CH~ 17 Pergi

Ara meletakkan surat perceraian yang di atas ranjang, yang sudah di bubuhi tanda tangan dirinya. Cincin yang melekat di jari manisnya selama dua bulan, ia lepas dan ia letakan di atas surat perceraian.

Keputusan bulat telah di ambil, apapun yang terjadi pada dirinya Zivan tidak boleh terlibat.

Ara kini mengetahui jika Zivan adalah ketua Mafia yang terorganisir dan terkuat di kota A, pengganti sang ayah yang mengalami koma. Sedangkan Zivan mengira jika Ara adalah wanita bayaran yang sengaja di kirim, oleh seseorang untuk menjadikannya teman kencan yang memiliki wajah yang mirip, sebagai pengganti istrinya yang meninggal.

Sama-sama menyembunyikan identitas aslinya, membuat keduanya sama-sama terjebak dalam hubungan rumit.

Ara menghampiri kamar Vios yang sedang terbaring dalam keadaan koma. Selama dua bulan terakhir, Ara setiap hari selalu menjenguk dan kadang bercerita mengenai Zivan dan sikapnya di depan Vios.

"Papa Mertua, maafkan aku jika hari ini adalah hari terakhir aku menemuimu. Aku harus pergi dari rumah ini. Aku tidak mau terus menerus menjalani hubungan seperti ini. Aku punya Misi yang harus aku selesaikan dan aku harus kembali ke tempat asalku di kota C dan mencari tahu tentang ibu kandungku. Zivan dan Papa tak mau memberitahu tentang wanita yang ada di foto itu dan aku juga tidak punya informasi sama sekali mengenai dirinya. Entah kenapa identitasnya cukup sulit di ketahui, sama seperti diriku yang selalu menyamar dengan banyak identitas. Ah ... sudahlah. Aku hanya bisa berdoa, semoga papa bisa segera bangun dari koma, walaupun tak mungkin bakal mengenaliku." Ara pun mencium kening Vios sebelum pergi.

Ara pergi secara diam-diam, meninggalkan mansion saat Zivan pergi. Ara ingin segera menyelesaikan misi, dan segera kembali bersama dengan papanya.

Tanpa disadari, Saat Ara pergi, tiba-tiba saja jemari Vios bergerak berlahan.

*

*

*

"Bujuk, Ara untuk menghentikan misinya, ini sudah terlalu bahaya, kelompok Denis sedang mengejar Ara, begitu juga kelompok Louis yang menjadi target Ara. Louis telah merencanakan jebakan untuk menangkap Ara. Bagi mereka Ara adalah ancaman. Jika masalah ini sampai Tuan Zivan tau ini akan jadi perang besar, Apalagi kalausampai Tuan Malboro tahu, jika putrinya dalam masalah besar, bisa di penggal kepalaku. " Perintah Bold kepada Mimia.

"Baik Tuan, saya akan meminta Ara untuk mundur dan segera meninggalkan kota ini, " jawab Mimia dengan patuh, dan segera pergi menemui Ara sebelum terlambat.

* * * *

Beberapa mobil hitam terus membuntuti dan memepet taksi yang di tumpangi Ara.

"Cepat minggir ..." perintah salah satu pria yang ada di dalam mobil, sambil menodongkan senjata agar supir taksi tersebut minggir.

"Berhenti saja pak, aku tidak ingin bapak jadi sasaran mereka. Saya minta tolong setelah bapak pergi meninggalkan saya, tolong antarkan koper dan juga tas saya ke alamat ini." Ara pun menyerah sebuah alamat yang tertera di kartu nama.

"Tapi Nona, ini berbahaya. Apa kita lapor polisi saja." Sopir taksi itu pun perhatian dan tak ingin penumpangnya kenapa-kenapa.

"Gak usah pak! lapor polisi juga gak ada gunanya, mereka gak mempan." cegah Ara.

Akhirnya sopir itu menurut dan berhenti. Orang-orang yang dalam beberapa mobil, langsung keluar dan meminta Ara keluar.

Dengan sekali tarikan nafas, Ara pun keluar dan langsung di sambut dengan pes*tol yang mengarah di kepalanya.

"Akhirnya, sekarang akulah yang menjadi target mereka. Roda memang berputar, kemarin aku yang mengejar dan sekarang aku yang di kejar." gumam ada dalam hati.

"Aku akan mengikuti kalian, tapi lepaskan dulu sopir taksi ini, dia tidak terlibat apa-apa." Pinta Ara, dan mereka menyetujuinya. Taksi itu pun segera pergi dan meninggalkan Ara dan segera menuju ke alamat yang diberikan sebelumnya.

*

*

*

Saat kembali, Zivan mendapati sebuah amplop yang berisi surat cerai, ia pun mendapati Cincin yang ia sematkan di jari manis Ara sudah tergeletak.

"Wanita Si*alan, berani sekali kamu mempermainkan aku, awas saja sampai ketemu, tak akan ku biarkan kamu bisa bermain-main denganku lagi." Dengan kemarahan, Zivan merobek surat tersebut menjadi beberapa bagian dan segera memasukkan Cincin tersebut kedalam sakunya.

"Dion, kerahkan anak buat untuk mencari Ara, jangan biarkan orang lain mendapatkannya duluan! " perintah Zivan sambil tergesa-gesa.

Dion pun segera melaksanakan perintah Zivan dan mengerahkan anak buahnya untuk mencari Ara sampai ketemu.

*

*

*

Supir taksi itupun akhirnya sampai di alamat tujuan dan segera mengetuk pintu apartemen Mimia. Segera saja Mimia membuka pintu dan mendapati supir taksi dan juga koper beserta tas ada di sebelahnya.

"Bapak cari Siapa? dan itu milik siapa?" tanya Mimia sambil nunjuk koper.

"Maaf mbak, saya kemari hanya ingin mengantarkan koper ini atas permintaan Nona yang menjadi penumpang saya tadi," jelas sang sopir.

Mimia memperhatikan koper tersebut dah mulai mengenali pemiliknya.

"Lalu pemilik koper ini dimana? kenapa hanya lopernya saja?' tanya Mimia lagi.

"Ta- tadi ada beberapa mobil menghagang taksi saya, dan No- nona pemilik koper ini sekarang sedang di bawa kelompok orang jahat entah kemana." Jelas sopir taksi dengan terbata.

"Sialan! aku terlambat. Tunggu disini sebentar pak, jangan pergi kemana-mana." Mimia pun segera mengganti pakaiannya, dan mengambil senjata yang ia miliki tak lupa mengenakan jaket terlebih dahulu.

Mimia keluar dengan penampilan pria, membuat Sopir taksi tersebut mengaga tak percaya, wanita yang baru saja ia temui berubah menjadi pria tampan.

"Ambil ini dan saya minta bapak bungkam, jika ada yang bertanya tentang penumpang wanita tadi, jangan katakan apapun kepada mereka." Mimia mengeluarkan uang ratusan dan memberikan kepada Sopir taksi itu untuk tutup mulut.

Mimia segera meninggalkan apartemen dan mencari keberadaan Ara. Mimia pun meminta Bold membantunya melacak keberadaan Ara.

*

*

*

"Tuan, sekarang wanita itu ada di tangan mafia Louis. Apa yang harus kita lakukan?" tanya salah seorang anak buah Denis.

"Tuan bukankah, itu lebih baik! kita tidak perlu repot-repot mengejarnya. Biarkan saja mereka membunuhnya." Saut seorang lagi.

"Bodoh kamu. Jika wanita itu mati, sia-sia pengejaran ku. Asal kamu tahu, tidak hanya masalah barang bukti, tapi dia merupakan alat berharga. Apa kamu paham!" bentak Denis dengan kesal. Ia pun segera memerintahkan anak buahnya untuk merebut Ara dari tangan Louis, sebelum kembali ke tangan Zivan.

*

*

*

Hanya karena satu wanita yang bernama Aurora, seluruh kota A menjadi gempar. Semua pimpinan yang pernah terlibat dengan Ara, segera memerintahkan anak buahnya untuk mendapatkan Ara, ada yang ingin menyelamatkan dan ada pulang yang ingin membunuhnya dengan tangannya sendiri, hingga tidak rela jika orang lain yang melakukan itu.

Lalu bagaimana dengan keadaan Ara saat ini? apa yang terjadi padanya?

To Be Continued

Terpopuler

Comments

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

tegang😱 ara jadi rebutan😫

lanjut tor...

2022-05-23

1

Harwanti Unyil

Harwanti Unyil

jangan lama" thor up nya

2022-05-23

4

Lastiar Hasibuan

Lastiar Hasibuan

Ara mengetahui semua tentang zivan..... sementara zivan blomm ada VOC tentang Ara ....
apakah setelah zivan mencari akan mengetahui semuanya......
lanjut kakak author klinmaks nya Uda mulai .......

2022-05-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!