"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Zivan singkat namun mengintimidasi. Tatapan serigala yang di milikinya membuat siapa saja akan menciut tak punya nyali. Begitu juga dengan Ara, ia langsung tak berkutik saat Zivan bertanya.
"Aku-," Ara memberikan daftar belanjaan beserta uang dua ratus ribu. Zivan membacanya dan memberikannya kembali pada Ara.
"Mama menyuruhku untuk belanja mingguan dan memberiku uang hanya dua ratus ribu dan itu harus cukup, bisakah kau memberi uang tambahan, setidaknya untuk mencukupi daftar belanjaan mama." jelas Ara sambil menghela nafas.
"Dion, kita ke supermarket!" perintah Zivan.
"Lain kali, jangan mau di perintah mereka, aku membawamu ke rumah itu, bukan jadi pembantu melainkan jadi istriku, paham?"
Sebenarnya apa sih statusku dimatanya? dan apa keuntungannya mengikat diriku dalam ikatan pernikahan? sedangkan dia mengangapku tak pernah ada di sampingnya.
"Aku ingin bertanya padamu Tuan, ini untuk pertama dan terakhir aku bertanya, sebenarnya apa tujuan Tuan menjebak diriku? mengikatku dengan kontrak, menjadikan aku istri bayaran, dan tidak pernah di perhatikan. Memangnya aku ini sebuah sistem yang bisa mengetahui pikiran Tuan tanpa Tuan memberitahu tujuan Tuan sebenarnya. Hampir dua Minggu lebih aku tinggal bersama Tuan tapi sampai detik ini aku tak tahu apa peranku?" tanya Ara dengan kesal.
"Bukankah kau wanita cerdas, kenapa tidak kamu cari tau sendiri alasan kenapa aku membawamu masuk kedalam kehidupan ku," jawab Zivan yang masih tak mau menjelaskan.
Dasar aneh, kalau aku tahu, tak perlu aku bertanya lagi. Lagian di dalam kontrak tertulis hanya pernikahan tiga bulan dah juga kompensasi 10 M. Atau jangan-jangan dia hanya menganggapku seperti bayangan istrinya karena belum bisa melupakan istrinya itu?
*
*
*
Akhir mereka pun sampai di salah satu supermarket yang cukup terkenal, di sana Zivan mengantarkan Ara masuk untuk berbelanja sesuai daftar yang bawanya.
Zivan hanya membuntuti Ara dari belakang dan membiarkan Ara memilih sendiri sedangkan dirinya hanya sibuk dengan ponselnya.
Beberapa kali Ara bertanya namun tak di hiraukan Zivan, membuatnya kesal dan langsung ia lampiaskan dengan mengambil barang lebih banyak melebihi daftar yang ada di catatan.
Setelah dirasa semuanya sudah ada, mereka. pun segera menuju ke kasir untuk membayar.
"Semua total belanjanya satu juta enam ratus tiga puluh dua ribu." ucap kasir menyebut total nominalnya.
Zivan mengeluarkan kartu debit untuk membayar seluruh belanja Ara.
"Ambil ini, gunakan jika di perlukan." Zivan menyerahkan kartu debit itu pada Ara dan Ara dengan senang hati menerimanya.
Mereka pun segera meninggalkan supermaket, namun di luar dugaan, Ara mengira jika dirinya akan pulang bersama, tapi nyatanya Zivan memesankan taksi untuknya.
Wajah senangnya langsung berubah seketika.
"Jangan keluyuran kemana-mana lagi, segera pulang ke rumah. Malam ini aku akan pulang lebih awal!" Ucap Zivan sambil membukakan pintu taksi agar Ara segera masuk.
"Ya, baiklah...,"jawab Ara kesal.
*
*
*
Di tengah perjalanan lagi-lagi Ara di hadang oleh Orang-orang Suruhan dan mengiring taksi tersebut ke sebuah gedung kosong.
Seseorang datang menghampiri dan memaksa Ara keluar dari dalam taksi.
"Cepat keluar... !" perintahnya sambil menarik paksa Ara keluar.
Saat keluar Ara dari dalam taksi, ia langsung di giring masuk ke dalam gedung kosong dan di sana ada seorang lelaki berperawakan tinggi dan sangar sedang membelakangi dirinya.
"Akhirnya aku bisa menemukan kamu juga." ucapnya tanpa menoleh.
"Siapa kamu?" tanya Ara tanpa rasa takut.
Seseorang langsung mendorong tubuh Ara untuk bersimpuh.
Aaaauuuhhhh...
Suara yang keluar dari mulutnya saat lututnya beradu dengan lantai dengan kerasnya, hingga membuat lutut Ara tergores oleh krikil- krikil kecil.
Pria itu membalikkan tubuhnya dan mendekati Ara, " Serahkan bukti itu kepadaku dan cabut tuntutan yang dilimpahkan kepada saudaraku, jika kamu ingin tetap hidup." Pria itu mencengkeram dagu Ara dengan kuat.
"Bukti apa yang kamu maksud? aku tidak memiliki bukti apapun, kau salah orang."
"Kau pikir aku bodoh, Semua yang terlibat dalam penangkapan saudaraku sudah aku lenyapkan dan sekarang hanya kamu yang tersisa, jika kamu ingin selamat serahkan bukti itu dan aku janji akan melepaskan kamu, jika tidak maka aku juga akan melenyapkan kamu," ancam pria itu.
Pria itu melemparkan foto-foto ke tiga temannya yang sama-sama menjadi agen dalam misi yang sama, semuanya telah meninggal di tangan pria yang kini ada di depannya.
Tubuh Ara langsung lemas tak berdaya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya, timnya dalam misi sebelumnya telah meninggal dengan cara yang mengenaskan.
Tidak bisa, aku tidak boleh mati dengan cara mengenaskan seperti mereka, aku harus bisa bertahan untuk membalaskan kematian mereka.
" Bagaimana? apa kamu mau menyerahkan bukti itu padaku?"
Cuih....
Ara meludahi wajah pria itu. Pria itu langsung geram dan menampar wajah Ara dengan keras.
Ara langsung tersungkur saat tamparan itu mendapat tepat di pipinya, kepalanya langsung berkunang-kunang dan telinganya langsung berdenging.
Pria itu kembali menjambak rambut Ara dan sekali lagi menampar Ara dan membuat Ara sekali lagi tersungkur, darah segar langsung mengalir di hidung dan juga sudut bibirnya, namun Ara masih tetap bungkam, tak mau mengatakan apapun.
Pria itu bernama Denis, pria itu sengaja mengejar Ara sempat ke kota A hanya untuk mendapatkan bukti yang menyeret Adi kandungnya yang bernama Adista atas kasus pembunuhan berdarah dingin.
Ara dan ketiga temannya menyelidiki kasus tersebut selama berbulan-bulan, hingga akhirnya menemukan titik terang setelah mendapatkan bukti akurat tentang keterlibatan Denis yang ikut membantu dalam aksinya.
Denis yang tidak ingin dirinya di ikut dilibatkan, berusaha mencari bukti itu untuk di lenyapkan.
*
*
*
Entah dari mana mereka datang, Tiba-tiba sekelompok orang datang menyerang anak buah Denis yang di pimpin langsung oleh Zivan.
Zivan langsung datang menemui Denis dan melihat Ara, tubuhnya tergeletak di lantai dan sudah terkapar tak berdaya. Melihat hal itu Zivan murka ingin sekali Zivan menghajarnya namun ia urungkan.
"Siapa kamu? jangan ikut campur urusanku."
"Ini adalah wilayah kekuasaan ku, siapapun yang membuat onar di wilayah kekuasaan ku, akan berurusan denganku. Sekarang pergi diri sini atau aku akan membunuhmu!" Ancam Zivan.
"Kali ini aku pergi, tapi bukan berarti aku takut denganmu, Gadis itu dalam pengawasanku! " Denis pun dengan kesal meninggalkan gedung kosong bersama anak buahnya.
Zivan langsung menghampiri Ara dan mengikat tubuhnya yang pingsan dan segera membawanya pergi meninggalkan gedung kosong itu.
Zivan pun segera membawa Ara ke rumah sakit agar bisa mendapatkan pertolongan pertama dan berharap Ara baik-baik saja sebelum menanyakan sebuah kebenaran.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yusuf Kalaha
banyak rahasia dalam cerita ini
2022-05-22
2
💮Aroe🌸
ganti lanjut di sini, kangen ma Ara😆
zivan cepet ada rasa🙏
2022-05-20
0
hidayat
lanjuuuot
2022-05-14
4