Setelah di buat mabuk oleh zivan, malam Ara berakhir di dalam bathtub.
"Aaasstt..., apa yang terjadi? kenapa aku bisa tidur di sini?" Dengan kepala masih pusing dan linglung Ara pun merangkak keluar dari dalam bathtub dengan kedinginan.
Entah apa yang terjadi, Ara benar-benar tidak ingat. Minuman beralkohol yang ia teguk telah membuat Ara kehilangan kesadaran.
Ara segera bangkit berdiri dan keluar dari kamar mandi, Namun tidak mendapati manusia hidup di dalam kamar besar tersebut.
"Kemana sih perginya pria itu dan sebenarnya apa pekerjaannya? setiap pagi selalu menghilang dan hanya muncul hanya di malam hari, sebenarnya dia manusia atau siluman sih." Gerutu Ara seorang diri dan kembali ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bau alkohol yang menyebar di seluruh tubuhnya.
Setelah tubuhnya kembali segar, Ara pun mempercantik dirinya dengan berias di depan meja rias.
Saat menatap cermin, dan hendak merias diri, Ara melihat salah satu Bedak yang tak pernah pindah posisi, selain itu bedak tersebut bukanlah miliknya, karena tak pernah menyentuhnya sebelumnya membuat Ara di landa rasa penasaran.
Sebenarnya ini bedak milik siapa sih? Jangan-jangan ini milik mantan istrinya, yang Tuan siluman itu simpan.
Dengan rasa penasaran Ara pun pelan-pelan menekannya dengan tujuan untuk membukanya namun yang ada malah sebuah kejutan tak terduga.
Ternyata ada dinding yang bergeser, menunjukkan jika ada ruang rahasia di balik dinding tersebut.
Ara ingin melangkah menghampiri, namun tiba-tiba suara teriakan dari ibu mertuanya itu memekikkan telinganya.
"Ara... Cepat turun! jangan jadi pemalas, lihat ini sudah jam berapa?" teriak Anima dengan suara lantang.
Astaga, Kenapa nenek lampir itu harus teriak-teriak pagi-pagi begini, apakah bisa membuatnya kembali muda dan apa lagi yang dia inginkannya sekarang. Ya Tuhan kenapa aku harus tinggal dengan makhluk-makhluk aneh seperti mereka, apakah aku bisa bertahan.
Ara pun mengurungkan niatnya untuk melihat ruang rahasia tersebut dan langsung menutupnya kembali. Ia pun bergegas keluar kamar menemui Mertuanya yang di Katai nenek lampir.
"Iya ada apa ma?" tanya Ara yang tak ingin berdebat.
"Pergi ke supermarket dan belanja bahan mingguan. Ini daftar belanjaannya dan ini uangnya." Anima nyerahkan catatan belanja beserta uang dua ratus ribu pada Ara.
"Ma, apa ini gak salah! uang dua ratus ribu ini mana cukup untuk belanja mingguan sebanyak ini." Protes Ara.
"Mama gak mau tahu, kamu pulang harus bawa semua belanjaan yang ada di catatan. Terserah bagaimana caranya kamu belanja. Cepat pergi sana." perintah Anima dan Ara pun segera pergi.
📞"Jalankan tugas kalian sekarang." perintah Anima pada seseorang yang ia hubungi, yaitu untuk mencelakai Ara sesuai rencana.
Dengan mengunakan taksi, Ara pun pergi ke supermarket. Di tengah perjalanan, taksi yang di tumpangi Ara di hadang dua buah mobil yang membuat taksi mengikuti arahan kedua mobil tersebut saat mereka menggiringnya ke jalan yang sepi.
"Cepat keluar..." perintah seseorang sambil menggedor-gedor kaca mobil.
Tanpa rasa takut Ara pun keluar menghadapi mereka.
"Siapa kalian? kenapa menghadang jalanku?" tanya balik Ara.
"Kami malaikat pencabut nyawa, yang akan mencabut nyawamu hari ini. Ha... ha...ha... sekarang lebih baik ikut kami secara sukarela atau kami paksa." Gertaknya.
Ara hanya menyeringai meremehkan. "Kalian terlalu yakin, dan kalian tidak pantas menjadi malaikat pencabut nyawa ku. Asalkan kalian tau, nyawaku jauh lebih berharga daripada nyawa kalian semua." balas Ara sambil menunjuk mereka satu persatu
Ucapan Ara membuat laki-laki yang berada di depan Ara geram dan langsung menyerang Ara dengan tangan kosong. Melayangkan bogem mentah ke arah Ara, Ara pun segera menghindari beberapa serangan dari berbagai arah dan menangkis beberapa serangan.
Dengan keahlian bela diri yang di milikinya, Ara berbalik menyerang mereka, dengan tangan kosong pun Ara berhasil menjerat mereka. Ara pun berhasil melumpuhkan satu persatu musuh yang menyerang.
Satu persatu tumbang di tangan Ara hingga membuat mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
"Tunggu... kalian mau kemana? Bukankah kalian mau mencabut nyawaku?" teriak Ara kesal, Karena mereka Ara harus kehilangan taksi yang di tumpangi-nya.
Dengan nafas yang masih ngos-ngosan, Ara pun memungut Catatan belanja yang terjatuh dari kantong celananya.
"Untung saja tidak hilang, huh." Setelah nyawanya hampir melayang, Ara masih memikirkan catatan daftar belanja yang ia bawa.
Ara pun berjalan menuju ke sisi jalan raya dan berharap ada angkot yang bisa di berhentikan.
Saat melintas jalan raya, Asisten Zivan sepintas melihat Ara yang sedang berdiri di trotoar seperti sedang mencari sesuatu disaat cuaca sangat terik.
"Tuan, bukankah itu istri Tuan," ucap Dion, dan Zivan segera menoleh ke belakang.
Sedang apa dia keluyuran di tepian jalan?
"Putar balik, jemput dia." perintah Zivan dan Dion pun segera mencari jalan untuk putar balik.
Tak lama, Dion menghentikan mobilnya tepat di depan Ara yang belum juga mendapatkan angkot.
Dion segera keluar dan membukakan pintu untuk Ara, awalnya Ara tak menghiraukan, kerena tak mengenal mobil milik suaminya itu.
"Silahkan masuk Nona." Dion mempersilahkan masuk pada saat pintu sudah di bukanya.
"Oh... Iya... ." Ara pun segera masuk dan mendapati suaminya sudah menatapnya dengan tatapan tajam.
Seperti kucing, Ara pun langsung tertunduk tak berani menatap mata tegas yang dimiliki Zivan.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yusuf Kalaha
awas si mata merah
2022-05-22
0
Lastiar Hasibuan
kenapa Ara takut Ama zivan ya,,,
padahal zivan kan orng baik hanya saja dia jangan di usik dengan melawan perkataannya
masih penasaran thorr apa cerita selanjutnya klu Ara memberi Taw tugas sang mertua kepada zivan dengan uang 200 untuk belanja mingguan. lanjut thorr yg semangat
2022-05-12
3
💮Aroe🌸
Ara gk takut ma preman, takutnya ma Zivan😂
2022-05-12
3