan warna merah karena dibasahi tubuh rekan-rekan mereka yang tidak selamat. Mereka hanya bisa berlutut lemah pada takdir dan berterima kasih pada Tuhan karena masih diberikan selamat.

Mulai dari fisik sampaj kejiwaan mereka telah dipertaruhkan di percobaan ini.

Sementara itu, di balik kaca yang hanya bisa dilihat dari luar. Wanita itu berdiri tanpa berkedip dan merasakan semua penderitaan dari kematian orang-orang yang menjadi kelinci percobaan itu.

Tanpa perlu menutup mata, wanita itu sudah siap untuk menerima balasan atas apa yang dia lakukan. Selagi umat manusia belum bisa berevolusi. Dia tidak akan berhenti.

......................

Di kelas, aku berjalan mondar-mandir di depan sambil membacakan sejarah awal terbentuknya mahakarya Anitya kepada para murid.

"Jadi begitulah bagaimana teknologi Anitya yang kita pakai saat ini bisa melindungi kita."

"Ada perlu banyak pengorbanan hanya untuk benda sekecil ini," ucapku sambil memperlihatkan tabung kecil yang berisi Anitya yang belum diinfus kedalam tubuh manusia kepada mereka.

Tabung ini berisi cairan yang merupakan cikal bakal keabadian manusia. Cairan ini juga sudah tertanam hampir di seluruh umat manusia.

Ting-Tong

Bel berbunyi menandakan pelajaran berakhir.

Aku mengakhiri kelas dan menyuruh ketua kelas untuk menyiapkan kelas.

"Moka..."

"Hmm(mengangguk), sebelum kita pulang ke rumah masing-masing, marilah kita berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa agar diberikan keselamatan di perjalanan pulang, berdoa menurut kepercayaan masing-masing, mulai!" (Moka)

.....

...

..

"Berdoa selesai!" (Moka)

Para murid satu-persatu mulai meninggalkan kelas sambil bersalaman denganku.

Sampai pada akhirnya, tanpa disadari di kelas hanya tersisa aku, Moka, dan Sophia.

Aku sedikit memiringkan kepalaku.

Namun, dari cara mereka memandangku dengan tatapan dingin itu. Aku tahu target mereka adalah aku.

Apa yang mereka coba tanyakan?

Ah, masalah lagi. Aku merasakan kalau aku akan pulang telat karena ini.

Nafasku mulai kuatur untuk bersiap menghadapi masalah ini.

"Pak Rasyid bisa bicara sebentar?" Pembicaraan ini pasti ada hubungannya dengan Sophia.

Sophia menutup pintu kelas dan semua lampu di meja dimatikan. Papan yang tadi berisi dengan wajah seorang wanita yang berubah menjadi nenek-nenek kini juga telah menjadi hitam.

Keheningan kelas terasa mengerikan, suara di dalam tidak akan terdengar ke luar. Sebaliknya, suara sekecil apapun di tempat ini akan terdengar jelas dari luar.

"Apakah benar anda membiarkan Pak Fajri kabur begitu saja?" Moka menatap tajam ke arahku sambil menyilangkan tangannya.

"Ya" Aku menganggukkan dengan santai.

"Itu bohongkan?" Matanya membelalak lebar. "Keluarga Pak Fajri adalah keluargaku juga, dan kini statusnya hilang!"

Aura membunuhnya terasa kental di dalam tubuhnya. Dia sangat kesal bahkan mungkin ingin menghabisiku.

Sophia terkejut setelah mendengar penjelasan Moka. Kelihatannya Sophia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Moka, dan dia melakukan ini karena dipaksa olehnya.

Moka berencana menggunakan Sophia untuk menarikku, namun dia bahkan tidak memberikan keyakinan yang pasti pada anak itu.

Melihat ekspresi Moka, mungkin ini saat yang tepat untuk melakukannya. Trik kecilku...

"Kau lebih peduli pada Fajri, ketimbang Sophia?"

"Kenapa seperti itu?!"

"Saat itu, kau meminta Bu Erika dan Pak Bahar untuk tidak membesar-besarkan masalah, bukan? Itu bukan karena kau peduli terhadap Sophia, tapi karena orang tua Pak Fajri sudah kau anggap seperti orang tuamu sendiri. Alias, mereka jugalah orang tuamu, kan?"

Semua yang kuucapkan hanyalah arangan saja, namun tidak menutup kemungkinan kalau itu adalah fakta.

Seketika raut muka gadis itu berubah mengerikan. Tangannya dengan gesit menarik kerahku sampai aku yang tadinya sedang duduk tiba-tiba terangkat.

"Berani-beraninya kau!"

Sophia yang melihat itu langsung berjalan mendekati kami berdua. Wajahnya terlihat kosong dan bingung bercampur dengan rasa kesal.

TPARRRR!

Tamparan keras mengenai pipi Moka.

Nafas Sophia kini tidak teratur. Sekarang keadaan berbalik, kini Moka-lah yang terdiam sambil menatapi Sophia.

Trik berhasil kulancarkan. Kesenangan terlihat di wajahku. Mungkin tanpa sadar ujung bibirku terangkat.

"Ka-kau?! Ka-kau?!" (Sophia)

"Sophia, tunggu dulu! Ini cuman akal-akalannya saja!" (Moka)

"Aku punya bukti, jika mau, ayo kita ke ruang kepala sekolah SEKARANG juga."

Tentu saja perkataanku itu bohong, namun dengan kondisi Moka yang sedang kalang-kabut seperti sekarang. Dia tidak mungkin mengambil resiko lebih jauh.

Bagaimanapun, sepertinya omong kosongku itu adalah kebenaran.

"Itu pasti bukti palsukan?! Jika lewat kepala sekolah saja, mungkin kau bisa dengan mudah memanipulasinya!" (Moka)

"Diamlah kau, penghianat!"

Teriak Sophia langsung membekukan mulut Moka yang daritadi mengoceh.

Moka tak berani menatap wajah Sophia lagi. Dia kehabisan kata-kata untuk mengelak sekarang.

Ini adalah skak mat buatnya.

Emosi kuat mereka masih terbawa, namun Sophia mencoba menenangkan amarahnya. Dia mencoba pergi dari ruangan yang gelap itu sendirian.

Namun,

*Plak~... (Tangan tak berdaya itu menahan tangan panas temannya)

"Kumohon..... Aku juga... Tidak tahu harus berbuat apa!"

Air mata mulai turun dari mata Moka.

"Di sisimu aku harus melindungimu. Di sisi lain, orang tua Pak Fajri sudah seperti orang tuaku sendiri. Mereka sudah merawatku sejak kecil bahkan sampai merawat sebesar ini, tidak mungkin kan bila aku tiba-tiba membuat mereka semakin sedih setelah tahu perbuatan anak kandung mereka?!

Pernyataan itu terdengar egois namun masuk akal. Balas budi adalah wujud harga diri manusia. Bila mereka menghianati balas budi itu, maka mereka akan dicap lebih rendah daripada binatang.

"Sisi mana yang harus ku pilih?... Aku bingung!"

Moka mencoba menahan kepergian Sophia, namun Sophia melawan dan tetap pergi.

Sophia membalikan badannya.

Dia memberikan tatapan dingin pada seseorang. Seseorang itu bukanlah Moka. Melainkan orang lain yang berada di sini. Orang itu adalah aku.

Tatapan itu seakan memberikan isyarat bila dia ingin bicara padaku.

Namun dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Dia pergi begitu saja.

Aku yang awalnya harus diadili kini malah berbalik mengadili. Moka yang awalnya ingin menghakimiku kini hanya bisa menangis karena dihakimi.

"Maaf karena aku..." Moka tertunduk tak berdaya sambil menangis melihat pundak temannya yang tak lagi terlihat.

Tangannya mengepal kuat dan bibirnya berdecik kesal. Dia membalikkan tubuhnya dan melihat ke arahku dengan dingin. Moka hanya bisa melototiku tanpa bisa melawan.

Dia hanya berbalik dan pergi dengan perasaan kesal itu.

Sepertinya trik kecil tadi cukup berlebihan.

Ngomong-ngomong Sophia sepertinya juga ingin membicarakan sesuatu padaku.

Meskipun tidak yakin bila isyarat itu benar, tapi sebagai guru aku tetap harus mengiyakan permintaan muridku.

***

Saat berjalan di teras kelas. Aku melihat pemandangan yang tak terduga.

Seorang pria sendirian menatap orang-orang yang berlatih tanding dengan temannya di lapangan. Kesepian terlihat di raut wajahnya.

'Stevent, apakah kau membutuhkan seorang teman?' Pikirku dalam hati sambil berjalan mendekatinya.

"Hah?!"

Namun dia seketika sadar dengan kedatanganku dan membuatnya langsung meninggalkan tempat tersebut.

Apakah aku melakukan hal aneh? Pasti ada kesalahan yang kulakukan saat mencoba mendekatinya tadi.

Aku mencoba berdiri di tempat Stevent berdiri.

Dari sini aku bisa melihat pemandangan murid-murid yang sedang ikut kegiatan tambahan sepulang sekolah mereka. Sayangnya untuk club khusus putri di tempatkan di tempat berteknologi tinggi sehingga mata-mata mesum tidak bisa melihat.

Merasa membuang-buang waktu lebih banyak, aku akhirnya melanjutkan perjalananku ke tempat Sophia menungguku.

***

"Tak kusangkan ternyata bapak benar-benar tahu dan datang!"

Saat aku sampai, Dia sedang berdiri sendirian di lorong itu. Lorong yang sama saat aku mengalahkan Fajri dan menyelamatkannya.

"Bapak memanglah orang yang cepat mengerti pada hal seperti itu... (rautnya tiba-tiba suram) tapi!"

Dia berjalan mendekat.

PAAARRR!

Tamparan keras mengenai pipiku. Aku terdiam menatapnya sambil menyentuh bekas tamparannya.

"Apakah bapak gak tahu sesuatu yang disebut privasi?!" Teriakannya membekukanku. "Aku tahu apa yang anda katakan tadi adalah kebenaran, tapi anda terlalu kelewatan tadi!"

"Kenapa anda bisa setenang itu saat mengucapkannya?!" Kini air mata Sophia yang keluar. "Seperti... Itu adalah hal yang sudah biasa anda lakukan!"

Dia mencoba membersihkan air matanya dengan tangannya. "Kau memang tak sekejam Pak Fajri, namun kau itu SANGATLAH licik! Lebih licik dari siapapun."

Aku membuka mulutku dengan pelan. Bibirku terasa berat saat ingin membukanya.

"Maaf(menundukkan kepala)..."

Aku tak tahu apa yang harus kukatakan saat ini.

Kenapa, kenapa sulit sekali? Biasanya ini adalah hal yang mudah bagiku, tapi kenapa terasa berat sekarang? Ada sesuatu yang tidak kupahami dalam diriku.

"Apakah itu adalah permintaan maaf dari hatimu, atau malah hanyalah ucapan saja?"

Saat ditanyai seperti itu, aku tidak tahu mana yang benar.

Aku memang ingin minta maaf, namun itu semua karena aku terkejut saja. Aku tidak benar-benar mengatakannya. Seakan kata 'maaf' palsu itu sudah bagaikan kamus utamaku.

"..." Aku terdiam dan menutup mataku secara pelan, seakan sekarang sedang memberi isyarat pada Sophia, bahwa aku juga tidak tahu.

Sophia kecewa dengan jawabanku, namun dia tidak terlihat marah lagi. Dia seperti tahu masalahku.

"Diamnya anda memberikan jawaban kalau tadi itu abu-abu, kan?"

Dia menatap rendah diriku.

"Kalau begitu, sebagai permintaan maaf. Bolehkah aku meminta satu hal pada anda?"

Aku terkejut dan menatapnya dengan mataku yang lebar.

Gadis ini benar-benar di luar nalar. Dia bisa dengan mudah mengganti topik.

"Kau tahu... Saat pertama kali aku bertemu denganmu, saat itu kau sedang menyelamatkanku darinya."

"Seketika, aku sadar akan sesuatu. Aku masih lemah dan tak berdaya, bahkan kemarin saja aku tidak berkutik sama sekali."

"Saat itu juga, aku juga merasa kalau anda yang datang menolongku adalah orang yang patut dihormati oleh mereka semua."

"Tapi, hari ini, tepat di depan mataku, anda melakukannya... Anda memecahkan semua kepercayaanku kepada anda!"

Ucapannya nyelekit sekali, seandainya ini masihlah aku yang dulu. Mungkin dia sudah tidak akan ada di depan mataku sekarang.

Meskipun begitu, kalimatnya mungkin ada benarnya. Aku sebaiknya mengatur bagaimana mulutku berkata. Mulutku ini sudah banyak mengiris kulit, sebaiknya aku harus menumpulkannya agar tidak ada kejadian seperti ini lagi.

*Wush!

Sophia menunjuk ke arahku.

"Aku minta bapak memperbaiki sifat bapak terlebih dahulu!"

Heh?

Aku bingung dengan perubahan moodnya.

"..." Lagi-lagi aku terdiam tanpa sadar.

"Diamnya anda berarti adalah iya! Kalau begitu biarkan aku yang melakukannya! Dan sebagai imbalannya! Aku minta anda mengajari saya menjadi lebih kuat!"

Wajahnya penuh dengan kepercayaan diri.

"Heh(memasang wajah overproud)!"

Atau malah terlalu percaya.

Aku tidak bisa menjawab sepatah katapun.

Yang bisa kulakkukan hanyalah mengangguk setuju.

Angin entah dari mana mulai meniup rambut hitamnya yang terurai. Sophia menaruh kedua tangannya di dadanya. Air mata kembali keluar, namun kini Senyum juga menyertainya.

"Terima kasih sudah menerimaku." Dia menangis bahagia.

Banyak hal yang membuatku bingung.

Tapi, itu akan kumintai penjelasan nanti saja.

Moodnya sedang tidak jelas sekarang masalahnya.

Episodes
1 Episode 1. Aku dan Sekolah
2 Episode 2. Gesekan dari Pedang dan Busur
3 Episode 3. Senja Abadi
4 Episode 3.5 Kegelapan Abadi
5 Episode 4. Mata dan Wajah Baru
6 Episode 5. Kondisi Hari Pertama
7 Episode 6. Sesuatu yang Baru
8 Episode 7. Tanpa Sadar Kumiliki
9 Episode 8. Legenda Peledak, katanya
10 Episode 9. Mata dari Anitya
11 Episode 10. Seorang Pecundang
12 Episode 11. Semua Tidak Sesuai dengan yang Kau Lihat
13 Episode 11.5. Cahya tuk'ku
14 Episode 12. Simponi Petang
15 Episode 13. Sang Eksekutor
16 Episode 14. Peteng E Dino
17 Episode 15. Masalah x Masalah
18 Episode 16. Kesalahan yang Terus Kubuat
19 Episode 16.5. Kesalahan yang Terus Kubuat pt.2
20 Episode 17 Arc 1. Penilaian Guru pt.1
21 Episode 18 Arc 1. Penilaian Guru pt.2
22 Episode 19 Arc 1. Penilaian Guru pt.3
23 Episode 20 Arc 1. Penilaian Guru pt.4
24 Episode 21 Arc 1. Penilaian Guru Bersambung
25 Episode 22. Insiden Ledakan Sekolah, Sophia
26 Episode 23. Insiden Ledakan Sekolah, Bahar
27 Episode 24. Insiden Ledakan Sekolah, Tasya
28 Episode Spesial Lebaran. Hari Kemenangan Terakhirku
29 Episode 25. Insiden Ledakan Sekolah, Samuel dan Xander
30 Episode 26. Insiden Ledakan Sekolah End, Doni Kusuma
31 Episode 27. Manusia Normal
32 Episode 28 Arc 1. Penilaian Guru pt. 6
33 Episode 29 Arc 1. Penilaian Guru pt. 7
34 Episode 30 Arc 1. Penilaian Guru pt. 8
35 Episode 31 Arc 1. Penilaian Guru pt. 9
36 Episode 32 Arc 1. Penilaian Guru pt. 10
37 Episode 33 Arc 1. Penilaian Guru End
38 Episode 34. Dunia yang berbeda
39 Episode 35. Raja Kecantikan
40 Episode 36. Cìkè Nǚwáng / Queen of Assasin
41 Episode 37. Dokumen Musim Panas Api
42 Episode 38. Terpaksa Kencan
43 Episode 39. Pernyataan
44 Episode 40. Arjuna
45 Episode 41. Kunci Jawaban yang Sebenarnya
46 Episode 42. Profesionalitas adalah kuncinya
47 Episode 43. Hati yang Membeku
48 Episode 44. Kerjaan Malam
49 Episode 45. Sangkuni
50 Episode 46. Dokumen Musim Panas Api 2
51 Episode 47. Pangeran dalam Kurungan pt. 1
52 Episode 48. Pangeran dalam Kurungan pt.2
53 Episode 49. Pangeran dalam Kurungan pt.3
54 Episode 50. Pangeran dalam Kurungan pt.4
55 Episode 51. Pangeran dalam Kurungan pt.5
56 Episode 52. Pangeran dalam Kurungan pt.6
57 Episode 53. Pangeran dalam Kurungan pt.7
58 Episode 54. Pangeran dalam Kurungan pt.8
59 Episode 55. Pangeran dalam Kurungan pt.9
60 Episode 56. Pangeran dalam Kurungan pt.10
61 Episode 57. Pangeran dalam kurungan End
62 Episode 58. Waktu Guru
63 Episode 59. Politik VS Bisnis
64 Episode 60. Ujian Sekolah prologue pt.1
65 Episode 61. Ujian Sekolah prologue pt.2
66 Episode 62. Ujian Sekolah prologue pt.3
67 Episode 63. Ujian Sekolah prologue pt.4
68 Episode 64. Hati yang Berdebu
69 Episode 65. Di Balik Hari Itu
70 Episode 66. Bergerak
71 Episode 67. Kawan Masa Lalu
72 Episode 68. Wanita Sableng
73 Episode 69. Gagal Fatal
74 Episode 70. Emosi yang berlebih
75 Episode 71. Keluarga yang Tidak Terikat
76 Episode 72. Hadapi Kenyataan
77 Episode 73. Penipu yang Berhati
78 Episode 74. Sebaliknya
79 Episode 75. Selamat Jalan Podoagung
80 Episode 76. Cemaskah?
81 Episode 77. Benang Darah
82 Episode 78. Di Atas Debu Reruntuhan
83 Episode 79. Ratu Petarung yang Murung pt. 1
84 Episode 80. Ratu Petarung yang Murung pt.2
85 Episode 81. Ratu Petarung yang Murung pt.3
86 Episode 82. Ratu Petarung yang Murung pt.4
87 Episode 83. Ratu Petarung yang Murung pt.5
88 Episode 84. Ratu Petarung yang Murung pt.6
89 Episode 85. Ratu Petarung yang Murung pt.7
90 Episode 86. Ratu Petarung yang Murung pt.8
91 Episode 87. Ratu Petarung yang Murung pt.9
92 Episode 88. Ratu Petarung yang Murung END
93 Episode 89. Selamat Tinggal dengan Benar
94 Episode 90. Prologue sebelum Ujian Siege Battle
95 Episode 91. Si Kuning yang Meresahkan
96 Episode 92. Mental Masa Lalu
97 Episode 93. Paksaan
98 Episode 94. Sebuah Telur yang Berisi Telur
99 Episode 95. Pelayan yang Memimpin pt.1
100 Episode 96. Pelayan yang Memimpin pt.2
101 Episode 97. Pelayan yang Memimpin pt.3
102 Episode 98. Pelayan yang Memimpin pt. 4
103 Episode 99. Pelayan yang Memimpin pt.5
104 Episode 100. Pelayan yang memimpin pt.6
105 Episode 101. Pelayan yang Memimpin pt.7
106 Episode 102. Pelayan yang Memimpin pt.8
107 Episode 103. Pelayan yang Memimpin pt.9
108 Episode 104. Pelayan yang Memimpin End
109 Episode 105. Dunia?
110 Episode 106. Keirian
111 Episode 107. Sadis dan Masokis Bertemu
112 Episode 108. Rapat Mencurigakan
113 Episode 109. Topeng
114 Episode 110. Sisi
115 Episode 111. Kesepakatan
116 Episode 112. Maaf? Tapi Teknologi Baru?!
117 Episode 113. Semakin Tahu Siapa itu Haran
118 Episode 114.
119 Episode 115.
120 Episode 116.
121 Episode 117.
122 Episode 118.
123 Episode 119.
124 Episode 120.
125 Episode 121.
126 Episode 122.
127 Episode 123.
128 Episode 124.
129 Episode 125.
130 Episode 126.
131 Episode 127.
132 Episode 128. Manipulasi bertepi dengan Kebohongan
133 Episode 129. Ikatan yang Rusak
134 Episode 130. Letupan Tugas di antara Salju
135 Episode 131. Resolve
136 Episode 132.
137 Episode 133. Akhir dari Rivalitas Satu Sisi
138 Episode 134.
139 Episode 135.
140 Episode 136.
141 Episode 137.
142 Episode 138.
143 Episode 139.
144 Episode 140.
145 Episode 141. Ikatan Keluarga
146 Cuman Referensi Wajah Karakter
147 Episode 142.
148 Episode 143.
149 Episode 144.
150 Episode 145.
151 Episode 146.
152 Episode 147.
153 Episode 148. Anitya
154 Ringkasan cerita 148
155 Episode 149.
156 Episode 150.
157 Episode 151. Jalan Akhir dari Para Petarung di Podoagung
158 Episode 152.
159 Episode 153.
160 Episode 154.
161 Episode 155.
162 Episode 156.
163 Episode 157. Target Mereka
164 Episode 158. Menuju Sang Pangeran(Tuhan) Palsu
165 Episode 159.
166 Episode 160. Sang Pangeran
167 Episode 161.
168 Episode 162.
169 Episode 163. Berdiri di Atas Tumpukan Nyawa
170 Episode 164.
171 Episode 165. Selisih bagaikan Romansa Tiga Kerajaan
172 Episode 166.
173 Episode 167.
174 Episode 168.
175 Episode 169. Jatuhnya sang Pangeran
176 Episode 170.
177 Episode 171. Mereka yang Berakal
178 Episode 172. Mereka yang ada di Langit(Epilogue)
179 Episode 173. Extra Chapter
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Episode 1. Aku dan Sekolah
2
Episode 2. Gesekan dari Pedang dan Busur
3
Episode 3. Senja Abadi
4
Episode 3.5 Kegelapan Abadi
5
Episode 4. Mata dan Wajah Baru
6
Episode 5. Kondisi Hari Pertama
7
Episode 6. Sesuatu yang Baru
8
Episode 7. Tanpa Sadar Kumiliki
9
Episode 8. Legenda Peledak, katanya
10
Episode 9. Mata dari Anitya
11
Episode 10. Seorang Pecundang
12
Episode 11. Semua Tidak Sesuai dengan yang Kau Lihat
13
Episode 11.5. Cahya tuk'ku
14
Episode 12. Simponi Petang
15
Episode 13. Sang Eksekutor
16
Episode 14. Peteng E Dino
17
Episode 15. Masalah x Masalah
18
Episode 16. Kesalahan yang Terus Kubuat
19
Episode 16.5. Kesalahan yang Terus Kubuat pt.2
20
Episode 17 Arc 1. Penilaian Guru pt.1
21
Episode 18 Arc 1. Penilaian Guru pt.2
22
Episode 19 Arc 1. Penilaian Guru pt.3
23
Episode 20 Arc 1. Penilaian Guru pt.4
24
Episode 21 Arc 1. Penilaian Guru Bersambung
25
Episode 22. Insiden Ledakan Sekolah, Sophia
26
Episode 23. Insiden Ledakan Sekolah, Bahar
27
Episode 24. Insiden Ledakan Sekolah, Tasya
28
Episode Spesial Lebaran. Hari Kemenangan Terakhirku
29
Episode 25. Insiden Ledakan Sekolah, Samuel dan Xander
30
Episode 26. Insiden Ledakan Sekolah End, Doni Kusuma
31
Episode 27. Manusia Normal
32
Episode 28 Arc 1. Penilaian Guru pt. 6
33
Episode 29 Arc 1. Penilaian Guru pt. 7
34
Episode 30 Arc 1. Penilaian Guru pt. 8
35
Episode 31 Arc 1. Penilaian Guru pt. 9
36
Episode 32 Arc 1. Penilaian Guru pt. 10
37
Episode 33 Arc 1. Penilaian Guru End
38
Episode 34. Dunia yang berbeda
39
Episode 35. Raja Kecantikan
40
Episode 36. Cìkè Nǚwáng / Queen of Assasin
41
Episode 37. Dokumen Musim Panas Api
42
Episode 38. Terpaksa Kencan
43
Episode 39. Pernyataan
44
Episode 40. Arjuna
45
Episode 41. Kunci Jawaban yang Sebenarnya
46
Episode 42. Profesionalitas adalah kuncinya
47
Episode 43. Hati yang Membeku
48
Episode 44. Kerjaan Malam
49
Episode 45. Sangkuni
50
Episode 46. Dokumen Musim Panas Api 2
51
Episode 47. Pangeran dalam Kurungan pt. 1
52
Episode 48. Pangeran dalam Kurungan pt.2
53
Episode 49. Pangeran dalam Kurungan pt.3
54
Episode 50. Pangeran dalam Kurungan pt.4
55
Episode 51. Pangeran dalam Kurungan pt.5
56
Episode 52. Pangeran dalam Kurungan pt.6
57
Episode 53. Pangeran dalam Kurungan pt.7
58
Episode 54. Pangeran dalam Kurungan pt.8
59
Episode 55. Pangeran dalam Kurungan pt.9
60
Episode 56. Pangeran dalam Kurungan pt.10
61
Episode 57. Pangeran dalam kurungan End
62
Episode 58. Waktu Guru
63
Episode 59. Politik VS Bisnis
64
Episode 60. Ujian Sekolah prologue pt.1
65
Episode 61. Ujian Sekolah prologue pt.2
66
Episode 62. Ujian Sekolah prologue pt.3
67
Episode 63. Ujian Sekolah prologue pt.4
68
Episode 64. Hati yang Berdebu
69
Episode 65. Di Balik Hari Itu
70
Episode 66. Bergerak
71
Episode 67. Kawan Masa Lalu
72
Episode 68. Wanita Sableng
73
Episode 69. Gagal Fatal
74
Episode 70. Emosi yang berlebih
75
Episode 71. Keluarga yang Tidak Terikat
76
Episode 72. Hadapi Kenyataan
77
Episode 73. Penipu yang Berhati
78
Episode 74. Sebaliknya
79
Episode 75. Selamat Jalan Podoagung
80
Episode 76. Cemaskah?
81
Episode 77. Benang Darah
82
Episode 78. Di Atas Debu Reruntuhan
83
Episode 79. Ratu Petarung yang Murung pt. 1
84
Episode 80. Ratu Petarung yang Murung pt.2
85
Episode 81. Ratu Petarung yang Murung pt.3
86
Episode 82. Ratu Petarung yang Murung pt.4
87
Episode 83. Ratu Petarung yang Murung pt.5
88
Episode 84. Ratu Petarung yang Murung pt.6
89
Episode 85. Ratu Petarung yang Murung pt.7
90
Episode 86. Ratu Petarung yang Murung pt.8
91
Episode 87. Ratu Petarung yang Murung pt.9
92
Episode 88. Ratu Petarung yang Murung END
93
Episode 89. Selamat Tinggal dengan Benar
94
Episode 90. Prologue sebelum Ujian Siege Battle
95
Episode 91. Si Kuning yang Meresahkan
96
Episode 92. Mental Masa Lalu
97
Episode 93. Paksaan
98
Episode 94. Sebuah Telur yang Berisi Telur
99
Episode 95. Pelayan yang Memimpin pt.1
100
Episode 96. Pelayan yang Memimpin pt.2
101
Episode 97. Pelayan yang Memimpin pt.3
102
Episode 98. Pelayan yang Memimpin pt. 4
103
Episode 99. Pelayan yang Memimpin pt.5
104
Episode 100. Pelayan yang memimpin pt.6
105
Episode 101. Pelayan yang Memimpin pt.7
106
Episode 102. Pelayan yang Memimpin pt.8
107
Episode 103. Pelayan yang Memimpin pt.9
108
Episode 104. Pelayan yang Memimpin End
109
Episode 105. Dunia?
110
Episode 106. Keirian
111
Episode 107. Sadis dan Masokis Bertemu
112
Episode 108. Rapat Mencurigakan
113
Episode 109. Topeng
114
Episode 110. Sisi
115
Episode 111. Kesepakatan
116
Episode 112. Maaf? Tapi Teknologi Baru?!
117
Episode 113. Semakin Tahu Siapa itu Haran
118
Episode 114.
119
Episode 115.
120
Episode 116.
121
Episode 117.
122
Episode 118.
123
Episode 119.
124
Episode 120.
125
Episode 121.
126
Episode 122.
127
Episode 123.
128
Episode 124.
129
Episode 125.
130
Episode 126.
131
Episode 127.
132
Episode 128. Manipulasi bertepi dengan Kebohongan
133
Episode 129. Ikatan yang Rusak
134
Episode 130. Letupan Tugas di antara Salju
135
Episode 131. Resolve
136
Episode 132.
137
Episode 133. Akhir dari Rivalitas Satu Sisi
138
Episode 134.
139
Episode 135.
140
Episode 136.
141
Episode 137.
142
Episode 138.
143
Episode 139.
144
Episode 140.
145
Episode 141. Ikatan Keluarga
146
Cuman Referensi Wajah Karakter
147
Episode 142.
148
Episode 143.
149
Episode 144.
150
Episode 145.
151
Episode 146.
152
Episode 147.
153
Episode 148. Anitya
154
Ringkasan cerita 148
155
Episode 149.
156
Episode 150.
157
Episode 151. Jalan Akhir dari Para Petarung di Podoagung
158
Episode 152.
159
Episode 153.
160
Episode 154.
161
Episode 155.
162
Episode 156.
163
Episode 157. Target Mereka
164
Episode 158. Menuju Sang Pangeran(Tuhan) Palsu
165
Episode 159.
166
Episode 160. Sang Pangeran
167
Episode 161.
168
Episode 162.
169
Episode 163. Berdiri di Atas Tumpukan Nyawa
170
Episode 164.
171
Episode 165. Selisih bagaikan Romansa Tiga Kerajaan
172
Episode 166.
173
Episode 167.
174
Episode 168.
175
Episode 169. Jatuhnya sang Pangeran
176
Episode 170.
177
Episode 171. Mereka yang Berakal
178
Episode 172. Mereka yang ada di Langit(Epilogue)
179
Episode 173. Extra Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!