"Sebenarnya ..., Eeemmm ... Nanti saja ya, setelah kamu kembali, papa baru akan ceritakan semuanya." Malboro pun segera mematikan panggilan dari Ara untuk menghindari pertanyaan yang belum siap ia jawab.
Ara hanya memandangi layar ponsel dengan menyeringai, tak percaya papanya tega melakukan itu padanya.
Ia pun lempar Ponsel itu ke atas kasur, sedangkan dirinya masih duduk di lantai sambil bersandar di tepian ranjang.
"Sepertinya aku harus cari tahu sendiri Jawabannya." gumam Ara, lalu bangkit dan kembali ke ruangan itu untuk mencari petunjuk lainnya.
Ara mengacau ruangan tersebut hingga berantakan, hanya untuk mencari foto-foto Amela.
"Ketemu ... ." Ara sangat senang saat mendapatkan sebuah album foto milik Amela yang masih tersimpan rapi dalam tumpukan kardus.
Ara memperhatikan, satu-satu foto Amela yang yang hanya bisa ia lihat saja, tak mungkin bisa ia temui lagi.
"Malang sekali, nasibmu Amela, kau bilang bahwa tuan zivan, pria yang baik dan juga sangat penyayang, tapi apa buktinya? jika di memang benar-benar sayang padamu, setidaknya masih ada foto yang terpajang sebagai kenangan, tapi nyatanya. Fotomu saja dianggap sampah, apa lagi dirimu." ucap Ara sambil mengusap foto Amela dari debu.
Kini Ara yang telah mengetahui jika mantan istri Zivan adalah saudarinya, maka Ara pun memutuskan, untuk mencari tahu penyebab kematian Amela, dan juga ingin mencari tahu tentang Amela berserta ibunya, yang ingin sekali ia temui.
Akhirnya, Ara mengambil keputusan bulat, untuk mencari tahu sendiri mengenai kematian saudarinya dan juga keberadaan ibunya yang masih hidup.
Ara keluar kamar dengan penampilan yang berubah. Ia merubah penampilan agar terlihat mirip dengan Amela dan setiap polesan make up membuatnya semakin mirip dengan Amela.
"Ara semangat, kamu pasti bisa melakukan ini." gumam Ara memberi semangat kepada dirinya sendiri.
Di lantai bawah, terdengar suara berisik dari Anima dan juga anaknya yang baru saja kembali setelah dua malam harus berada di rumah sakit, akibat diare yang parah.
Rumah yang awalnya sunyi kini kembali bising dengan ocehan Anima.
"Ara ... keluar kamu! kamu jangan seperti putri yang hanya dikamar saja. Jangan lari kamu Ara, aku tahu kamu pasti yang sengaja mencampurkan makanan aku dengan obat pencuci perut 'kan, jangan menyangkal, aku tahu sekarang." Anima tak hentinya marah kepada Ara.
"Ada apa ma? kenapa datang-datang langsung marah-marah dan menuduhku tanpa sebab. Aku tidak melakukan apa-apa ma," ucap Ara sambil menuruni anak tangga.
Amina langsung terdiam, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ketakutan
"Kamu ...," ucap Anima dengan bibir gemetar sambil menunjuk ke arah Ara. Anima pun bergegas pergi ke kamar tanpa menjawab pertanyaan Ara, sambil ketakutan.
"Aneh ..., tadi marah-marah kenapa sekarang kabur? Sudahlah, gak penting juga ngurusin nenek lampir yang selalu membuat susah hariku." gumam Ara, lalu beranjak pergi ke dapur untuk makan siang.
Ara pun segera mengisi perutnya yang kosong, setelah pagi tadi tidak sarapan. Dengan lahap Ara menyantap sarapan sampai ia tak menyadari kehadiran Zivan yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk dan sedang memperhatikan penampilannya yang sangat mirip mantan istrinya itu.
EEEEeeemmmm
Ara menghentikan aktivitas makannya dan menoleh ke arah suara dehem. Ara terkejut dan langsung berdiri dari kursi yang ia duduki, sambil memaksa makanan di mulutnya untuk di telan.
"Tu-tuan Zivan pulang," sapa Ara dengan gugup.
Zivan langsung duduk di samping Ara dan meminta Ara untuk melayani dirinya makan siang.
Ara dengan paruhnya menuruti perintah Zivan, seperti tersihir setiap menatap mata suaminya itu. Padahal dia berucap jika dirinya sangat membenci Zivan.
"Duduk, lanjutkan makan siangmu!" perintah Zivan, saat melihat piring Ara masih banyak makanannya.
"I-iya. Ti-tidak, aku sudah kenyang." tolak Ara dengan gugup. Ara mengutuki dirinya sendiri yang tidak bisa melawan Zivan, baik dengan kata-kata ataupun secara fisik.
Zivan menatap Ara dengan tajam, lalu ia berkata. " Duduk dan selesaikan makan siangmu. perintahku bukan untuk di bantah." dengan tegas Zivan berucap, membuat Ara kembali duduk manis seperti kucing yang patuh.
Setelah menyelesaikan makan siang, Zivan pun baru bertanya mengenai penampilan Ara yang tiba-tiba saja berubah dah menyerupai mantan istrinya.
" Kenapa kamu berpenampilan seperti dia, apa kamu ingin merayuku dengan berpenampilan seperti dirinya? Cepat ganti pakaianmu dan juga penampilanmu. Asal kamu tahu, hanya ada satu Amela di hatiku dan tidak ada Amela lainnya."
Kata-kata yang keluar dari mulut zivan langsung membungkam penilaian Ara pada pria yang ada di depannya.
"Aku hanya mencoba saja dan ingin tahu, apakah aku benar-benar mirip mantan istrimu itu."
"Apa sekarang kamu puas?" Zivan mencengkeram dagu Ara dengan kuat.
"Aku menikahimu selama tiga bulan, bukan untuk menggantikan dia, tapi hanya karena aku belum bisa melupakan dia. Kemiripan kalian berdua, membuatku merasa bahwa Amela terlahir kembali dalam hidupmu. Maka dari itu aku ingin bersamamu Beberapa saat dan sekarang aku baru sadar jika kamu dan dia berbeda. Kamu bukan Amela tapi orang lain." Zivan pun dengan kasar melepaskan cengkraman tangannya.
"Kalau begitu ceraikan aku, dan bebaskan aku dari kontrak. Aku akan pergi ke tempat asalku dan tak akan pernah bertemu denganmu lagi. Asal kamu tau juga, kau yang membawaku masuk dalam hidupmu, jadi jangan melampiaskan kekesalanmu padaku lagi. Cukup sekali kamu merenggut apa yang aku miliki dan selama sisa waktu, jangan harap kamu bisa bersikap sesuka hatimu pada diriku lagi, karena aku bukan objek pelampiasan kemarahan dan aku juga bukan duplikat dari mantan istrimu. Aku Aurora bukan Amela." Dengan tegas Ara pun melawan Zivan, setelah sekian lama ia hanya bisa diam dan tak bisa melawan. Entah kenapa perkataan Zivan begitu menyakitkan harinya.
*
*
*
Dua bulan berlalu, Misi rahasia yang sedang Ara jalankan mulai membuahkan hasil, satu persatu anak buah dari Bobi mulai tertangkap, membuat mereka yang berkuasa semakin ketar ketir, Ketua Mafia memerintahkan Boby untuk menjebak Ara dan membunuhnya, di sisi lain, Denis masih terus mengejar Ara, untuk mendapatkan barang bukti yang sedang di burunya.
Setelah cukup lama, mencari cukup informasi mengenai Zivan, akhirnya Ara pun mengetahui siapa Zivan dan apa pekerjaannya sebenarnya, yang membuat Ara geleng kepala tak percaya. Namun di sisi lain, Ara menerima fakta, jika sebenarnya Zivan telah menipu dirinya dan selama ini identitas yang di ketahui Zivan ternyata palsu.
Bold dan Mimia merubah identitas asli Ara, dan memberitahukan kepada Zivan identitas palsu. Namun karena saling menipu, Ara pun menjadi korban. Namun disisi lain rahasia besar yang di sembunyikan papanya pun terbongkar.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
rahasia apa???
lanjuuut
2022-05-20
1
Wacemfarhanrizki
iya ta kok aku jadi bingung bukan nya ...aduh ga tau lah kok aku lier
2022-05-20
2
Lastiar Hasibuan
maksudnya cerita palsu antara Ara dan zivan itu, apa ya kakak author.emang apa yg ditipu Ama Ara dari zivan begitu juga sebaliknya apa Berta palsu yg diterima Ara dari zivan... jawab donk thorr penasaran
lanjut up ya yg banyak ya kakak author biar rasa penasaran kebuka satu satu........
2022-05-20
2