8. Pesantren

Mawar hanya mampu tertunduk di hadapan Akbar yang sudah sejak tadi melontarkan kalimat kecewanya yang begitu panjang seakan mengeluarkan semua kekecewaannya itu pada sang istri yang menurut Akbar telah gagal dalam mendidik Islam.

Akbar sama sekali tak menyangka jika putra satu-satunya itu tumbuh menjadi anak geng motor dan berpenampilan seperti preman pasar. Akbar tak bisa membayangkannya jika semua orang-orang di pesantren tahu jikalau anak dari Akbar dan cucu seorang kiai yang sangat dihormati memiliki anak yang tidak berpendidikan dalam hal agama. Menurut Akbar agama adalah nomor satu apapun itu.

"Sepertinya-" Semua orang menoleh, Mawar, Akbar dan Syuaib menoleh menatap Abah Habib yang akhirnya buka suara saat sejak tadi suasana menjadi sunyi setelah Akbar melontarkan kekecewaannya kepada Mawar.

"Sudah Abah putuskan baik-baik hal ini jika Islam akan Abah bawa ke pesantren dan menetap di sana sampai Islam paham agama."

Mawar membuka mulut rasanya ia ingin bicara tapi ia takut jika nanti ujarannya mendapat bantahan dari Akbar.

"Saya setuju Abah, Islam harus kita bawah ke pesantren agar mendapat didikan agama Islam yang sebenarnya. Akbar tidak mau jika Islam menjadi anak yang bebas bersikap kepada siapa saja tanpa memiliki sopan santun seakan tidak pernah dididik agama oleh orang tuanya."

Mawar seakan tersinggung dengan ujaran Akbar membuatnya melirik menatap Akbar yang rupanya sedang menatapnya. Sudah jelas jika kalimat itu untuk Mawar.

"Mawar!"

Mawar menoleh menatap Abah Habib yang kini tersenyum menatapnya walau sejujurnya senyum itu menyimpan kekecewaan.

"Iya, Abah."

"Antum setuju kan kalau Islam tinggal di pesantren?"

Mawar tersenyum lalu mengangguk tanda setuju.

"Setuju, Abah."

"Alhamdulillah. Antum tenang saja! Islam akan baik-baik saja di sana. Abah akan sesekali membawa Islam ke sini untuk bertemu dengan antum."

"Bertemu?" tanya Mawar tak mengerti.

Mawar memajukan dudukannya seakan ingin mendengar lebih jelas apa arti dari kalimat Abah Habib.

"Tunggu! Afwan Abah. Bertemu bagaimana maksud Abah?"

"Iya, Islam akan Abah bawah ke pesantren dan Abah akan sesekali membawa Islam ke sini untuk bertemu dengan antum," jelasnya.

"Apa maksudnya ana tidak ikut ke pesantren, Abah?" tanya Mawar sambil menyentuh dadanya.

Abah Habib tersenyum lalu menggeleng dan sudah jelas jawabannya berarti tidak. Mawar tak ikut ke pesantren.

"Kenapa?"

"Mawar, di pesantren tempat untuk menuntut ilmu agama, bukan untuk pergi jalan-jalan," ujar Akbar.

"Lalu ana akan berpisah dengan Islam? Mawar tidak bisa berpisah dengan Islam."

"Mawar!" panggil Abah Habib membuat Mawar menoleh.

"Abah akan menyempatkan waktu untuk membawa Islam ke rumah agar bisa bertemu dengan antum."

"Tapi-"

"Mawar, ini demi kebaikan Islam sendiri. Ini juga terjadi karena kamu sendiri. Andai saja kamu mendidiknya dengan baik maka-"

"Akbar!" tegur Abah Habib ketika nada bicara Akbar kembali terlontar dengan tegas.

Akbar menghentikan ujarannya lalu menarik nafas panjang. Rasa kekecewaannya kepada sang istri tak bisa ia tahan.

"Tidak usah diperpanjang!" ujar Abah Habib membuat Akbar mengangguk pelan lalu menunduk.

"Antum setuju kan, Mawar?" tanya Abah Habib.

Mawar tertunduk sambil memeras jarinya. Sejujurnya ia tak ingin berpisah dari Islam. Selama ini Mawar tak pernah berpisah dari Islam lalu bagaimana jika Mawar harus berpisah jarak antara ia dan Islam, tak sanggup rasanya.

"Ini demi kebaikan Islam," tambahnya membuat Mawar mengangkat pandangannya menatap Abah Habib.

"Widih, lagi bahas apaan nih? Kayaknya seru banget," ujar Islam yang terlihat melangkah menuruni anakan tangga membuat orang-orang yang berada di ruangan keluarga itu menoleh.

"Islam, kemari Nak! Abah mau ngomong sesuatu!" panggil Abah.

"Ngomong apaan?" tanya Islam yang kini sedang memasang jaket hitamnya.

Mawar yang melihat gerak-gerik Islam akan pergi itu membuat Mawar bangkit dari kursi dan menghampiri Islam.

"Islam mau kemana?"

"Ke basecamp," jawabnya singkat lalu meraih kunci motor dan helm hitamnya.

"Islam, Abah mau ngomong sesuatu," ujarnya memberitahu.

"Ayo duduk!" ajaknya sambil menepuk permukaan kursi.

"Nanti aja deh, Islam buru-buru soalnya," tolaknya lalu melangkah.

"Islam!" panggil Mawar yang kini memegang pergelangan tangan Islam dengan nada suara lembutnya.

"Lima menit saja, Nak. Ini itu penting," jelasnya lagi.

"Nanti aja lah, Umi. Nanti kalau Islam balik dari nongkrong nanti baru Abah ngomong, yah?"

"Tapi Islam-"

"Islam!!!" teriak Akbar membuat semuanya tersentak kaget dan menoleh menatap Akbar yang kini telah berdiri dengan wajah marahnya.

Akbar melangkah mendekati Islam yang kini menatap Abi nya dengan tatapan tak senang. Jujur saja Islam tak suka dibentak oleh siapa pun.

"Abi, tolong jangan-"

Ujaran Mawar terhenti ketika Akbar mengangkat tangannya ke arah Mawar, menyuruh Mawar untuk diam.

"Mau kemana?" tanya Akbar.

"Gue mau ke basecamp," jawabnya.

"Islam!" tegur Mawar ketika cara bicara Islam yang tak sopan.

Akbar menggeleng dengan tatapan tak menyangka.

"Ini hasil didikan antum?" tanya Akbar sambil menunjuk Islam dengan tatapannya yang menatap Mawar.

"Nggak usah nunjuk gue!" ujar Islam sambil menghempas tangan Akbar membuat kedua mata Akbar terbelalak kaget.

"Berani antum!!!" teriak Akbar yang kini berusaha untuk menarik kerah baju Islam yang dengan cepat dijauhkan oleh Mawar.

"Emang gue berani!!!" teriak Islam yang juga berniat untuk mendekati Akbar.

Di satu sisi lain Syuaib berlari dan memegang tangan Akbar agar tak melangkah mendekati Islam.

"Dasar anak kurang ajar!!!" teriak Akbar.

"Akbar!" panggil Abah Habib yang kini melangkah dan mendekati Akbar dan mengusap punggungnya.

"Heh! Lo denger yah! Kalah lo emang mau anak lo ini nggak kurang ajar, harusnya lo bisa ada disaat dia butuh didikan orang tuanya tapi lo sebagai Ayah nggak bisa ngedidik Anak lo sendiri dan lebih memilih ngedidik orang lain dengan ilmu agama," jelas Islam.

"Lo kemana aja selama ini?"

"Lo cuman sibuk sama tugas lo sebagai ustad dan dosen tapi lo lupa sama tugas lo sebagai Ayah!!!" teriak Islam.

"Lo bilang kalau Umi gagal mendidik Islam lalu apa didikan yang lo kasih ke Islam! Ada nggak?

Akbar terdiam, tak ada jawaban.

"Nggak ada kan? Karena lo nggak ada waktu buat keluarga."

"Bahkan tahun lalu lo bilang kalau lo mau pulang ke rumah tapi apa? Lo nggak datang kan? Dan lo tau nggak kalau Umi-"

"Islam!" tegur Mawar yang kini menutup mulut Islam agar berhenti untuk bicara.

"Biar Umi, Iskan mau ngomong!" ujarnya menggenggam tangan Mawar.

Islam menoleh menatap Akbar yang tak lagi menatapnya dengan marah.

"Umi nangis," sambung Islam.

Akbar menoleh menatap Mawar yang kini terlihat tertunduk.

"Umi sedih karena lo nggak datang dan sekarang lo berani ngebentak gue."

Islam melepas genggaman tangannya di pergelangan tangan Mawar lalu beranjak, ia melangkah pergi tanpa memperdulikan Akbar dan Mawar yang memanggilnya.

"Islam!" panggil Abah Habib membuat Islam menghentikan langkahnya.

"Abah mau bicara, setelah bicara antum boleh pergi," ujarnya.

Terpopuler

Comments

Muhammad Yusuf

Muhammad Yusuf

jangan salah kan anaknya yg salah itu orang tuanya

2022-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. Islam Ramadhan
2 2. Puasa ?
3 3. Tidak?
4 4. Puasa itu apa?
5 5. Katrin Putri Wijaya
6 6. Preman?
7 7. Islam?
8 8. Pesantren
9 9. Harus?
10 10. Bimbang
11 11. Keluar!
12 12. Baju koko
13 13. Ikut
14 14. Perjalanan
15 15. Sholat
16 16. Pesantren
17 17. Peraturan
18 18. Peraturan part 2
19 19. Malam
20 20. Sholat Subuh
21 21. Tidur
22 22. Hukuman
23 23. Kelas
24 24. Dia
25 25. Antri Dan Sholat
26 26. Besok Puasa
27 27. Sahur!!!
28 28. Puasa Itu?
29 29. Puasa Pertama
30 30. Puasa Pertama~Hukuman~
31 31. Lari!!!
32 32. Buka
33 33. Tarawih
34 34. Telpon
35 35. Pulang
36 36. Sendiri
37 37. Kabur
38 38. Diskotik
39 39. Jangan Lari!!!
40 40. Siapa gue?
41 41. Bangku Di Atas Bukit.
42 42. Cadar
43 43. Kangkung
44 44. Bayangan
45 45. Pasar
46 46. Kisah Pasar
47 47. Antara Ia dan dia
48 48. Bantuan
49 49. Kembali Bertengkar
50 50. Wudhu
51 51. Bacaan Sholat
52 52. Hapalan
53 53. Buku Dan Santriwati.
54 54. Al-Qur'an.
55 55. Hijaiyah
56 56. Kisah Sarifuddin.
57 57. Dijodohkan.
58 58. Setuju?
59 59. Al-Fatihah
60 60. Setuju
61 61. Cemburu.
62 62. Tujuh
63 63. Sudah bisa?
64 64. Imam Masjid
65 65. Imam Masjd part 2
66 66. Rayu Hati Allah
67 67. Lailatul Qadar
68 68. Dia Islam?
69 69. Kata Maaf
70 70. Bubur.
71 71. Vidio Call
72 72. Vidio Call Part 2
73 73. Perjodohan Dibatalkan
74 74. Mencintai Khadijah
75 75. Melamar Khadijah?
76 76. Lamaran
77 77. Cadar
78 78. Ini Hati, Khadijah
79 79. Sakit Dan Persahabatan
80 80. Bintang dan Matahari
81 81. Cemburu
82 82. Menolong Siapa?
83 83. Undangan
84 84. Persiapan Pernikahan
85 85. Katrin! Bukan Islam!
86 86. Malam Takbiran
87 87. Hari Raya Idul Fitri
88 88. Pernikahan
89 89. Akad Nikah
90 90. Sah!!!
91 91. Malam Pertama
92 92. Kapan?
93 93. Jakarta
94 94. Siapa yang menggoda?
95 95. Hari Yang Indah
96 96. Welcome
97 Dari Emak Untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Islam Ramadhan
2
2. Puasa ?
3
3. Tidak?
4
4. Puasa itu apa?
5
5. Katrin Putri Wijaya
6
6. Preman?
7
7. Islam?
8
8. Pesantren
9
9. Harus?
10
10. Bimbang
11
11. Keluar!
12
12. Baju koko
13
13. Ikut
14
14. Perjalanan
15
15. Sholat
16
16. Pesantren
17
17. Peraturan
18
18. Peraturan part 2
19
19. Malam
20
20. Sholat Subuh
21
21. Tidur
22
22. Hukuman
23
23. Kelas
24
24. Dia
25
25. Antri Dan Sholat
26
26. Besok Puasa
27
27. Sahur!!!
28
28. Puasa Itu?
29
29. Puasa Pertama
30
30. Puasa Pertama~Hukuman~
31
31. Lari!!!
32
32. Buka
33
33. Tarawih
34
34. Telpon
35
35. Pulang
36
36. Sendiri
37
37. Kabur
38
38. Diskotik
39
39. Jangan Lari!!!
40
40. Siapa gue?
41
41. Bangku Di Atas Bukit.
42
42. Cadar
43
43. Kangkung
44
44. Bayangan
45
45. Pasar
46
46. Kisah Pasar
47
47. Antara Ia dan dia
48
48. Bantuan
49
49. Kembali Bertengkar
50
50. Wudhu
51
51. Bacaan Sholat
52
52. Hapalan
53
53. Buku Dan Santriwati.
54
54. Al-Qur'an.
55
55. Hijaiyah
56
56. Kisah Sarifuddin.
57
57. Dijodohkan.
58
58. Setuju?
59
59. Al-Fatihah
60
60. Setuju
61
61. Cemburu.
62
62. Tujuh
63
63. Sudah bisa?
64
64. Imam Masjid
65
65. Imam Masjd part 2
66
66. Rayu Hati Allah
67
67. Lailatul Qadar
68
68. Dia Islam?
69
69. Kata Maaf
70
70. Bubur.
71
71. Vidio Call
72
72. Vidio Call Part 2
73
73. Perjodohan Dibatalkan
74
74. Mencintai Khadijah
75
75. Melamar Khadijah?
76
76. Lamaran
77
77. Cadar
78
78. Ini Hati, Khadijah
79
79. Sakit Dan Persahabatan
80
80. Bintang dan Matahari
81
81. Cemburu
82
82. Menolong Siapa?
83
83. Undangan
84
84. Persiapan Pernikahan
85
85. Katrin! Bukan Islam!
86
86. Malam Takbiran
87
87. Hari Raya Idul Fitri
88
88. Pernikahan
89
89. Akad Nikah
90
90. Sah!!!
91
91. Malam Pertama
92
92. Kapan?
93
93. Jakarta
94
94. Siapa yang menggoda?
95
95. Hari Yang Indah
96
96. Welcome
97
Dari Emak Untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!