Tolong Aku

Geo mengetukkan jari telunjuknya dia atas meja kerja pria itu. Dia tengah menunggu Kiara datang, beberapa kali mencoba menghubunginya namun tak ada jawaban.

"Kemana sih dia? Awas akan aku hukum nanti," batin Geo kesal.

Kiara perlu menghabiskan waktu hingga empat puluh menit untuk membeli makan siang itu. Dia sudah bisa mengira bagaimana reaksi Geo nanti. Pasti akan di marahi olehnya.

Kiara perlahan masuk ke dalam ruang kerja Geo, dia tengah duduk menghadap ke arah luar jendela kaca. Mendengar Kiara memanggilnya Geo memutar kursi yang dia duduki saat ini.Mata pria itu menelaah Kiara yang membawa makanan miliknya.

"Tahu apa salah kamu?" tanya Geo. Kiara mengangguk.

"Saya terlambat pak," jawab Kiara.

"Lalu?"

"Saya siap di potong gaji saya nantinya," balas Kiara. Apalagi yang gadis itu pikirkan jika melakukan kesalahan, pasti potong gaji.

"Siapa yang mau gaji kecilmu itu?" ucap Geo pedas. Kiara tahu pria itu sudah mulai mengajaknya untuk berperang. Tapi saat ini mood Kiara benar-benar buruk. Dia tidak ingin melampiaskannya pada Geo.

"Bersihkan seluruh lantai sepuluh ini sebagai hukumannya!" ucap Geo kejam. Kiara tidak mau berdebat lagi. Dia memilih menerimanya tanpa syarat.

"Baik pak saya akan melakukannya sesuai perintah!" jawabnya. Sambil pamit keluar ruangan dengan wajah yang suram.

Geo terkejut dengan sikap Kiara siang ini. Apa terjadi sesuatu saat dia membelikannya makanan untuknya tadi. Pikiran Geo kemana-mana.

"Ngapain. sih mikirin dia! Terserah dia mau ngapain di luar sana!" batin Geo kesal dengan dirinya sendiri.

Kiara mendapat tatapan dari banyak bawahan di perusahaan Geo. Mereka tengah bergosip di belakang Kiara.

" Ih kok asisten bos malah di suruh bersih-bersih!" bisik salah satu wanita pada wanita lain, saat melihat Kiara membawa peralatan bersih-bersih.

Sebenarnya, sudah waktunya pulang kerja. Tapi karena mendapat hukuman itu. Kiara harus tetap berada di perusahaan. Dan parahnya banyak sekali orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh. Kiara tidak memperdulikannya. Dia segera membersihkan ruangan di lantai sepuluh itu.

Hingga matahari mulai tenggelam, Kiara belum juga menyelesaikan hukumannya. Sedangkan di perusahaan mulai sepi. Dari ruangannya Geo memperhatikan Kiara. Pria itu puas telah meluapkan kekesalannya pada Kiara.

Tiba giliran ruang kerja Geo, Kiara enggan membersihkannya. Namun dia harus melakukannya. Setelah itu dia bisa segera pulang.

Kiara mulai membersihkan dengan hati-hati ruang kerja pria yang baginya sangat menyebalkan itu. Kiara tak melihat pria itu.

"Pasti dia sudah pulang!" batin Kiara. Dia yang kelelahan ingin beristirahat sebentar.

Kiara duduk bersandar di kursi kebesaran milik Geo saat bekerja.

"Enak juga duduk di sini!"gumam Kiara. Dia bersandar dengan santai di kursi itu. Hingga tak terasa dia tertidur di sana.

Kiara tidak tahu bahwa Geo masih berada di ruangan itu. Hanya di batasi oleh rak buku. Karena kebetulan di ruang itu ada tempat tidur untuk Geo jika harus lembur di kantornya.

Geo menatap Kiara dengan rasa heran bercampur kesal. Bisa-bisanya seorang gadis tidur di sembarang tempat seperti dia.

"Kalau di perhatiin sebenarnya dia manis jug,asal melepas kaca mata tebalnya ini!" gumam Geo. Dia memperhatiin setiap lekuk wajah Kiara.

Kiara tiba-tiba terjaga dan wajah pertama yangdia lihat adalah wajah Geo. Jelas dia terkejut.

"Ah pak Geo!" sentak Kiara sambil segera berdiri dari kursi kerja Geo.

"Enak tidurnya?" tanya Geo.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud seperti itu. Hukuman saya sudah selesai, saya akan segera pulang !" ucap Kiara hendak menghindari omelan dari Geo.

"Baiklah, sana pulang!" perintah Geo.

"Bapak tidak pulang?" tanya Kiara.

"Jangan panggil seperti itu di luar jam kerja."

Geo mengatakan hal itu sambil membereskan berkas yang masih berserakan di mejanya. Dia juga hendak pulang.

"Baik," Kiara segera keluar dari ruangan itu. Memilih untuk segera menghindar dari Geo. Dia mengembalikan alat-alat kebersihan yang tadi dia gunakan ke tempatnya kembali.

Namun saat hendak keluar dari ruang kebersihan. Pintunya sudah terkunci dari luar. Mungkin bagian petugasnya tidak melihat Kiara yang masih di dalam ruang itu.

"Ah kenapa ini? Kok ke kunci?" ucap Kiara mulai panik, kedua tangannya mencoba menarik gagang pintu itu. Agar terbuka, namun pintu itu memang benar-benar sudah terkunci.

"Hai, tolong siapa saja buka pintunya!" teriak Kiara sambil menggedor pintu. Namun tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya.

"Duh gimana nih! Ponselku di meja lagi!" ucapnya frustasi. Dia terduduk di lantai dan bersandar pada pintu.

Saat ini udara di ruang itu semakin dingin. Kiara yang hanya menggunakan kemeja dan celana selutut merasa kedinginan. Dia merapatkan kedua lututnya dan memeluk dirinya sendiri. Menggosok-gosok lengannya agar lebih hangat.

Di rumah, sang kakek hanya melihat Geo yang baru pulang. Andara menengok ke belakang cucunya, barangkali Kiara pulang bersama pria itu.

"Selamat malam kek," sapa Geo saat baru masuk ke dalam rumah.

"Iya Geo, dimana Kiara? Kenapa tidak pulang bersama?" tanya Andara.

"Kiara?" Geo balik bertanya.

"Iya, dia belum pulang. Kakek kira pulang bersama kamu," jawabnya.

"Hah, tapi dia sudah setengah jam yang lalu pamit pulang kok!" jawab Geo.

"Kakek jadi khawatir, coba kamu telepon dian" perintah Andara. Perasaannya mengatakan bahwa gadis itu dalam bahaya.

"Baik kek," Geo segera menghubungi ponsel Kiara. Namun tak ada jawaban dari gadis itu.

"Gimana?" tanya Andara panik.

"Gak di jawab kek!"

"Cepat kamu cari dia di kantor lagi! Barang kali masih di sana!" pinta Andara.

"Nggak ah, Geo capek. Biar pak sopir aja yang cariin dia!" jawab Geo malas.

"Kamu ini, dia itu kan tuna-," kalimat Andara terhenti saat dia menyadari mulutnya mengatakan sesuatu yang seharusnya masih menjadi rahasia.

"Apa? Tuna? Tuna apa kek?" desak Geo. Dia merasa sang kakek menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

"Bukan, bukan apa-apa kakek hanya salah bicara saja kok Geo.Kamu cari dia dulu!" Andara mencoba mengelak dari pertanyaan Geo.

"Gak, Geo tidak mau kalau kakek gak jujur sama Geo!" keduanya sama-sama mempertahankan pendirian masing-masing. Hingga Andara akhirnya mulai mengalah. Demi keselamatan Kiara.

"Kiara itu sebenarnya, tunangan kamu Geo!" ucap Andara. Geo terkejut mendengar apa yang di katakan oleh kakeknya.

"Apa tunangan ku?" tanya Geo sekali lagi.

"Benar Geo," Andara akhirnya menceritakan semua yang terjadi saat cucunya masih koma. Kecuali masa lalu Geo,Andara tidak mau mengungkitnya.

"Nggak kek, Geo gak mau tunangan dengan gadis sejelek dia! Apa kata orang-orang nanti?" tolak Geo dengan keputusan sepihak yang di ambil oleh kakeknya.

Episodes
1 Kiara
2 Inikah Keluarga
3 Kakek Andara
4 Harus Menerima
5 Perjodohan
6 Hal Aneh
7 Akhirnya Sadar
8 Balas Dendam
9 Tolong Aku
10 Terkunci Bersama
11 Cinta Tidak Bisa Di Paksa
12 Menikah dengan Ceo
13 Sahabat
14 Tinggal Berdua
15 Mati Lampu
16 Masa Lalu
17 Semangkok Mie
18 Makan Bersama
19 Aktifitas Malam
20 Cicit
21 Mulai Cemburu?
22 Tidak Dapat Mengendalikan Diri
23 Pesaing
24 Tak Akan Terulang
25 Gagal Lagi
26 Alina
27 Jangan Menjadi Pengganggu
28 Rencana Jahat
29 Kemana?
30 Harta Kiara
31 Menyesali
32 Ara dan Gogo
33 Dia Milikku
34 Rencana Bulan Madu
35 Pupus
36 Bersekutu
37 Masuk Perangkap
38 Tidak Percaya
39 Kecurigaaan
40 Hamil
41 Jangan Pergi
42 Merasa Kehilangan
43 Ingin Tinggal
44 Hidup Baru
45 Masuk Ke Hutan
46 Menemukan mu
47 Pulang ke Rumah
48 Kebohongan Alina
49 Istri Kedua
50 Persiapan Pernikahan
51 Terbongkar
52 Jangan Pisahkan Kami
53 Janji Setia
54 Cinta Satu Malam
55 Tanda Lahir
56 Terlambat
57 Siapa Ayahnya?
58 Belum Siap
59 Gugurkan
60 Arin Pergi
61 Sahabatku
62 Berubah Pikiran
63 Tanggung Jawab
64 Menikah
65 Pria Malang
66 Menampung Orang
67 Carilah Pasanganmu
68 Panggilan Misterius
69 Tuan Muda
70 Foto Putri Kecil
71 Rahasia Besar
72 Kebenaran
73 Mama
74 Harus Kembali
75 Menjadi Ibu
76 Berpasangan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Kiara
2
Inikah Keluarga
3
Kakek Andara
4
Harus Menerima
5
Perjodohan
6
Hal Aneh
7
Akhirnya Sadar
8
Balas Dendam
9
Tolong Aku
10
Terkunci Bersama
11
Cinta Tidak Bisa Di Paksa
12
Menikah dengan Ceo
13
Sahabat
14
Tinggal Berdua
15
Mati Lampu
16
Masa Lalu
17
Semangkok Mie
18
Makan Bersama
19
Aktifitas Malam
20
Cicit
21
Mulai Cemburu?
22
Tidak Dapat Mengendalikan Diri
23
Pesaing
24
Tak Akan Terulang
25
Gagal Lagi
26
Alina
27
Jangan Menjadi Pengganggu
28
Rencana Jahat
29
Kemana?
30
Harta Kiara
31
Menyesali
32
Ara dan Gogo
33
Dia Milikku
34
Rencana Bulan Madu
35
Pupus
36
Bersekutu
37
Masuk Perangkap
38
Tidak Percaya
39
Kecurigaaan
40
Hamil
41
Jangan Pergi
42
Merasa Kehilangan
43
Ingin Tinggal
44
Hidup Baru
45
Masuk Ke Hutan
46
Menemukan mu
47
Pulang ke Rumah
48
Kebohongan Alina
49
Istri Kedua
50
Persiapan Pernikahan
51
Terbongkar
52
Jangan Pisahkan Kami
53
Janji Setia
54
Cinta Satu Malam
55
Tanda Lahir
56
Terlambat
57
Siapa Ayahnya?
58
Belum Siap
59
Gugurkan
60
Arin Pergi
61
Sahabatku
62
Berubah Pikiran
63
Tanggung Jawab
64
Menikah
65
Pria Malang
66
Menampung Orang
67
Carilah Pasanganmu
68
Panggilan Misterius
69
Tuan Muda
70
Foto Putri Kecil
71
Rahasia Besar
72
Kebenaran
73
Mama
74
Harus Kembali
75
Menjadi Ibu
76
Berpasangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!