Ch~13 Selalu mengawasi

"Kamu memang wanita hebat Ara, fisikmu cukup kuat bahkan sudah berdarah- darah begitu masih bisa kembali sadar. Apa lagi di atas ranjang bisa bertahan berapa ronde." ucap Dion dengan bibir lebihnya itu. Dion sedang duduk di kursi menemani Ara yang tengah istirahat di ranjang pasien, sedangkan Zivan entah pergi kemana.

"Berapa ronde apanya? Aku saja bertemu dengannya sangat jarang, bagaimana mau bermain di atas ranjang. Dengarkan aku baik-baik Tuan Dion asistennya Tuan Zivan, sampai sekarang ini aku masih Vir*gin, dan aku sangat bangga bisa mempertahankannya, karena mahkota paling berharga dalam hidupku hanya akan aku serahkan kepada orang yang benar-benar aku cintai, paham!" ucap Ara dengan tegas.

"Eeemmm, aku gak yakin itu, sangat mustahil Tuan Zivan belum menyentuhmu. Setau aku semenjak istrinya meninggal, Tuan Zivan malah semakin menjadi-jadi, itu alasannya kenapa aku tak yakin ucapanmu." saut Dion dengan cengengesan. Sikap Zion sangatlah berbanding terbalik dengan sifat Zivan, dan itu membuat keduanya saling bergantung.

"Kalau gak percaya ya sudah, tak mungkin juga aku membuktikannya padamu. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa Tuan Zivan tahu aku sedang dalam bahaya? dan aku harus berterimakasih padanya, kalau saja dia tidak datang, mungkin nyawaku sudah melayang." Ara menghela nafas, membayangkan apa yang akan terjadi jika Zivan tidak datang tepat waktu saat itu.

"Apa kamu tak pernah di beritahu langsung sama tuan Zivan?" tanya Dion dengan rasa tak percaya.

"Beritahu apa?" tanya Ara yang langsung penasaran.

"Kalau cincin yang melingkar di jari manis mu itu di rancang khusus untuk mendeteksi keberadaan kamu dan bahkan ada alat yang di tanam di balik permata yang ada di cincin itu dan alat tersebut sangat sensitif, jika ada orang lain yang menyukai kulitmu maka alat tersebut akan mengirim sinyal bahaya yang langsung terhubung di ponselnya, dan itu semua adalah maha karyaku, paham." jelas Dion dan Ara pun memandang cincin yang melingkar di jarinya itu yang terlihat cantik namun ternyata ada sesuatu di dalamnya.

Pantas saja, Tuan Zivan selalu muncul di saat yang tepat dan di saat aku membutuhkan pertolongannya, jadi selama ini tuan Zivan tahu aktivitas yang sedang aku kerjakan. Ah... pantas saja dia berani mengancam ku.

EEEEeeemmmm.....

Zivan berdehem yang mengejutkan Ara dan juga Dion seketika dan membuat keduanya salah tingkah, takut jika Zivan mendengar pembicaraan mereka berdua, yang sedang menceritakan tentang dirinya.

Seperti siluman, Zivan datang dan pergi secara tiba-tiba dan kali ini dia tiba-tiba masuk tanpa permisi, membuat Ara benar-benar terkejut.

Hanya mengunakan tatapannya, Dion langsung paham jika di minta untuk keluar meninggalkan mereka.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Zivan untuk kali pertamanya menanyakan keadaan Ara setelah dua Minggu lebih mereka bersama.

Mendengar kata-kata Dion jika sebenarnya Zivan sangat perhatian dan peduli padanya membuat Ara benar-benar merasa senang, dan semua pikiran negatif tentang Zivan tiba-tiba saja lenyap.

Ara langsung memeluk Zivan dengan erat, tak perduli jika pipinya masih sakit jika terkena sentuhan.

Zivan terkejut dan terdiam sebelum akhirnya membalas pelukan dari Ara.

"Terimakasih ... Tuan, atas semua perhatian dan juga penjagaanmu. Maafkan aku jika menilai dirimu terlalu negatif." ucap Ara dan Zivan hanya mengusap punggung Ara tanpa menjawab sepatah katapun.

"Apa kamu bisa makan?" tanya Zivan membuat Ara mengerutkan keningnya, tak paham maksud dari pertanyaan Zivan.

"Tentu saja aku bisa makan, menggigit tulang tangan tuan pun aku bisa." Jawab Ara dengan ketus atas pertanyaan yang tidak seharusnya di tanyakan Zivan.

"Bukan begitu maksudku? Aku pernah merasakan apa yang pernah kamu rasakan, bagaimana rasanya gigi yang terasa ngilu saat dipakai mengunyah, akibat pukulan terlalu keras seperti yang kamu ceritakan." Jelas Zivan.

"Ohhh, aku pikir apa. Sedikit sih, tapi untung saja tidak ada yang patah, tapi masih bisa kok untuk makan. Eeemmm apa tuan mau menyuapiku makan." Ara pun mencoba tersenyum walaupun hanya sedikit.

Zivan pun mengambil bubur yang baru ia beli. Karena masih panas Zivan pun berusaha meniupnya terlebih dahulu sebelum menyuapkan kepada Ara.

" Hati-hati makannya, masih agak panas." ucap Zivan saat menyuapkan kepada Ara. Zivan pun melakukan hal yang sama berulang kali sampai Ara mengatakan sudah kenyang, Zivan pun tak memaksa dan menyudahi aktivitas memberikan suapan kepada Ara.

Mereka berdua terdiam dan membiarkan dua pasang mata saling bertemu. Jantung Ara kembali berdetak kencang, seperti saat kali kedua bertemu dengan Zivan

Kenapa ini terjadi lagi, apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku? tidak mungkin aku jatuh cinta dengannya. Ini tidak bisa dan tidak boleh terjadi. Aku sudah berjanji dengan papa akan menuruti keinginan papa setelah aku kembali.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Zivan yang mengagetkan lamunan Ara dan pandangan keduanya langsung ambyar. "Apa masalahmu dengan pria itu, dia merupakan ketua salah satu kelompok di kota C, kenapa dia sampai datang ke kota A kemari hanya untuk mencari kamu? Aku bisa membantumu asalkan aku tahu masalahnya, dan kau sudah mengatakan padamu dalam perjanjian, jika aku akan selalu melindungi kamu selama kamu masih terikat denganku." tanya Zivan langsung ke intinya membuat Ara kebingungan untuk menjawabnya.

Masalah yang terjadi di masa lalu membuatnya harus menghadapi kembali masalah besar. Andai saja kasus itu tidak di hentikan mungkin Denis juga sudah masuk dalam bui dan rekan timnya tidak mungkin mati mengenaskan karena menyembunyikan barang bukti yang ada di tangannya dan bisa saja sewaktu-waktu Ara buka kembali dan bisa menghancurkan kelompok Denis.

"Ara ... apa kamu tidak papa?" tergur Zivan yang mendapati Ara melamun.

"I-iya, aku tidak papa. Maaf aku tidak bisa menceritakannya sekarang." Ara pun memalingkan wajahnya, menyembunyikan kesedihannya yang mendalam.

"Baiklah, kalau begitu istirahatlah, aku akan memerintahkan anak buahmu untuk berjaga di luar. Sekarang aku harus pergi dan aku akan menjemputmu besok pagi untuk pulang." Zivan pun meninggalkan Ara sendirian untuk memulihkan kembali kondisinya, selain itu Zivan tahu jika Ara sedang menyembunyikan sesuatu dan tak ingin berbagi dengannya.

"Jangan izinkan siapapun datang menemuinya. Jaga ketat kamar ini dan jangan sampai lengah." pesan Zivan kepada anak buahnya sebelum pergi.

Ara memeluk kedua lututnya dah menjadikan tumpuan dagunya. "Aku tidak bisa melibatkan Tuan Zivan dalam misiku dan juga dalam masalahku. Aku tidak ingin misi terakhirku melibatkan banyak orang lagi."

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Dwi Pujansih

Dwi Pujansih

lanjut

2022-05-31

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

iya, terus terang lebih baik😇

2022-05-20

0

Lastiar Hasibuan

Lastiar Hasibuan

kenapa kamu malah menutupinya Ara . sebenarnya Zivan orng baik hanya saja bawaanya yg ketus.mending kamu ceritakan aja Ama dia dgn begitu zivan bisa jadi pelindung kamu,....selama masih terikat Ama dia. dan klu boleh jgn cuma dia yg mengikat kamu...
kamu juga harus bisa ngikat zivan .jadikan dia jadi Sumi kamu yg asli jgn KW gitu.
lanjut kakak Authorr.......yg semangat

2022-05-15

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!