Keesokan harinya, Zivan menepati janjinya datang untuk menjemput Ara, untuk membawanya pulang.
"Apa kau menungguku?" tanya Zivan dengan percaya diri. Ara memutar bola matanya jengah, menanggapi pertanyaan yang tak penting itu.
"Aku ingin segera keluar dari sini, Sehari saja aku di sini rasanya seperti satu bulan." jawab Ara yang tak sesuai dengan pertanyaan Zivan.
Ara pun akhirnya bisa pulang setelah bermalam selama satu malam di rumah sakit, pipinya yang lebam sudah membaik bahkan jika di tampar lagi mungkin sudah siap.
Sesampainya di rumah Zivan langsung mengantarkan Ara ke kamar untuk istirahat kembali untuk memulihkan tenaganya.
"Oya, sebelum aku menjemputmu tadi aku melihat teman kamu, sedang di bawa sekelompok orang masuk ke dalam mobil dengan paksa." Dengan santainya Zivan memberikan informasi penting pada Ara. Ara yang awalnya ingin meletakkan pantatnya di tepian ranjang langsung kembali berdiri.
"Apa Tuan bilang? apa yang kau maksud pria yang kau siksa tempo dulu?" tanya Ara dengan tegang dan Zivan mengangguk.
"Lalu Tuan tidak membantu menolongnya?"
"Tidak! untuk apa aku menolongnya, dia tidak ada urusannya denganku." jawab Zivan sambil menyerahkan air yang baru saja dia tuang dari dalam gelas.
Ara mengambil lalu meletakkan kembali gelas itu di atas nakas dengan kasar, hingga membuat air tersebut berhamburan keluar.
"Kau benar-benar keterlaluan." Ara pun segera meninggalkan Zivan dan bergegas menghubungi Mimia namun panggilannya sama sekali tak di angkat, bahkan menghubungi Tuan Bold pun juga tidak di angkat, membuat Ara semakin kuatir. Ara pun bergegas hendak pergi, saat hendak membuka pintu, ternyata pintu tersebut di kunci membuat dirinya tak bisa keluar.
"Buka pintunya!" Ara terus menggedor pintu, berharap orang yang ada di luar mau membukakan pintunya.
Zivan menuruni anak tangga dengan santainya dan memperhatikan Ara yang terus menerus menggedor pintu dan berteriak.
Dengan sekali tarik, Zivan berhasil membawa Ara kembali dalam dekapannya.
"Mau kemana kamu?"tanya Zivan, berlaga tanya.
"Lepaskan aku, biarkan aku pergi menyelamatkan temanku, aku tidak mau terjadi apa-apa padanya. Please ... tolong lepaskan aku, Aku ingin menyelamatkannya, sekali ini saja. Setelah itu aku janji akan menuruti semua perintahmu bahkan jika harus menjadi budak mu aku siap." Ara terus saja memohon, namun Zivan tetap tidak mau melepaskan Ara.
"Tidak! aku tidak akan membiarkan kamu pergi, bahkan jika kamu bersujud di kakiku pun, aku pun tetap tidak kan membiarkan kamu pergi!"
Ara geram dengan keputusan Zivan, terpaksa Ara harus menggunakan kekerasan untuk melepaskan dirinya.
Namu pergerakan Ara sudah di perhatikan, membuat Zivan langsung mengunci pergerakan Ara hingga membuatnya tidak bisa bergerak.
"Lepaskan aku ..." Ara memberontak.
"Jangan berharap bisa menang melawanku! lebih baik kembali ke kamar atau aku patahkan kakimu!"
"Lebih baik patahkan kakiku daripada aku harus menurut seperti kucing lagi!" Teriak Ara frustasi.
Bukannya mematahkan kaki, Zivan malah mengangkat tubuh Ara dan meletakkannya di atas pundak, seperti sedang mengangkat sebuah karung besar.
"Turunkan aku! apa yang Tuan lakukan?" Ara terus meronta.
Zivan melemparkan tubuh Ara di atas ranjang king size itu dengan kasar, hingga membuat Ara mengaduh, walaupun di atas kasur yang empuk.
Kedua tangan Zivan menghimpit tubuh Ara, hingga membuatnya tidak bisa berkutik.
"Sepertinya kamu tidak bisa diberitahu dengan kata-kata, apa aku harus menggunakan cara sedikit kasar, agar kamu bisa lebih menurut. Ingat Aku ini suami sah, walaupun ada kontrak diantara kita, tapi aku berhak memilik kamu dan tubuhmu," ucap Zivan dengan penekanan.
Ara yang berada di bawah tubuh Zivan pun seperti mati kutu, kini Ara dilanda ketakutan dengan perkataan Zivan yang lebih dari sekedar ancaman.
"A-apa yang ingin Tuan lakukan? I-ingat, kita hanya menikah selama tiga bulan, tidak lebih, jadi jangan berbuat macam-macam terhadapku." saut Ara dengan bergetar.
Kata-kata Ara sudah tidak di gubris lagi, mungkin kata Dion itu benar, jika sebenarnya Zivan sangat menginginkan dirinya namun masih ditahannya hingga hari ini Zivan benar-benar sudah tidak bisa menunggu lagi.
Ara benar-benar ketakutan, saat Zivan mulai menanggalkan pakaiannya bahkan dengan kasarnya Zivan mengoyak pakaian Ara dengan kasar, karena Ara yang terus memberontak.
"Please ... jangan lakukan, aku mohon ... ." Ara pun terus mengiba, namun perkataan Ara sudah tidak lagi di hiraukan Zivan.
Kini perlawanan Ara pun sia-sia, saat Zivan mulai menyentuh tubuh Ara. pergerakan tangannya membuat seluruh tubuh Ara merinding. Sentuhan di area yang sensi membuat Ara terus memohon agar tidak di lanjutkan.
Zivan menatap wajah Ara yang sayu kerena terus memohon.
"Kamu sekarang adalah istriku, jadi seluruh tubuhmu adalah milikku, bahkan jika benar kamu masih suci, maka akulah yang berhak mendapatkan kesucianmu," ucap Zivan lirih di telinga Ara. Membuat hati Ara benar-benar hancur seketika, air mata langsung lolos begitu saja, saat ia gagal memperhatikan apa yang selama ini dia jaga.
Kini Ara hanya bisa menggigit bi*birnya dan mengacak seprai dengan kedua tangannya, saat laki-laki yang berstatus suaminya itu sedang berjuang merusak pertahanan miliknya.
Zivan pun menghentikan aktivitasnya, setelah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, menenangkan Ara dari tangisnya sekaligus membiarkan rasa sakit itu berkurang.
"Inilah akibatnya jika kamu terus menerus melawan perkataanku. Aku diam bukan berarti aku tak marah, dan sekarang kamu rasakan akibat dari ketidak patuhanmu itu. Aku selalu mengawasi pergerakanmu, dan aku tahu kapan saatnya aku menjaga dan kapan saatnya aku membiarkan kamu." ucap Zivan yang masih bisa mengancam di saat Ara sudah benar-benar tak bisa melawan.
"Aku benci ... Aku benci tuan ..., aku akan mengingat perbuatan tuan, dan sempai kapanpun aku tidak akan memaafkan tuan." acam balik Ara, namun Zivan hanya menyeringai dan melanjutkan apa yang belum tuntas
Zivan pun melakukan pergerakan lagi yang membuat Ara hanya menggelengkan kepala sambil menahan agar bi*birnya terus terkatup agar tidak menimbulkan suara yang bisa membuat Zivan semakin bersemangat.
Akhirnya Zivan pun bisa menuntaskan apa yang tertahan dalam tubuhnya, setiap melihat tubuh wanita yang berstatus istri itu.
Tubuhnya pun terkulai di samping dan memeluk tubuh Ara. "luar biasa, kamu benar-benar bisa menjaga dan merawatnya, sepertinya ini akan membuatku ketagihan." bisik Zivan membuat Ara semakin menjadi isak tangisnya.
Siang itu, Zivan melakukannya sekali lagi dan Ara pun hanya bisa pasrah, tak melakukan perlawanan lagi, ia merasa percuma, yang hilang sudah tidak bisa dikembalikan lagi, hanya tinggal kebencian yang menderanya dan berharap semua segera berakhir agar ia bisa segera bebas meninggalkan hubungan yang benar-benar tak di inginkannya ini.
Sejenak melupakan kondisi Mimia yang lagi-lagi di jadikan umpan untuk menjebak ara.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yusuf Kalaha
selesai kesucian yang di jaga selama ini
2022-05-22
2
💮Aroe🌸
yah belah manggis😅😅😅
pas bacanya malam hari pulak🤤
2022-05-20
0
Lastiar Hasibuan
sadis bangat kakak Authorr koq gitu ....... ga ada cinta atau kesepakatan dalam perjanjianyg sudah dibuat kok main ambil gitu aja harta Karun Ara. kan kasihan Ama dia jd gini ceritanya Ara membenci Zivan ....padahal kan Zivan orng baik jd dibenci gara2 gini. kakak Authorr perbaiki deh hubungan mereka jgn kasar. hadirkan cinta diantara mereka biar jgn ada yg tersakiti 1sama yg lain. lanjut kakak Authorr.
2022-05-17
3