Kini suasana menjadi sunyi dikala suara jangkrik bernyanyi mengiringi heningnya malam hari ini. Setelah percakapan mereka, tak ada lagi diantara mereka yang lagi bicara.
Bruk
Bruk
Bruk
Suara keras terdengar begitu nyaring membuat semua tersadar dari tidurnya, mereka semua duduk diam dengan wajah lesu dan mata yang masih merah, mereka semua menatap Syuaib yang kini memegang sebuah wajan berserta besi yang telah menghasilkan suara berisik itu.
"Bangun! Bangun!" teriaknya lalu kembali memukul wajah membuat Islam menutup kedua telinganya dengan wajah kesal.
"Aaaaaaa!!!! Heh, lo kurang kerjaan banget sih, ngapain sih lo berisik banget," kesalnya dengan kedua mata melototnya.
"Iya nih, ngapain sih? Lo mau babak belur lagi kayak kemarin-kemarin?" ujar Ali.
Syuaib menghela nafas panjang sambil menggeleng pelan.
"Kalau mau pukul ana silahkan! Ana tidak akan mundur tapi pak kiyai yang akan maju."
"Maksud lo?" tanya Islam yang sangat sensitif jika sesuatu hal yang berhubungan dengan Abah Habib.
"Abah Habib yang nyuruh ana bangunin antum semua, kalau antum nggak mau bangun yah itu urusan antum. Saya permisi, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," pamitnya lalu melangkah keluar tanpa menutup pintu sambil memukul wajan itu dengan besi, sepertinya Syuaib membangunkan santri di kamar sebelah.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Sarifuddin yang kini telah memakai pecinya.
"Kamu mau kemana?" tanya Kristian.
"Mau ke masjid."
"Buat apa?"
"Buat sholat, masa mau makan."
"Emang di masjid bisa makan?" tanya Ali yang kini mulai penasaran.
Sarifuddin yang melangkah sambil merapikan sajadah di bahunya itu mulai menoleh sambil tersenyum lebar.
"Kalau penasaran ki ikut mi saya saja ke masjid biar kita semua tau!" ajaknya lalu kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Islam, Kristian, Abirama dan Ali yang kini terdiam lalu saling bertatapan di atas tempat tidurnya.
Semuanya masih terdiam tak tau harus melakukan apa kali ini. Untuk beberapa saat suasana menjadi sunyi.
"Saya ikut!!!" teriak Abirama yang dengan cepat berlari keluar dari ruangan membuat Islam, Kristian dan Ali langsung menoleh.
"Ram!!! Mau kemana lo?!!" teriak Ali.
"Masjid!!!" teriaknya yang masih belum terlalu jauh.
"Lo mau ngapain anjing?!!!" teriak Ali.
Tak ada jawaban, ia sudah jauh untuk mendengar teriakan Ali.
"Mau ngapain sih tuh bocah malah ikut ke masjid?"
"Mungkin si Abirama mau ikut sholat atuh," tebak Ali yang kini merapikan posisi tidurnya sambil menarik selimutnya dengan santai.
"Lah si Abirama, kan Hindu," ujar Ali.
Mendengar hal itu membuat kedua mata Kristian terbelalak dan segera bangkit dari tempat tidurnya.
"Oh iya, si Abirama, kan Hindu terus ngapain dia ikut ke masjid?" kaget Kristian lalu segera berlari keluar dari ruangan kamar.
"Abirama tunggu!!!" teriaknya.
Islam dan Ali kini menoleh saling bertatapan, di dalam ruangan kamar tersisa ia berdua.
"Gimana nih?" tanya Ali membuat Islam tertunduk lalu menoleh menatap pintu ruangan kamar yang masih terbuka.
"Gue ikut ah, mana tau ada makanan," ujar Ali lalu ikut berlari keluar dari ruangan kamar meninggalkan Islam yang kedua matanya terbelalak kaget.
"Loh Ali!!!" teriak Islam yang kini melangkah turun dari ranjangnya.
"Mau kemana?!!"
"Masjid!!!"
Islam berlari dan berdiri di bibir pintu menatap Ali yang kini masih berlari.
"Masa lo juga mau ke masjid?!! Gimana sama rencana kita?!!" teriaknya.
Masjid Al Habibi Akbar 🕌
"Sarifuddin tunggu!!!" teriak Ali yang kini menghampiri Sarifuddin, Kristian dan Abirama dengan nafas sesaknya serta wajahnya yang telah memerah setelah berlari.
"Mau ikut sholat juga?" tanya Sarifuddin yang kini berjalan beriringan.
"Mau cari makan. Di masjid ada makanan nggak?" tanya Ali.
"Nanti kita liat sendiri."
"Emangnya ini tempatnya dimana atuh?" tanya Kristian.
"Itu sana eh!" Tunjuk Sarifuddin ke arah depan membuat Kristian, Abirama dan Ali menoleh.
Bangunan masjid besar berwarna putih yang terlihat sangat terang dengan penerangan lampu dimana-mana. Ada banyak santri-santri yang melangkah menuju masjid. Sebelum memasuki masjid maka kita akan disambut oleh 99 anakan tangga yang berhasil membuat Kristian, Abirama dan Ali mendongak. Mereka terdiam dengan mulut yang menganga untuk waktu beberapa menit, cukup lama bahkan mereka tak sadar jika beberapa santri yang ingin melangkah menaiki tangga sedang menatapnya dengan tatapan takut. Bagaimana bisa mereka tidak takut jika mereka lah yang membuat para santri kocar-kacir di lapangan.
"Kenapa Ki diam?" tanya Sarifuddin yang kini menyentuh pundak Kristian yang langsung menoleh setelah merasakan telapak tangan Sarifuddin yang basah.
"Kok tangan kamu basah?"
"Saya sudah berwudhu, kita endak mau berwudhu juga kah?" tanya Sarifuddin.
"Buat apa atuh?"
"Yah biar-"
"Woy!!!" teriak Islam yang kini menghentikan langkahnya setelah berlari mengejar mereka.
"Hah hah hah lo....lo brengsek lo jadi sahabat masa gue...lo ninggalin gue," protesnya dengan nafas ngos-ngosan.
"Ke sini juga lo ternyata," ujar Ali lalu tertawa.
"Lo tuh, Lo lupa sama rencana kita?" tanya Islam mengingatkan.
"Ingat anjing," kesalnya.
"Yah terus kenapa lo tetap ikut ke masjid?"
"Gue mau cari makanan di masjid," jawabnya.
Kristian menghela nafas lalu ia menoleh menatap Sarifuddin yang kini sudah menaiki anakan tangga bahkan ia sudah cukup jauh.
"Sarifuddin tunggu!!!" teriak Kristian yang langsung berlari mengejar Sarifuddin membuat Islam, Abirama dan Ali menoleh.
Tak mau kalah Abirama ikut berteriak memanggil Sarifuddin dan Kristian lalu ia segera berlari menaiki tangga.
Tak berselang beberapa detik Ali ikut berlari menaiki tangga menggunakan sepatu membuat Islam terbelalak.
"Sepatu lo tuh!!!" teriak Islam.
Ali menghentikan larinya lalu menunduk menatap sepatu hitam yang masih melekat pada kedua kakinya. Ali menoleh menatap setiap santri yang melepas alas kakinya sebelum menaiki anakan tangga.
"Nih ambil nih!!!" teriak Ali yang melempar sepatunya ke arah Islam.
Islam dengan cepat menghindar dari sepatu sebelah kiri Ali yang terlihat terjung ke arahnya.
Plak
Sepatu hitam dengan hiasan berduri itu mendarat tepat di dahi Syuaib yang nampak berjalan bersama Abah Habib, Akbar, Akbir dan Firdaus.
Syuaib yang sejak tadi tertawa langsung tersentak dan seketika tubuhnya terpatung membuat Islam dan Ali terkejut bukan main.
Bruak
Tubuh Syuaib terkulai lemas di atas tanah membuat Abah habib, Akbar, Akbir dan Faizal menjadi panik bukan hanya mereka tapi juga dengan santri yang dengan cepat berlari mengerumuni Syuaib.
"Mampus gue," bisik Ali lalu menunduk menatap Islam yang kini mendongak menatapnya.
"Gila luh!" Tunjuk Islam ke arah Ali.
"Kabur!" bisik Ali yang kemudian berlari menaiki anakan tangga yang masih cukup banyak untuk mencapai permukaan masjid.
"Ali tungguin gue!!!" teriak Islam lalu ikut berlari.
Mendengar suara teriakan Islam, Akbar langsung menoleh dan bangkit dari kerumunan yang mengerumuni Syuaib yang belum juga sadarkan diri.
Akbar menghela nafas dikala ia menatap Islam yang sesekali menoleh menatap ke arah kerumunan membuat Akbar yakin jika ini semua adalah perbuatan Islam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Siska Ika
semangat yah
2022-04-23
0
Siska Ika
yg salah itu si Ali bukan si Islam, masa si Islam di salain, kasian banget si Islam
2022-04-23
0