Suami CEO
Seorang gadis tengah sibuk membereskan beberapa pakaian yang berserakan di lantai. Pakaian-pakaian itu adalah barang dagangan di toko kecilnya.
"Mbak Kiara, mbak istirahat dulu saja. Biar dan Via yang membereskannya nanti!" pinta Arin pada gadis manis bernama Kiara itu. Arin juga tak senggang. Dia juga tengah membungkus pesanan para pelanggan yang memesan secara online.
"Iya mbak biar kami saja yang beresin!" sahut Via dari luar ruangan. Di kedua tangan menenteng bungkusan makanan untuk makan siang mereka.
"Sudah tidak apa-apa kok. Lagian aku juga perlu membantu kalian," jawab Kiara santai. Via dan Arin hanya saling beradu pandang dan berakhir dengan menghembuskan napas panjang. Keduanya sudah hafal dengan sikap bos mereka itu.
Kiara Martina, gadis manis dengan lesung di kedua pipinya. Gadis yang mandiri dari usianya yang masih belia. Berkat kegigihannya dia kini memiliki sebuah toko pakaian sendiri. Meski masih terbilang kecil namun cukup untuk menghidupi dirinya dan dua karyawannya itu. Mereka berjualan secara online maupun offline. Dari hasil penjualannya Kiara bisa menabung sedikit demi sedikit untuk masa depannya kelak.
Kiara bukanlah anak tunggal. Dia memiliki adik tiri bernama Rena. Ibu tirinya bernama Sinta dan ayah kandung yang selalu sibuk bekerja,Tanan. Namun hubungan Kiara dan keluarganya tak terlalu baik. Kiara sering mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu tirinya,dan juga dari Rena. Sedangkan sang ayah hanya menutup mata atas perbuatan mereka.
Kiara menjadi pribadi yang pendiam dan tidak lagi ceria di rumah itu sejak sang ibu meninggalkannya. Di tambah siksaan dari ibu tiri dan juga adiknya membuat gadis itu semakin terpuruk.
"Arin,Via ayo istirahat dulu!" ajak Kiara pada kedua pegawainya. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Saatnya mengisi tenaga terlebih dahulu.
"Baik mbak!" jawab keduanya bersamaan. Mereka juga sudah lelah dan lapar. Via dan Arin mendekat ke tempat duduk di salah satu sudut ruangan itu. Di sana Kiara sudah menunggu. Kiara membuka bungkusan plastik berisi makanan yang tadi di beli oleh Via atas perintahnya. Kiara membagikan makanan itu untuk ketiganya.
Ketiganya mulai menikmati makan siang mereka. Tak ada rasa canggung antara Arin,Via dan Kiara. Meski gadis itu adalah bos mereka. Namun Kiara meminta sendiri agar kedua pegawainya bisa bersikap seperti sahabat bagi Kiara. Bahkan Kiara juga menganggap keduanya keluarga sendiri.
Arin dan Via terharu atas perlakuan Kiara pada mereka. Keduanya merasa nyaman saat bersama Kiara.Keduanya juga tahu bagaimana kehidupan keluarga Kiara. Gadia itu lebih sering berada di toko pakaian dari pada di rumah ayahnya.
Setelah lulus dari sekolah menengah akhirnya, Kiara fokus ke tokonya. Dia belum bisa melanjutkan pendidikannya kembali karena keterbatasan biaya.
Meski ayah gadis itu orang yang cukup kaya.,tak lantas dengan mudah Kiara mendapatkan biaya kuliahnya. Karena semua keuangan di pegang oleh ibu tirinya. Kiara hanya bisa berharap penghasilan dari usahanya sendiri. Selama toko itu baik-baik saja. Kiara akan tetap semangat mengumpulkan uang untuk kuliah nantinya.
Klinting!
Suara lonceng di depan pintu masuk toko berbunyi. Kiara dan kedua pegawainya menoleh ke arah sosok pria yang masuk ke toko barusan. Pria tinggi dengan tubuh tegapnya. Kedua matanya menyapu sekitaran isi di dalam toko itu. Kiara yang sudah menghabiskan makanannya segera berdiri untuk menyambut pelanggan barunya itu.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Kiara pada pemuda yang terlihat seusianya itu. Kiara mengenali siapa pria itu, dia Arman. Teman satu sekolah Kiara dahulu. Meski Arman tak mengenali penampilan Kiara saat ini. Tapi tak mungkin Kiara lupa dengan pria itu. Pria yang menjadi idola di satu sekolah saat itu. Arman membalas Kiara dengan senyuman, dia terlihat bingung dan juga terburu-buru.
"Saya sedang mencari pakaian untuk keponakan saya, usianya sekitar lima tahun. Apakah toko ini ada rekomendasi yang bagus untuknya?" tanya Arman sambil mengedarkan pandangannya ke arah pakaian anak yang tertata rapi tak jauh dari dirinya berdiri saat ini.
"Oh tentu saja, kami memiliki banyak koleksi baru untuk anak-anak. Silahkan ke arah sini tuan," ucap Kiara sopan. Arman mengangguk dan mengikuti langkah Kiara menuju deretan pakaian anak-anak. Arman mulai memilah-milah beberapa setel pakaian anak-anak. Kiara juga tak lupa membantu merekomendasikannya pada Arman.
Setelah selesai memilih, Arman memberikan pakaian itu pada Kiara untuk di bungkus terlebih dahulu. Kiara berjalan menuju meja kasir dan segera membungkus pesanan milik Arman itu. Dari tempatnya duduk dua pegawai Kiara tak berhenti memperhatikan Arman. Keduanya tersihir oleh ketampanan pria itu. Idola sekolah dimasanya, bahkan sampai saat ini pun masih menjadi idola bagi para gadis yang melihatnya.
Kiara hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah kedua pegawainya itu. Sedangkan pria yang mereka perhatikan tengah sibuk menelepon.
"Berapa total semuanya ya mbak?" tanya Arman saat dia selesai menelepon kepada Kiara. Pria itu benar-benar tak memperhatikan wajah Kiara. Dia tak mengenali Kiara saat ini. Di dalam hati Kiara hanya tertawa geli.
"Bagaimana mungkin dia bisa mengingat gadis culun sepertiku?" gumam Kiara di dalam hati.
"Tunggu apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Arman saat tak sengaja memperhatikan wajah Kiara. Gadis itu menghentikan kegiatan membungkus pesanannya.
"Sepertinya belum pernah tuan," jawab Kiara sambil melemparkan senyum manisnya. Arman hanya mengangguk kecil sebagai tanda dia mengerti.
"Totalnya lima ratus ribu rupiah tuan," Kiara menyodorkan pesanan Arman beserta total yang harus dia bayarkan. Arman segera mengambil uang dari dompet dan segera membayarnya.
"Terima kasih, semoga puas berbelanja di sini," ucap Kiara ramah. Arman tersenyum dan segera keluar dari toko itu. Kiara merasa lega bisa terbebas dari pandangan Arman yang penasaran pada dirinya. Salah satu kelemahan Kiara adalah dia merasa tidak percaya diri saat bertemu dengan pria tampan seperti Arman.
Arin dan Via segera berlari ke arah Kiara. Keduanya penasaran dengan siapa pria itu, terlihat begitu akrab dengan Kiara. Dan juga dari tatapan mata Kiara, sepertinya bos mereka itu mengenalnya.
"Mbak tampan banget sih pria tadi, mbak Kiara mengenalnya ya? Kenalin ke kita dong!" pinta Arin penasaran.
"Nggak kok, mbak nggak kenal," bohong Kiara, dia enggan menanggapi celoteh kedua pegawainya itu. Mereka bisa khilaf jika bertemu pria tampan.
"Yah sayang sekali, padahal aku pengen kenal sama dia mbak," gerutu Arin.
"Udah-udah kembali kerja dulu, jangan mikirin pria tampan lagi," ajak Kiara mengakhiri khayalan dua pegawainya itu. Keduanya mengangguk dan kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing. Kiara hanya bisa menggelengkan kepalanya,ketika melihat dua orang yang sudah bersamanya selama lima tahun itu. Merekalah yang memberi semangat untuk Kiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments