Raka duduk dan menyentuh keningnya, Dia memikirkan Shasa yang di terlantarkan begitu saja dari keluarga terdekatnya.
Raka mengepalkan tangannya.
"Bagaimana mungkin mereka Setega itu, meninggalkan anak sekecil ini sendiri di pinggir jalan" Ucapnya dalam hati
"Anak ini tidak tahu arah jalan pulang dan tidak tahu alamat rumah paman dan bibinya. Satu-satunya cara aku membawanya ke panti asuhan," Ucap Raka lagi dalam hati Dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kakak sekarang aku sudah selesai makan.
Terimakasih karena kakak telah memberikan shasa makan" Ucapnya dan menunduk di hadapan raka
Di saat itu pula Anton terlihat berjalan masuk di dalam warung dan menghampiri raka
"Tuan muda,, Maaf telah mengganggu anda, Bagaimana jika Sebaiknya kita pulang? hari sudah mau petang, Anda sudah keluar begitu lama Tampa sepengetahuan dari tuan besar, Takutnya tuan besar akan marah lagi pada anda" ucap Anton mengingatkan dengan penuh hormat.
"Tapi anak ini.." Raka melihat ke arah Shasa yang masih duduk.
"Maaf tuan, Bagaimana jika kita mengantarnya ke panti asuhan saja?" Tanya Anton
"Aku juga memikirkan hal itu." Raka berdiri dan berjalan ke meja kasir untuk membayar makanan yang sudah di makan Shasa.
Setelah itu Raka mengajak Shasa untuk ikut dengannya, Dia meraih tangan Shasa yang masih duduk, di bangku dan memegang nya, menariknya dengan Pelang agar bisa berdiri dengan nyaman.
"Hati-hati" Ucap raka
Mereka berjalan keluar dari warung makan.
Shasa mendongakkan kepalanya dan melihat raka
"Kakak,, akan membawa Shasa ke mana?" Tanya Shasa penasaran
Raka tersenyum padanya dan membungkuk, mengelus pipi Shasa.
"Kakak berencana, membawamu ke panti asuhan, agar shasa tidak tinggal di jalanan lagi, di sana kamu akan memiliki banyak teman, dan tidak akan kelaparan lagi." Ucap Raka menjelaskan
Shasa terkejut saat mendengar kata panti asuhan, Dia dengan cepat melepas tangannya dari tangan raka
"Tidak,, tidak,, Shasa tidak ingin di bawah ke panti asuhan, Mereka, mereka semua di sana jahat. Shasa tidak mau ke sana lagi"
Ucap Shasa sambil menangis dan memukul-mukul tangan Raka yang sedang memegannya.
Raka jadi bingung dengan apa yang terjadi,
Dia berlutut dan memegang kedua tangan Shasa yang sedang berdiri di hadapannya dan menangis
"Kenapa tidak mau ke ke sana? Di sana Shasa bisa memiliki banyak teman Dan juga..."
Anak gadis kecil itu memberontak untuk melepaskan tangannya dari genggaman Raka
"Pokoknya Shasa tidak ingin ke sana lagi"
Ucapnya sambil menangis dengan keras
"Dengarkan kakak,, Kakak bukan orang jahat Dan di panti asuhan juga bukan orang jahat, Shasa bisa tenang di sana dan tidak perlu takut jika tinggal di jalan lagi Kakak bisa menjamin itu" Raka berusaha untuk membujuknya.
Shasa tiba-tiba menggigit tangan Raka yang memegang nya
"Aaauhk.. Karena rasa sakit yang tiba-tiba
Raka melepaskan tangan Shasa.
"Tuan muda" Anton yang dari tadi berdiri tidak jauh di belakang raka berjalan cepat untuk menghampirinya
"Tuan muda anda tidak apa-apa?" Tanya Anton
Raka mengangguk dan melihat kearah Shasa
Shasa yang ada di depannya berjalan mundur. Tatapan matanya di penuhi dengan rasa takut
"Shasa tidak ingin ke sana, Kakak orang jahat sama seperti mereka." Teriak Shasa dan berlari pergi.
"Tunggu.." Raka berniat untuk mengejarnya,
Namun Anton menahannya
"Tuan muda, Jangan memaksanya. Mungkin anak itu memiliki kesan buruk dengan panti asuhan, jadi tidak ingin di bawah ke sana" Ucap anton
"Tapi.. Jika bukan di panti asuhan dia akan tinggal di mana? Anak sekecil itu bisa apa?
Aku tidak bisa membiarkannya tidur di jalanan lagi." Kata Raka dan berjalan melewati Anton yang berdiri di depannya
"Tuan muda kita sebaiknya pulang saja, Tuan besar akan marah pada anda, jika tahu apa yang anda lakukan sekarang" ucap Anton mencoba untuk menahan raka
Raka tetap berjalan, mengikuti di mana arah langka Shasa yang di lewati.
Shasa yang terus berlari, menemukan sebuah tong kosong, dan masuk ke dalam untuk bersembunyi, Rasa takut di hatinya membuat sekujur tubuhnya gemetar. Anak kecil sepertinya hanya bisa mengandalkan tangis, di dalam sana Shasa memeluk lututnya dan menangis.
"Ayah,, ibu,, Shasa takut, tolong Shasa, EeeHeeee heee.. Ayah, ibu semua orang disini jahat, Shasa tidak mau tinggal disini,
Shasa ingin tinggal bersama ayah dan ibu" Ucapnya dalam tangis sambil melihat ke atas langit yang mulai gelap.
Di dalam tong kosong itu dia bersandar, karena merasa capek dan kekenyangan akhirnya Shasa tertidur dengan air mata yang masih menetes di pipinya.
Dan di sisi lain Raka yang terus mencarinya menghentikan langkahnya, karena Anton yang terus-menerus menahannya itu.
"Tuan muda, anda akan mencarinya ke mana lagi. Anak itu tidak ingin mengikuti anda, sebaiknya kita pulang," Ucap Anton yang tetap menjaga jarak dengannya.
Raka menatap sinis Anton, yang berdiri dengan kepala menunduk di hadapannya.
Dan disaat itu handphone Anton terdengar berbunyi, Dia segera, mengambilnya dalam saku celana dan mengangkatnya dengan cepat.
"Halo,, tuan besar!" Ucap Anton yang telah menjawab panggilan itu.
"Anton apa kamu masih ingin bekerja?" Tanya suara yang ada di balik telfon
"MAsih tuan," Jawab Anton dengan penuh hormat dan melihat ke arah Raka
"Terus apa yang kau lakukan? Mengajak tuanmu keluyuran Tampa tahu waktu.
Raka merebut ponsel Anton yang di dekatkan di telinganya itu,
"Bawa dia Pulang sekarang, Anak itu setiap hari hanya keluyuran tidak jelas seperti itu" Ucap Santoso dari balik telfon
Raka yang sudah mendengar beberapa kata memutuskan panggilan itu dan mengembalikannya ponsel pada Anton.
"Jangan menjawab panggilan darinya lagi" Ucap Raka dan berjalan ke arah, di mana Anton memarkir mobilnya.
Melihat itu untuk mendahului tuan mudanya, Anton berlari menuju mobil yang iya parkir kan. Dan menjalankan mendekat pada Raka.
"Anton Turun dari mobil, dan membuka pintu mobil untuk Raka
"Tuan muda, silahkan.." Ucap Anton
Langit sudah gelap, Raka yang Turun dari mobil berjalan masuk ke dalam rumah.
Dia berjalan menuju kamar tak menghiraukan sapaan para pelayan.
Saat ingin menaiki anak tangga, Santoso menegurnya dari belakang
"Raka kamu benar-benar sudah tidak bisa di ajari lagi, Kamu mau jadi apa kedepannya? Tiap hari keluyuran, Kapan kamu akan mendengarkan papa?" Tanya Santoso
Raka tidak peduli apa yang di katakan oleh papanya, dan tetap berjalan menaiki anak tangga satu persatu.
"Raka apa kamu mendengarkan papa? Sekarang kamu sudah besar, bukan anak kecil lagi, Kenapa belum mengubah sikap burukmu itu? Kamu itu anak tertua di keluarga Santoso, kamu adalah penerus papa kedepannya. Seharusnya kamu rajin belajar dan secepatnya membantu papa." Ucap Santoso dengan nada yang keras
Raka menoleh melihat papa yang ada di bawah.
"Raka tidak tertarik untuk menjadi penerus mu," Ucap dengan singkat dan dingin
Raka berjalan menuju kamar dan masuk, membanting pintu dengan keras saat menutupnya.
Dengan sikap Raka kepadanya, Santoso hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar, Dia sesekali menggelengkan kepalanya,
Dan melihat ke atas. Meski Raka selalu bersikap dingin padanya namun kasih sayang Santoso padanya tidak pernah pudar, dia tetap menginginkan Raka yang mewarisi semua yang iya miliki, meski memiliki putra dari dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments