19. Malam

Suara jengkrik terdengar mengisi malam yang kini terasa sepi, setelah Sarifuddin keluar dari kamar tak ada lagi dari mereka yang bicara. Setelah menghabiskan waktu Maghrib-nya untuk tidur kini jam menunjukan pukul delapan malam. Keempatnya kini terlihat masih berbaring di atas kasurnya masing-masing.

"Aaaaaa!!!" teriak Ali secara tiba-tiba membuat Islam, Kristian menoleh dan begitupun juga dengan Abirana yang langsung mendongak.

"Kenapa sih teriak-teriak kayak orang kesurupan?" tanya Abirama.

"Kambuh kali ni," sahut Kristian.

Ali yang duduk di kasurnya itu nampak mengusap kasar rambutnya lalu kembali membaringkan tubuhnya ke kasur seperti orang stres.

"Nggak enak banget kalau nggak ada handphone tau nggak. Kek orang bego gue," jelasnya.

"Kan emang lo bego," ujar Islam.

"Emang kenapa? Kamu mau telpon Amma kamu yah?" tebak Abirama.

"Nggak anjing, gue mau nonton bokep," jawabnya membuat Islam, Kristian dan Abirama yang sejak tadi khawatir kini mendengus kesal lalu kembali pada kesibukannya masing-masing.

"Ah rasanya tubuh gue lemas gitu, kayak nggak ada semangatnya gitu. Bokep itu sumber tenaga bagi gue, jadi kalau gue nggak nonton yah nggak bisa gerak gue."

"Yah itu mah lo aja yang sangean, otak lu terlalu kotor sih makanya kayak gitu," ujar Islam yang masih menatap bagian bawah ranjang besi yang ditempati oleh Kristian.

"Lo Islam, kalau lo gimana? Kayaknya lo juga nggak rela kalau handphone lo diambil orang tua itu."

Islam terdiam, ia memiringkan tubuhnya agar wajahnya yang sedih disaat ia mengingat Umi tak dilihat oleh Ali yang menatapnya.

"Nggak biasa aja tuh," bantah Islam.

Ali memonyongkan bibirnya dan mendecapkan-nya.

"Gue juga mau ngerokok nih. Tan!" panggil Ali membuat Kristian yang sedari tadi menatap tulisan kaligrafi Al Qur'an yang terpajang di dinding.

"Apa?" sahutnya.

"Lo bawa rokok kan?"

"Ada di tas."

"Ngerokok yuk!"

"Eh mana boleh! Kata pak Kiyai nggak boleh ngerokok," ujar Abirama mengingatkan.

"Emang kenapa sih? lagian siapa yang mau denger tuh perintah si tua itu."

"Hati-hati kamu kalau ngomong, cucunya ada situ tuh!" Tunjuk Kristian ke arah Islam yang masih membelakangi mereka semua.

"Ah, cucunya aja nggak sopan terus nggak peduli apalagi gue," ujar Ali.

"Ah berisik banget sih lo semua," kesal Islam yang kini mengusap daun telinganya.

"Wah mati kelaparan kita," ujar Abirama membuat Islam, Kristian dan Ali yang langsung menoleh menatap Abirama yang berdiri di depan kertas berisi peraturan pesantren.

"Kenapa, Ram?" tanya Kristian.

"Ini waktu makan malam kita udah habis."

"Habis gimana maksud lo?" tanya Islam yang kini telah duduk di pinggir kasurnya.

"Di peraturan tertulis kalau makan malam itu dimulai jam delapan malam."

Mendengar hal itu membuat Kristian dengan cepat menatap jam di tangannya.

"Sekarang udah mau jam sembilan malam," ujar Kristian.

"Loh berarti kita semua nggak makan dong," ujar Ali.

"Mati dong kita," ujar Islam.

"Udah mau waktunya tidur," ujar Abirama.

"Hapal banget lo sama peraturan," ujar Ali.

"Yah namanya juga kita menumpang hidup di sini berarti kita harus mematuhi peraturan yang ada di sini," jelas Abirama yang masih menatap keras peraturan.

"Lo jangan terlalu patuh sama peraturan di pesantren! Ingat agama lo apa!" ujar Ali mengingatkan.

Percakapan mereka terhenti disaat pintu dibuka oleh Sarifuddin membuat semua orang menoleh menatap Sarifuddin yang terlihat tersenyum.

"Assalamualaikum," ujarnya memberi salam lalu menutup pintu.

Tak ada jawaban salam dari mereka berempat. Mereka hanya menatap serius ke arah mana Sarifuddin melangkah. Sarifuddin melangkah ke arah ranjangnya yang berada di tengah antara ranjang bertingkat milik Ali dan Abirama di sebelah kiri dan ranjang bertingkat milik Kristian dan Islam di sebelah kanan.

Sarifuddin melepas baju koko, sarung dan peci lalu menggantinya dengan kaus biasa dan sarung hitam. Sarifuddin kemudian berbaring di tempat tidurnya setelah membaca doa sementara Islam, Kristian, Abirama dan Ali hanya terdiam menatap setiap gerakan tubuh pria yang selalu tersenyum lebar itu. Kedua mata Sarifuddin terpejam membuat keempatnya saling bertatapan, apakah pria berkulit sawo matang itu sudah tertindur? Semudah itu?

"Lo udah tidur?" tanya Islam yang duduk di pinggir kasurnya menghadap ke arah Sarifuddin yang kedua matanya telah tertutup rapat.

"Belum," jawabnya.

"Terus? Ngapain tutup mata?" tanya Islam lagi.

Mata kiri Sarifuddin terbuka menatap Islam yang masih menatapnya.

"Siap-siap untuk tidur."

Mendengar hal itu Ali menggeleng lalu ikut membaringkan tubuhnya ke kasur.

"Heran gue sama santri di sini, bisa-bisanya mau diatur sama peraturan di pesantren ini," oceh Ali.

"Namanya juga menuntut ilmu to yah kita harus patuhi semua peraturan. Apalagi di sini kalau melanggar peraturan bisa bahaya."

"Bahaya gimana maksudnya?" tanya Abirama yang berbaring sambil menopang kepalanya seperti seorang ibu yang menyusui anaknya di atas kasur.

"Yah bahaya hukumannya, nanti kita semua juga tau kalau sudah liat," jelas Sarifuddin.

"Oh iya ngomong-ngomong lo belum perkenalan diri, nama lo siapa?" tanya Islam.

Sarifuddin tersenyum lalu membuka kedua matanya lalu menjulurkan tangan kanannya ke arah Islam.

"Perkenalkan nama ku Sarifuddin, bisa dipanggil Uddin. Umur saya 17 tahun, saya anak ke tujuh dari tujuh bersaudara-"

"Waduh kuat juga bokap lo, hehehe," potong Ali lalu tertawa cekikikan.

"Cita-cita saya ini mau jadi anggota DPR-"

"Ngapain jadi anggota DPR? Orangnya korupsi semua," sahut Kristian.

"Ingin merubah pandangan rakyat," jawab Sarifuddin.

"Widih keren juga kamu," ujar Kristian.

"Saya ini asalnya dari kota Makassar, tau ji to?"

"Sulawesi Selatan yah?" tanya Abirama.

"Iye," jawab Sarifuddin sambil tersenyum.

"Nama gue Islam, gue-" ujar Islam yang kini menjabat tangan Sarifuddin.

"Cucunya pak haji Kiyai, saya tau ji," jawab Sarifuddin.

Islam menghela nafas lalu melepas jabatan tangannya dan berbaring ke atas kasurnya.

"Seterkenal itu gue sebagai cucunya si tua bangka itu sampai-sampai lo juga tau?"

"Oh tau sekali, setiap hari pak Haji Kiyai itu hanya bicara tentang kita."

"Kita? Gue aja kali, bukan lo!" ujar Islam.

"Hah, begini memang bahasa orang makasaar, kalau kata kita itu artinya kamu," jelasnya.

"Aneh bahasa lo," ujar Islam.

"Bukan saya yang aneh, yang aneh itu yang bikin bahasa," jawab Sarifuddin.

"Nama saya Kristian, saya orang sunda, salam kenal," ujar Kristian sambil menjulurkan tangannya yang disambut cepat oleh Sarifuddin.

"Kalau saya Abirama, saya asli orang Bali tapi semenjak kuliah saya tinggal di Jakarta, ngekos saya," jelasnya sambil berjabat tangan.

"Kalau gue Ali..."

Sarifuddin mengangguk sambil berjabat tangan dengan Ali.

"Ali siapa?"

"Ali baba, yah Ali aja! Emang lo kira nama gue siapa?" nyolot Ali.

"Oh jadi nama Akhi ini Ali baba?"

Ali melongo, setelah jabatan tangan mereka terlepas Ali langsung menggaruk kepalanya yang tak mengerti.

"Maksud lo, yang bilang nama gue Ali baba siapa sih?" kesal Ali.

"Tadi kita bilang sendiri."

"Lo kalau banyak bacot, mata lo merem gue cekik lo." Tunjuk Ali dengan kesal.

Bruk

Bruk

Bruk

Percakapan mereka terhenti saat pintu diketuk cukup keras membuat mereka menoleh menatap pintu.

"Waktunya tidur!!!" teriak seseorang di luar pintu.

"Anjing, siapa tuh yang teriak?" kesal Ali.

"Itu bukan anjing, itu Ustad Syuaib," jawab Sarifuddin yang kemudian melangkah dan berbaring di tempat tidurnya.

Tak berselang lama lampu yang di dalam ruangan mati menjadi suasana kamar menjadi gelap gulita.

"Kok mati lampu?" tanya Islam.

"Belum diisi kali nih," tebak Ali.

"Sudah waktunya tidur, jadi semua lampu di pesantren itu sudah dimatikan secara langsung di pusat," jelasnya.

"Pusat mana?" tanya Kristian.

"Ruangannya pak haji Kiyai," jawabnya.

Kini suasana menjadi sunyi dikala suara jengkrik bernyanyi mengiringi heningnya malam hari ini. Setelah percakapan mereka, tak ada lagi diantara mereka yang bicara.

Terpopuler

Comments

Siska Ika

Siska Ika

aku ngak suka yah baca setengah ² 😏
penasaran soalnya

2022-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Islam Ramadhan
2 2. Puasa ?
3 3. Tidak?
4 4. Puasa itu apa?
5 5. Katrin Putri Wijaya
6 6. Preman?
7 7. Islam?
8 8. Pesantren
9 9. Harus?
10 10. Bimbang
11 11. Keluar!
12 12. Baju koko
13 13. Ikut
14 14. Perjalanan
15 15. Sholat
16 16. Pesantren
17 17. Peraturan
18 18. Peraturan part 2
19 19. Malam
20 20. Sholat Subuh
21 21. Tidur
22 22. Hukuman
23 23. Kelas
24 24. Dia
25 25. Antri Dan Sholat
26 26. Besok Puasa
27 27. Sahur!!!
28 28. Puasa Itu?
29 29. Puasa Pertama
30 30. Puasa Pertama~Hukuman~
31 31. Lari!!!
32 32. Buka
33 33. Tarawih
34 34. Telpon
35 35. Pulang
36 36. Sendiri
37 37. Kabur
38 38. Diskotik
39 39. Jangan Lari!!!
40 40. Siapa gue?
41 41. Bangku Di Atas Bukit.
42 42. Cadar
43 43. Kangkung
44 44. Bayangan
45 45. Pasar
46 46. Kisah Pasar
47 47. Antara Ia dan dia
48 48. Bantuan
49 49. Kembali Bertengkar
50 50. Wudhu
51 51. Bacaan Sholat
52 52. Hapalan
53 53. Buku Dan Santriwati.
54 54. Al-Qur'an.
55 55. Hijaiyah
56 56. Kisah Sarifuddin.
57 57. Dijodohkan.
58 58. Setuju?
59 59. Al-Fatihah
60 60. Setuju
61 61. Cemburu.
62 62. Tujuh
63 63. Sudah bisa?
64 64. Imam Masjid
65 65. Imam Masjd part 2
66 66. Rayu Hati Allah
67 67. Lailatul Qadar
68 68. Dia Islam?
69 69. Kata Maaf
70 70. Bubur.
71 71. Vidio Call
72 72. Vidio Call Part 2
73 73. Perjodohan Dibatalkan
74 74. Mencintai Khadijah
75 75. Melamar Khadijah?
76 76. Lamaran
77 77. Cadar
78 78. Ini Hati, Khadijah
79 79. Sakit Dan Persahabatan
80 80. Bintang dan Matahari
81 81. Cemburu
82 82. Menolong Siapa?
83 83. Undangan
84 84. Persiapan Pernikahan
85 85. Katrin! Bukan Islam!
86 86. Malam Takbiran
87 87. Hari Raya Idul Fitri
88 88. Pernikahan
89 89. Akad Nikah
90 90. Sah!!!
91 91. Malam Pertama
92 92. Kapan?
93 93. Jakarta
94 94. Siapa yang menggoda?
95 95. Hari Yang Indah
96 96. Welcome
97 Dari Emak Untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Islam Ramadhan
2
2. Puasa ?
3
3. Tidak?
4
4. Puasa itu apa?
5
5. Katrin Putri Wijaya
6
6. Preman?
7
7. Islam?
8
8. Pesantren
9
9. Harus?
10
10. Bimbang
11
11. Keluar!
12
12. Baju koko
13
13. Ikut
14
14. Perjalanan
15
15. Sholat
16
16. Pesantren
17
17. Peraturan
18
18. Peraturan part 2
19
19. Malam
20
20. Sholat Subuh
21
21. Tidur
22
22. Hukuman
23
23. Kelas
24
24. Dia
25
25. Antri Dan Sholat
26
26. Besok Puasa
27
27. Sahur!!!
28
28. Puasa Itu?
29
29. Puasa Pertama
30
30. Puasa Pertama~Hukuman~
31
31. Lari!!!
32
32. Buka
33
33. Tarawih
34
34. Telpon
35
35. Pulang
36
36. Sendiri
37
37. Kabur
38
38. Diskotik
39
39. Jangan Lari!!!
40
40. Siapa gue?
41
41. Bangku Di Atas Bukit.
42
42. Cadar
43
43. Kangkung
44
44. Bayangan
45
45. Pasar
46
46. Kisah Pasar
47
47. Antara Ia dan dia
48
48. Bantuan
49
49. Kembali Bertengkar
50
50. Wudhu
51
51. Bacaan Sholat
52
52. Hapalan
53
53. Buku Dan Santriwati.
54
54. Al-Qur'an.
55
55. Hijaiyah
56
56. Kisah Sarifuddin.
57
57. Dijodohkan.
58
58. Setuju?
59
59. Al-Fatihah
60
60. Setuju
61
61. Cemburu.
62
62. Tujuh
63
63. Sudah bisa?
64
64. Imam Masjid
65
65. Imam Masjd part 2
66
66. Rayu Hati Allah
67
67. Lailatul Qadar
68
68. Dia Islam?
69
69. Kata Maaf
70
70. Bubur.
71
71. Vidio Call
72
72. Vidio Call Part 2
73
73. Perjodohan Dibatalkan
74
74. Mencintai Khadijah
75
75. Melamar Khadijah?
76
76. Lamaran
77
77. Cadar
78
78. Ini Hati, Khadijah
79
79. Sakit Dan Persahabatan
80
80. Bintang dan Matahari
81
81. Cemburu
82
82. Menolong Siapa?
83
83. Undangan
84
84. Persiapan Pernikahan
85
85. Katrin! Bukan Islam!
86
86. Malam Takbiran
87
87. Hari Raya Idul Fitri
88
88. Pernikahan
89
89. Akad Nikah
90
90. Sah!!!
91
91. Malam Pertama
92
92. Kapan?
93
93. Jakarta
94
94. Siapa yang menggoda?
95
95. Hari Yang Indah
96
96. Welcome
97
Dari Emak Untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!