Setelah pintu kamar hotel terbuka Ratna dengan segera memopong Erik masuk dan duduk di sofa.
Tampa Ratna sadari pintu kamar itu tidak tertutup dengan rapat karena adanya ganjalan yang sengaja Erik simpan
"Obatnya di mana?" tanya ratna dengan sedikit panik
Erik yang terlihat merasa sesak menunjuk ke arah laci meja yang ada di dekat ranjang, dan Dengan segera Ratna berjalan dan membuka laci yang di tunjuk, Ratna mengontak antik isi laci, Namun dalam laci tidak ada obat sama sekali.
"Tuan disini tidak ada obat, Apa Andah salah ingat?" Tanya Ratna pagi
"entahlah Saat penyakit ini kambuh, aku memang sering lupa, aku juga keliru, obat itu di mana," ucap Erik yang terlihat sangat menderita
"Ratna bisa bantu aku untuk berbaring di kasur? Aku merasa tidak nyaman disini,"
Ucap Erik lagi
Ratna mengangguk dan menghampiri Erik yang ada di sofa, dia membantu Erik untuk berdiri dan berjalan menuju tempat tidur, Namun di saat ingin berbaring Erik dengan sengaja menjatuhkan dirinya di atas kasur, Alhasil Ratna yang masih memegang kuat tubuhnya ikut terjatuh dan menimpa atas tubuh Erik.
Dan disaat itu pula Santoso dan dara masuk dalam kamar, Melihat adegan di depannya, Rasa marah Santoso menjadi meningkat dari sebelumnya, disaat dia hanya melihat rekaman Vidio dari dara. Santoso merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata.
"Ratna..." Suara keras dari Santoso memanggil nama Ratna terdengar nyaring memenuhi ruang kamar hotel.
Dengan cepat Ratna menoleh saat mendengar panggilan itu, dan dengan cepat melepas tangannya dari tubuh Erik dan berdiri, melihat Santoso dengan tatapan yang marah membuat Ratna merasa bingung.
"Mas.. kamu . Kenapa bisa kemari?" Tanya Ratna, pada Santoso dan melihat kearah dara yang berdiri di samping Santoso.
Santoso tersenyum sinis padanya
"Kenapa? Apa merasa terganggu dengan keberadaan ku di sini?" ucap Santoso dengan marah
"Ratna kamu benar-benar sudah membuatku kecewa" ucapnya lagi sambil menggelengkan kepalanya
Ratna makin bingung mendengar ucapan Santoso, Ratna merasa tidak melakukan kesalahan dan hanya sekedar membantu lelaki yang kini ada di dekatnya
"Mas apa yang kamu katakan? Aku tidak mengerti,"
"Ratna apa kamu ingin mengelak dari apa yang terjadi sekarang?" Tanya Santoso dengan tatapan tajam
"Mas,, Ini tidak seperti yang kau lihat,
tadinya aku membuatnya terjatuh, dan terluka, jadi itu aku membantu untuk membawanya pulang, karena dia tidak ingin ke rumah sakit, Dan tiba-tiba penyakitnya kambuh dan sesak nafas jadi aku harus membantunya, Apa itu salah?"
jelas ratna
"Membantunya,,? Santoso tersenyum marah
"Ratna aku tidak menyangka, kamu seperti ini di belakang ku"
"Tapi mas kamu itu hanya salah paham,
Ini semua tidak seperti yang kamu lihat" jelas Ratna lagi
Santoso berbalik dan berjalan keluar dari dalam kamar.
"Mas dengarkan penjelasan aku dulu! Kamu salah paham padaku, Mas..."
Ratna mencoba meyakinkan santoso namun Santoso tetap berjalan pergi Tampa menghiraukan apa yang di katakan oleh Ratna.
Ratna terdiam sesaat, tiada yang tahu sedang memikirkan apa dan bergegas mengejarnya Santoso yang sudah masuk dalam lift.
Saat Santoso ingin masuk kedalam mobil dengan cepat Ratna menarik tangannya.
"Mas,, Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kamu marah,bDan tentang kejadian yang barusan itu hanya sekedar membantunya saja"
Santoso melepas tangan Ratna dari tangannya
"Jangan berusaha mengelak semuanya sudah terbukti dan aku tidak akan percaya dengan kata-kata mu"
Santoso masuk dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat
Melihat Santoso pergi begitu saja, Ratna memanggil taksi dan mengejar Santoso sampai kekediaman nya.
***
Ratna berjalan cepat masuk dalam rumah dan menaiki tangga menuju kamar.
"Ma.. Mama sudah pulang?" Tanya Raka yang sedang bermain
Ratna hanya tersenyum, dan melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga dan berjalan masuk dalam kamar
Ratna membuka pintu kamar dan mendapati Santoso yang sedang duduk di sofa, memegang dahinya.
"Beraninya kamu," Santoso menyapu benda yang ada di atas meja dengan tangannya,
Hingga membuat semuanya terjatuh ke lantai.
Ratna jadi kaget dengan apa yang dilakukan oleh Santoso.
***
Suara pecahan kaca terdengar jelas sampai ke telinga semua orang yang ada di kediaman itu.
Raka berdiri dan melihat ke atas, kearah kamar orang tuanya
"Apa yang mereka lakukan di atas?" tanya Raka
"apa papa, mama Sedang bertengkar?" Tanya Raka lagi pada Surti yang juga penasaran apa yang sedang terjadi.
meski merasa penasaran, namun sebagai pengasuh, Surti tahu diri dia hanya menatap ke atas dan menoleh ke arah Raka dan tersenyum
"Tuan muda jangan mencampuri urusan orang tua itu tidak baik," ucap Surti
"Sebaiknya kita ke taman belakang untuk bermain bagaimana?" Ajak Surti Mencoba agar Raka tidak mendengar perdebatan dari kedua orangtuanya
"Tidak mau," ucap Raka dan melepas tangan surti yang menggenggam tangannya.
Raka yang penasaran berlari menaiki tangga dan menuju kamar orang tuanya.
Raka mendekatkan telinganya di dinding pintu, mencoba mendengar pembicaraan kedua orang tuanya dari luar.
"Mas,, Aku sudah bilang semua itu hanya salah paham, kenapa tidak percaya padaku?" Ratna terus menerus mengelak dari tuduhan Santoso.
"Salah paham? Terus ini apa?" Santoso melemparkan foto yang ada di tangannya kepada Ratna, Ratna mengambil beberapa lembar foto dan melihatnya.
"Jika itu kebetulan, Apa ada yang kebetulan untuk yang kedua kalinya?" Tanya santoso
Mata yang indah itu menjadi berkerut melihat dirinya dalam foto bersama dengan Erik. Ratna menggelengkan kepalanya
"Ini tidak benar, Semua ini semua rekayasa,
Mas,, percaya padaku, ini fitnah." Nada yang berat terdengar dari bibir ratna
Ratna baru menyadari jika dirinya telah di jebak oleh erik dan dara.
"Mas, percaya padaku ini semua ulah dara, wanita itu telah menjebak ku." Ratna berusaha meyakinkan santoso
Santoso semakin marah dia melempar semua benda yang ada didekatnya
"Kamu sudah terbukti bersalah, Sekarang ingin menyalahkan orang lain? Kamu benar-benar tidak tahu malu." Ucap Raka dengan keras
"Mas,, Kenapa Kamu lebih percaya wanita itu dari pada aku? Aku ini istrimu." Ratna mengingatkan Santoso akan posisinya,
Air mata yang menetes kini membasahi pipinya.
"Terus kenapa jika kamu istri ku? Kamu pikir dengan posisi itu kamu bisa melakukan apa saja?"
Ratna tiba-tiba tersenyum dalam tangisnya. mendengar ucapan Santoso
"Benar juga, Apa bagusnya dengan posisi itu. Mas,, Aku tahu selama ini kamu sudah selingkuh dengan wanita itu, Dan pastinya kamu akan percaya padanya di bandingkan diriku. Status ku hanya sebagai istri saja tapi bukan aku yang kamu cintai. Tapi mas selama bertahun-tahun kamu berbohong padaku, kamu menghianati ku! Seharusnya aku yang marah mas. Tapi sekarang apa?
hanya dengan foto seperti itu dan kejadian yang kamu tidak tahu kepastiannya, kamu marah seperti ini? Mas kamu sangat egois,
Setidaknya dengarkan dulu penjelasan ku,
Mas percaya padaku ini semua ulah dari wanita penggoda itu"
Mendengar kata-kata dari ratna! Santoso yang marah melayangkan tamparan pada.
"Aaaauhk..." Ratna menjerit kesakitan
"Jangan mengelak lagi, Aku tuan besar di rumah ini, Apa yang kau punya semua itu milikku. Jangan mengusik tentang ku,
Aku bebas melakukan apapun. Selama ini aku merasa kamu yang terbaik, Tapi hari ini, dia yang kau anggap wanita penggoda yang sudah membuka mataku. Sebaiknya kamu pergi dari sini."
***
Air mata tak berhenti mengalir, Rasa peri di pipinya masih terasa, Ratna menyentuh pipi yang terdapat bekas tamparan dari Santoso, Membuatnya menghembuskan nafas dengan kasar, Anton sesekali melihat ke arahnya.
"Nyonya.. Anda mau kemana? Tanya Anton yang sedang menyetir mobil
Ratna hanya terdiam, dan tetap bersandar di kursi mobil. Anton menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal dan tetap mengemudikan mobil, tidak tahu arah mana yang harus di tujunya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments