Balas Dendam

Geo sudah bisa melakukan aktifitasnya kembali. Itu artinya Kiara tak perlu lagi berada di sampingnya selama seharian penuh. Geo bahkan sudah kembali ke perusahaan. Meski dia belum sepenuhnya memegang kembali semua pekerjaannya. Andara meminta Geo untuk perlahan-lahan menyesuaikan kembali.

Tapi yang membuat Kiara tak mengerti mengapa sang kakek memintanya untuk menjadi asisten Geo. Dan pria itu menyetujuinya begitu saja. Kiara bahkan tidak tahu menahu tentang seluk beluk perusahaan. Yang dia tahu hanyalah trik marketing yang biasa dia pakai di tokonya. Gadis itu menjadi pusing lantaran tidak terbiasa bekerja di sebuah perusahaan besar seperti ini.

"Kiara, kalau Geo sampai berulah ke kamu. Laporkan saja ke kakek,ok!" ucap Andara. Di sampingnya Geo juga tengah mendengarkan.

"Baik kek!" Kiara menjawab dengan hati-hati, takut kalau Geo akan marah.

"Udah deh kek, dia kan gak lagi anak kecil!" jawab Geo dingin. Entah kenapa sikapnya berubah dingin setelah Kiara tak sengaja menjatuhkan sebuah foto di kamarnya beberapa hari yang lalu.

Foto itu adalah foto dirinya dengan mantan tunangannya dahulu. Geo marah besar karena Kiara dianggap lancang telah mengusik barang pribadinya.

Setelah kakek pergi, Geo hanya menatap tajam ke arah Kiara. Sambil duduk santai di kursi kerjanya.

"Kamu!" panggil Geo. Kiara melangkah maju, namun tak berani menatap langsung kedua mata Geo. Dia menunduk dalam.

"Iya pak!" jawab Kiara.

"Lihat wajah saya kalau sedang bicara!" ucapnya dingin. Kiara perlahan mendongakkan wajahnya.

"Mulai sekarang kamu pergi ke pantry, buatkan saya kopi di pagi hari! Dan itu harus setiap hari!" perintahnya.

"Baik pak," Kiara segera pamit untuk membuatkan kopi untuk Geo.

Tak selang berapa lama, akhirnya Kiara selesai membuat kopi. Dia membawakannya ke ruangan Geo. Di sana pria itu tengah sibuk dengan beberapa file di tangannya. Sejenak Kiara terpaku melihat dia yang tengah serius mengerjakan pekerjaannya. Geo tampak begitu tampan saat ini di mata Kiara.

Hingga lirikan pria itu membuat Kiara canggung, dia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ini pak kopi anda!" ucapnya sambil menyerahkan secangkir kopi di atas meja Geo.

Pria itu menyeruputnya, namun langsung di muntah kan ke tempat sampah.

"Apa ini! Kenapa pahit sekali?" ucapnya.

"Maaf pak!"

"Buat lagi!" perintah Geo. Kiara segera mengambil cangkir itu dan kembali membuat kopi.

"Apa sih perasaan gak pahit kok!" batinnya.

Kiara membuat kembali kopi sesuai yang di minta oleh Geo. Tidak pahit, berarti manis. Pikir Kiara. Dia kembali membawa kopi itu ke tuannya.

"Kemanisan!" ucap Geo, menyodorkan kembali kopi buatan Kiara.

Dia harus membuat kembali. Kali ini tidak pahit juga tidak manis.

"Kurang panas!" protes Geo lagi setelah kopi ke tiga di berikan oleh Kiara.

Lagi, gadis itu membuatnya kembali.

"Terlalu panas! Kamu mau lidahku sakit apa?" Kiara hampir putus asa mendengar celoteh ke sekian kalinya dari mulut pria yang kini menjadi bosnya itu.

Kiara tahu pria itu tengah membalas dendam atas kesalahan yang kemarin Kiara lakukan. Kali ini Kiara masih diam di tempat, dia tidak pergi ke pantry lagi. Melainkan menatap Geo di ruang kerjanya.

"Kenapa tidak buat lagi?" tanya Geo. Sebenarnya dari tadi Geo tengah menikmati menyiksa gadis di hadapannya itu.

"Kan terlalu panas, tinggal di tunggu aja biar sedikit dingin pak," jawab Kiara singkat.

Geo tidak bisa menyanggahnya kali ini. Benar yang di ucapkan oleh Kiara. Jika panas tinggal menunggu agar lebih dingin sebentar lagi.

"Baiklah, kamu bisa keluar dulu!" perintah Geo. Kiara menganggukkan kepala dan segera pergi dari ruangan yang penuh dengan aroma menyebalkan itu.

Kiara menghela napas panjang, dia sudah menahan amarahnya dari tadi pagi. Kini sudah hampir makan siang, akhirnya bisa sedikit terbebas dari bos galaknya itu.

Perutnya terasa lapar sekali, tinggal menunggu setengah jam saja jam makan siang telah tiba. Kiara kembali ke ruangannya terlebih dahulu. Belum juga duduk, gadis itu sudah mendapat telepon dari Geo kembali.

"Halo pak, ada yang bisa di bantu?" ucap Kiara sopan.

"Kamu belikan makan siang di restoran A, segera ya! Jangan pedas!" perintah Geo.

"Baik pak," jawab Kiara lesu.

Baru saja ingin menutup teleponnya. Geo kembali menelepon.

"Apa lagi!?" batin Kiara kesal.

"Iya pak, kenapa?" tanya Kiara.

"Jangan lama-lama ya, saya ada rapat siang ini. Dua puluh menit dari sekarang makanan itu harus sudah ada di ruangan saya. Oke!" ucap Geo lalu menutup begitu saja teleponnya.

Kiara meremas telepon kantor itu,ingin sekali meremas wajah Geo saat ini.

"Dasar bos gila, mana cukup dua puluh menit ke restoran itu!" gerutu Kiara kesal. Dia segera menarik tas dan kunci motornya.Bersiap menuju ke restoran yang di maksud oleh Geo.

"Duh jangan macet dong! Bisa kena omel nih!" gumam Kiara ketika tanda-tanda kemacetan telah muncul.

Dengan gesit Kiara bisa mencari celah diantara kemacetan yang terjadi. Dia bisa sampai di restoran itu sepuluh menit dari kantornya. Kini giliran dia memesan apa yang tadi Geo inginkan. Sekalian untuk dirinya yang sudah sangat lapar sekali.

Sambil menunggu, Kiara memperhatikan restoran itu. Ada seseorang yang membuatnya tertarik. Ada saudara tirinya di meja tak jauh dari Kiara.

Kiara segera menoleh ke arah lain agar Rena tidak mengenalinya. Kiara malas jika harus bertemu dengan wanita itu.

Tapi Rena sepertinya sempat melihat Kiara. Gadis itu tengah bersama dengan seorang pria. Fando, pacar Rena.

"Kenapa sayang?" tanya Fando ketika melihat Rena yang mengamati seseorang dari tempat mereka duduk.

"Gak apa-apa kok, itu kayaknya ada kakak tiri aku!" jawab Rena.

"Kakak kamu yang culun itu?" tanya Fando. Rena menganggukkan kepalanya.

"Coba sana kita panggil!" pinta Fando.

Rena dan Fando mendekat ke meja Kiara. Keduanya mencoba menyapanya.

"Kak Kiara!" panggil Rena. Kiara yang tadinya enggan untuk bertemu keduanya, malah harus menghadapi adiknya sekarang.

"Rena!" Kiara pura-pura terkejut.

"Lama tidak bertemu kakakku yang cantik ini, sekarang tinggal dimana?" tanya Rena sambil menghina sang kakak.

"Oh atau jangan-jangan sudah jadi simpanan om-om ya?" ejeknya lagi. Kiara hanya diam, dia tidak terbiasa berdebat dengan Rena.

Seorang pelayan datang membawa pesanan Kiara.

"Ini kak pesanannya," ucapnya sambil menyerahkan pesanan Kiara.

"Terima kasih," balas Kiara.

Setelah menerima pesanannya, Kiara berdiri dan hendak meninggalkan Rena dan kekasihnya. Dia tidak menghiraukan keduanya.

"Maaf aku harus segera pergi!" pamitnya. Tapi Rena tidak terima, dia menarik lengan tangan Kiara. Membuatnya harus berhenti melangkahkan kakinya.

"Kak, jawab dong! Beneran apa sama om-om?" tanyanya lagi, Fando ikut tertawa menghina. Kiara menahan amarah.

"Rena, aku tidak mau membuat keributan di sini,lagi pula, apa urusannya hidupku bagimu, urus saja hidupmu sendiri. Kabur dari rumah demi seorang pria seperti ini," jawab Kiara sambil menggelengkan kepalanya melihat penampilan Fando yang urakan. Rena mendelik mendengar sang kakak berbalik menghinanya.

"Kamu!" sentak Rena. Namun Kiara tak peduli, dia memilih segera pergi dari restoran itu.

Episodes
1 Kiara
2 Inikah Keluarga
3 Kakek Andara
4 Harus Menerima
5 Perjodohan
6 Hal Aneh
7 Akhirnya Sadar
8 Balas Dendam
9 Tolong Aku
10 Terkunci Bersama
11 Cinta Tidak Bisa Di Paksa
12 Menikah dengan Ceo
13 Sahabat
14 Tinggal Berdua
15 Mati Lampu
16 Masa Lalu
17 Semangkok Mie
18 Makan Bersama
19 Aktifitas Malam
20 Cicit
21 Mulai Cemburu?
22 Tidak Dapat Mengendalikan Diri
23 Pesaing
24 Tak Akan Terulang
25 Gagal Lagi
26 Alina
27 Jangan Menjadi Pengganggu
28 Rencana Jahat
29 Kemana?
30 Harta Kiara
31 Menyesali
32 Ara dan Gogo
33 Dia Milikku
34 Rencana Bulan Madu
35 Pupus
36 Bersekutu
37 Masuk Perangkap
38 Tidak Percaya
39 Kecurigaaan
40 Hamil
41 Jangan Pergi
42 Merasa Kehilangan
43 Ingin Tinggal
44 Hidup Baru
45 Masuk Ke Hutan
46 Menemukan mu
47 Pulang ke Rumah
48 Kebohongan Alina
49 Istri Kedua
50 Persiapan Pernikahan
51 Terbongkar
52 Jangan Pisahkan Kami
53 Janji Setia
54 Cinta Satu Malam
55 Tanda Lahir
56 Terlambat
57 Siapa Ayahnya?
58 Belum Siap
59 Gugurkan
60 Arin Pergi
61 Sahabatku
62 Berubah Pikiran
63 Tanggung Jawab
64 Menikah
65 Pria Malang
66 Menampung Orang
67 Carilah Pasanganmu
68 Panggilan Misterius
69 Tuan Muda
70 Foto Putri Kecil
71 Rahasia Besar
72 Kebenaran
73 Mama
74 Harus Kembali
75 Menjadi Ibu
76 Berpasangan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Kiara
2
Inikah Keluarga
3
Kakek Andara
4
Harus Menerima
5
Perjodohan
6
Hal Aneh
7
Akhirnya Sadar
8
Balas Dendam
9
Tolong Aku
10
Terkunci Bersama
11
Cinta Tidak Bisa Di Paksa
12
Menikah dengan Ceo
13
Sahabat
14
Tinggal Berdua
15
Mati Lampu
16
Masa Lalu
17
Semangkok Mie
18
Makan Bersama
19
Aktifitas Malam
20
Cicit
21
Mulai Cemburu?
22
Tidak Dapat Mengendalikan Diri
23
Pesaing
24
Tak Akan Terulang
25
Gagal Lagi
26
Alina
27
Jangan Menjadi Pengganggu
28
Rencana Jahat
29
Kemana?
30
Harta Kiara
31
Menyesali
32
Ara dan Gogo
33
Dia Milikku
34
Rencana Bulan Madu
35
Pupus
36
Bersekutu
37
Masuk Perangkap
38
Tidak Percaya
39
Kecurigaaan
40
Hamil
41
Jangan Pergi
42
Merasa Kehilangan
43
Ingin Tinggal
44
Hidup Baru
45
Masuk Ke Hutan
46
Menemukan mu
47
Pulang ke Rumah
48
Kebohongan Alina
49
Istri Kedua
50
Persiapan Pernikahan
51
Terbongkar
52
Jangan Pisahkan Kami
53
Janji Setia
54
Cinta Satu Malam
55
Tanda Lahir
56
Terlambat
57
Siapa Ayahnya?
58
Belum Siap
59
Gugurkan
60
Arin Pergi
61
Sahabatku
62
Berubah Pikiran
63
Tanggung Jawab
64
Menikah
65
Pria Malang
66
Menampung Orang
67
Carilah Pasanganmu
68
Panggilan Misterius
69
Tuan Muda
70
Foto Putri Kecil
71
Rahasia Besar
72
Kebenaran
73
Mama
74
Harus Kembali
75
Menjadi Ibu
76
Berpasangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!