Hal Aneh

Arin dan Via bingung kenapa tiba-tiba Kiara bilang begitu.

"Jangan-jangan mbak mau nikah ya, tapi diam-diam tidak mengundang kami?" terka Via.

"Iya ya mbak?" Arin bahkan percaya saja ucapan Via.

"Kalian ini ngaco deh, jangan berfikiran aneh-aneh lagi!" ucap Kiara, raut wajahnya tampak begitu tegang saat kedua pegawainya itu menyinggung tentang pernikahan. Dia bukannya menikah namun sudah bertunangan. Tapi Kiara belum siap menceritakan hal itu pada keduanya.

"Iya deh mbak, ya udah yuk kerja lagi!" ajak Arin pada Via. Kiara merasa lega terbebas sementara waktu dari pertanyaan-pertanyaan keduanya.

Mereka kemudian kembali menggeluti pekerjaan yang selama ini menjadi tumpuan hidup mereka. Bahkan keluarga Kiara tidak mengetahui bahwa gadis itu membuka bisnis sendiri. Kiara memang tidak pernah memberitahu mereka. Yang mereka tahu bahwa Kiara bekerja sebagai karyawan toko saja. Bukan pemilik toko itu sendiri.

Kiara tidak bisa berlama-lama di toko. Meskipun sebenarnya dia sangat ingin, tapi dia sudah berjanji pada Andara untuk pulang sebelum senja. Gadis itu menyerahkan urusan toko pada Arin dan Via.

"Mbak pulang dulu, kalau ada apa-apa hubungi nomor barunya mbak yang tadi mbak kasih ya," pinta Kiara pada keduanya.

"Siap mbak! Perlu Via antar nggak?" tawar Via dengan senang hati.

"Udah Vi, kamu di sini saja. Mbak bisa naik taksi kok!" Kiara memakai jaket dan tasnya sebelum keluar dari toko itu.

"Hati-hati mbak," pesan Via. Kiara menyunggingkan senyumnya.

Tepat sebelum senja tiba, Kiara sampai di depan rumah milik Andara. Dia sudah di sambut oleh para pelayan. Saat masuk ke dalam rumah, tampak sang kakek sedang duduk di ruang tamu. Dia sedang menikmati secangkir kopi miliknya.

"Selamat malam kek, maaf Kiara sedikit terlambat," sapa Kiara.Andara tersenyum.

"Sudah tidak apa-apa, kamu istirahat dulu saja. Kamu tidur di kamar Geo saja," pinta Andara. Kiara tak percaya ucapan sang kakek yang memintanya tidur satu kamar dengan Geo. Meski pria itu tengah koma namun Kiara juga memiliki kewaspadaan pada seorang pria asing.

"Di kamar Geo kek?" tanya Kiara memastikan lagi.

"Iya, barangkali keajaiban akan terjadi. Geo akan sadar saat kamu sering mengajaknya bicara," ucap Andara antusias. Dia sangat berharap cucunya akan segera sadar. Dan dia yakin Kiara lah gadis yang bisa membuat Geo membuka matanya. Andara merasa Kiara memiliki sesuatu yang terlihat tulus.Dari tatapan mata gadis itu.

"Baik kek, kalau begitu Kiara ke kamar dulu ya," pamit Kiara. Andara tersenyum, Kiara segera melangkah ke kamar Geo.

Di tatapnya pria di atas ranjang itu, di samping pria itu masih ada ruang untuk Kiara tidur. Kiara berjalan ke arah ranjang dan duduk di sisi kosong ranjang itu. Dia tampak ragu untuk tidur di sana. Namun tak ada tempat lain di kamar itu selain ranjang king size milik Geo.

"Sudahlah! Lagi pula dia masih koma. Anggap saja sebagai guling!" gumam Kiara melonggarkan kewaspadaannya.

Keesokan harinya, Kiara merasa sesak karena sepertinya sesuatu menindih dirinya tepat di bagian perut gadis itu. Perlahan dia mulai terjaga, sang mentari bahkan sudah mulai meninggi saat kedua mata Kiara terbuka sempurna.

"Tangan siapa ini?" ucap Kiara, tubuhnya tertindih oleh sebuah lengan seseorang. Kiara lalu teringat bahwa dia tidur di atas ranjang milik Geo.

"Jangan-jangan dia sudah sadar?" batin Kiara panik. Tapi sebisa mungkin dia tenang. Tidak ingin menimbulkan kekacauan di pagi hari.

Wajahnya menoleh ke samping kanannya. Dan ternyata memang benar tangan milik Geo. Lengan kiri pria itu yang menindihnya.Gadis itu bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang yang sedang koma bisa menggerakkan lengannya sampai menindihnya. Sedangkan kedua matanya masih saja tertutup belum ada tanda-tanda akan sadarkan diri.

Kiara mulai menaruh curiga, jangan-jangan pria di sebelahnya itu sudah sadar semalam. Kiara memindahkan lengan milik Geo. Dia segera bangun dan memperhatikan wajah pria itu.

Dia memperhatikan dengan baik, mencoba menyentuh wajahnya. Mulai dari dahi, mata hidung dan juga bibirnya. Tidak ada reaksi apapun. Kiara merasa lega.

"Aku yang terlalu berfikir terlalu jauh, untung saja belum sadar. Tapi bagaimana dia bisa memindahkan lengannya?" tanya Kiara.

Hingga sebuah ketukan di pintu membuatnya harus menghentikan pikirannya untuk memikirkan hal apa yang semalam terjadi. Kiara segera membuka pintu kamar itu. Seorang kepala pelayan tersenyum ramah pada Kiara.

"Non, Kiara selamat pagi," sapa nya.

"Selamat pagi juga pak Juki," balas Kiara.

"Udah waktunya sarapan non, mau sarapan di meja makan atau di kamar?" tanyanya.

"Ah di meja makan saja pak, nanti saya akan segera turun," jawab Kiara.

"Baik non, saya akan memberitahu tuan Andara. Kiara menganggukkan kepala.

Saat Kiara sudah keluar dari kamar Geo. Jari-jari pria itu bergerak kecil. Alam bawah sadar pria itu sudah mulai mencoba untuk terbangun.

Kiara segera bergabung dengan Andara di meja makan. Mereka sarapan bersama, meski hanya berdua namun banyak sekali makanan yang ada di meja makan itu. Kiara begitu menyayangkan jika makanan sebanyak itu tidak termakan. Dia tidak mungkin bisa menghabiskan sendirian.

"Kiara!" panggil Andara.

"Ya kek," jawab Kiara.

"Besok kakek akan pergi dinas keluar negeri, mungkin sekitar satu minggu baru akan pulang. Kamu bisa kan menjaga Geo?" tanya Andara.

"Bisa kek, kakek tenang saja pergi dinasnya. Kiara akan menjaga Geo."

Andara sangat puas dengan jawaban gadis kecil di depannya itu.

"Baiklah, kalau begitu kakek bisa tenang. Jika terjadi hal-hal apapun kamu langsung hubungi kakek ya," pintanya lagi.

"Siap kek!" jawab Kiara, tak lupa dia menyunggingkan senyum khas miliknya. Senyum yang bisa meluluhkan hati siapapun jika melihatnya.

Keesokan harinya, Andara benar-benar pergi dinas. Kiara akhirnya hanya sendirian. Meski banyak pelayan di rumah itu namun Kiara merasa canggung jika harus bercanda dengan mereka. Karena mereka sangat kaku dan terlalu menghormatinya seperti majikan sendiri. Padahal Kiara tidak ingin di anggap seperti itu.

Gadis itu ingin berjalan-jalan di sekitar rumah megah itu. Tanpa sengaja dia menemukan sebuah tempat yang berisi beberapa foto yang terpajang di dindingnya. Dari foto-foto itu terlihat salah satunya adalah sang kakek saat masih muda. Kemudian seorang anak kecil yang tengah di pangkuannya.

Kiara yakin itu Geo, sejak kecil sampai sekarang wajahnya masih saja sama. Tak banyak berubah. Kiara menyentuh foto kecil milik Geo. Hatinya tiba-tiba tertawa kecil.

"Lucu banget sih, kenapa dia menggemaskan sekali di foto ini," ucap Kiara melihat Geo kecil.

Tapi anehnya Kiara tak melihat satupun foto kedua orang tuanya. Hanya ada Geo dan sang kakek saja.

"Kenapa kedua orang tuanya tidak ada?" batin Kiara bertanya-tanya.

Episodes
1 Kiara
2 Inikah Keluarga
3 Kakek Andara
4 Harus Menerima
5 Perjodohan
6 Hal Aneh
7 Akhirnya Sadar
8 Balas Dendam
9 Tolong Aku
10 Terkunci Bersama
11 Cinta Tidak Bisa Di Paksa
12 Menikah dengan Ceo
13 Sahabat
14 Tinggal Berdua
15 Mati Lampu
16 Masa Lalu
17 Semangkok Mie
18 Makan Bersama
19 Aktifitas Malam
20 Cicit
21 Mulai Cemburu?
22 Tidak Dapat Mengendalikan Diri
23 Pesaing
24 Tak Akan Terulang
25 Gagal Lagi
26 Alina
27 Jangan Menjadi Pengganggu
28 Rencana Jahat
29 Kemana?
30 Harta Kiara
31 Menyesali
32 Ara dan Gogo
33 Dia Milikku
34 Rencana Bulan Madu
35 Pupus
36 Bersekutu
37 Masuk Perangkap
38 Tidak Percaya
39 Kecurigaaan
40 Hamil
41 Jangan Pergi
42 Merasa Kehilangan
43 Ingin Tinggal
44 Hidup Baru
45 Masuk Ke Hutan
46 Menemukan mu
47 Pulang ke Rumah
48 Kebohongan Alina
49 Istri Kedua
50 Persiapan Pernikahan
51 Terbongkar
52 Jangan Pisahkan Kami
53 Janji Setia
54 Cinta Satu Malam
55 Tanda Lahir
56 Terlambat
57 Siapa Ayahnya?
58 Belum Siap
59 Gugurkan
60 Arin Pergi
61 Sahabatku
62 Berubah Pikiran
63 Tanggung Jawab
64 Menikah
65 Pria Malang
66 Menampung Orang
67 Carilah Pasanganmu
68 Panggilan Misterius
69 Tuan Muda
70 Foto Putri Kecil
71 Rahasia Besar
72 Kebenaran
73 Mama
74 Harus Kembali
75 Menjadi Ibu
76 Berpasangan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Kiara
2
Inikah Keluarga
3
Kakek Andara
4
Harus Menerima
5
Perjodohan
6
Hal Aneh
7
Akhirnya Sadar
8
Balas Dendam
9
Tolong Aku
10
Terkunci Bersama
11
Cinta Tidak Bisa Di Paksa
12
Menikah dengan Ceo
13
Sahabat
14
Tinggal Berdua
15
Mati Lampu
16
Masa Lalu
17
Semangkok Mie
18
Makan Bersama
19
Aktifitas Malam
20
Cicit
21
Mulai Cemburu?
22
Tidak Dapat Mengendalikan Diri
23
Pesaing
24
Tak Akan Terulang
25
Gagal Lagi
26
Alina
27
Jangan Menjadi Pengganggu
28
Rencana Jahat
29
Kemana?
30
Harta Kiara
31
Menyesali
32
Ara dan Gogo
33
Dia Milikku
34
Rencana Bulan Madu
35
Pupus
36
Bersekutu
37
Masuk Perangkap
38
Tidak Percaya
39
Kecurigaaan
40
Hamil
41
Jangan Pergi
42
Merasa Kehilangan
43
Ingin Tinggal
44
Hidup Baru
45
Masuk Ke Hutan
46
Menemukan mu
47
Pulang ke Rumah
48
Kebohongan Alina
49
Istri Kedua
50
Persiapan Pernikahan
51
Terbongkar
52
Jangan Pisahkan Kami
53
Janji Setia
54
Cinta Satu Malam
55
Tanda Lahir
56
Terlambat
57
Siapa Ayahnya?
58
Belum Siap
59
Gugurkan
60
Arin Pergi
61
Sahabatku
62
Berubah Pikiran
63
Tanggung Jawab
64
Menikah
65
Pria Malang
66
Menampung Orang
67
Carilah Pasanganmu
68
Panggilan Misterius
69
Tuan Muda
70
Foto Putri Kecil
71
Rahasia Besar
72
Kebenaran
73
Mama
74
Harus Kembali
75
Menjadi Ibu
76
Berpasangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!