6 Bulan kemudian
"Islam!"
Suara ketukan pintu yang diiringi suara Mawar yang memanggil nama Islam terdengar dari luar.
"Islam!" panggilnya lagi berhasil membuat Islam menggeliat di atas tempat tidurnya.
Islam membuka kedua matanya dengan pelan setelah teriakan ketiga kalinya Mawar memanggil nama Islam itu terdengar.
"Ada apa Umi?" tanya Islam dengan suara seraknya ciri khas orang yang bangun dari tidur.
"Sahur, Nak!"
"Hah?"
Islam membelalakkan kedua matanya yang merah itu. Ia bangkit dan duduk mematung di kasurnya.
"Sahur lagi?"
⚜️Ruangan meja makan
Mawar meletakkan nasi putih ke atas piring milik Islam yang kini pemiliknya sedang asik menopang dagu.
"Dihabiskan yah, Nak!" Pintah Mawar sambil mengusap lembut rambut hitam Islam.
Suasana kini menjadi sunyi, setelah memberikan kecupan di pipinya, Mawar tak lagi bicara dan sibuk dengan makanannya.
"Kok makan malam lagi?" tanya Islam membuat Mawar mendongakkan kepalanya menatap Islam.
"Makan tengah malam?"
"Yah ini apa?" tanya Islam sambil mengangkat piringnya yang masih utuh isinya.
Mawar tertawa lalu tersenyum penuh cinta dan kasih sayang seorang ibu.
"Bukan makan tengah malam, Nak! Tapi ini itu makan sahur," jelasnya dengan nada lembut.
"Kenapa harus sahur?"
"Besok kan puasa."
"Lagi?"
Mawar menghentikan kunyahan nya dan kembali menatap Islam yang masih diam menatapnya.
"Islam, puasa itu setiap satu bulan dalam setahun dan bulan puasa ramadhan tinggal menghitung hari," jelasnya.
"Berarti bulan ramadhan belum? Terus kenapa kita makan kayak gini lagi?"
"Islam, ini untuk puasa sya'ban."
Islam hanya terdiam sembari mengaduk nasinya dengan sendok.
"Besok Islam puasa yah!"
Islam menghela nafas lalu mengangguk. Ia tak ingin banyak bicara kali ini.
Kini jam telah menunjukkan pukul 9 pagi membuat Islam sedang terburu-buru memakai sepatunya di ruangan tamu.
Mawar yang melihat hal tersebut hanya diam saja, ia ingin berniat untuk menegur Islam agar memakai sepatunya di teras rumah saja tapi itu tak mungkin. Mawar tak ingin membuat Islam merasa kesal.
"Islam, ingat yah hari ini-"
"Maaf, Umi. Islam buru-buru," potong Islam yang kini bangkit dari kursi dan meraih tasnya.
Mawar mengangguk. Sejujurnya ia berniat untuk memberitahu Islam agar menjaga puasanya tapi sepertinya Islam sangat buru-buru.
Islam melangkah, meraih kunci motor yang berada di atas meja dan melangkah keluar.
"Islam!" panggil Mawar membuat Islam menoleh.
Baru saja Islam berniat untuk menancapkan gas kini ia harus tertahan.
"Apa lagi Umi? Islam ada jam kuliah, nanti Islam telat."
"Islam pulangnya jam berapa, Nak?"
"Nggak tau."
"Pulang sebelum waktu buka yah, Nak!"
"Iya," jawabnya singkat lalu menurunkan kaca helmnya.
"Islam!" panggil Mawar lagi membuat Islam mendecapkan bibirnya kesal dan dengan rasa kesal itu ia menaikkan kaca helmnya.
"Apa lagi sih, Umi?"
Mawar tersenyum dan berlari kecil menghampiri Islam yang masih duduk di atas motornya.
"Abi sebentar sore mau pulang ke rumah."
Mendengar hal itu Islam hanya menghela nafas seakan tak tertarik untuk mendengarnya. Islam bosan mendengar hal itu.
"Umi percaya?" tanya Islam membuat senyum Mawar lenyap dari bibirnya.
"Maksudnya?"
"Umi percaya Abi akan pulang?"
Mawar diam tanpa jawaban dengan kedua matanya yang menatap kedua mata Islam dengan serius.
"Umi, sebaiknya Umi berhenti berharap kalau Abi akan pulang. Mungkin saja Abi akan seperti dulu lagi. Abi bilang jika dia akan pulang tapi Abi tidak pernah sampai di rumah kan?"
Mawar masih terdiam.
Islam kembali menurunkan kaca helmnya membuat Mawar mengedipkan kedua matanya, yah ujaran Islam membawanya dalam lamunan.
"Islam!"
"Abi akan pulang ke rumah bersama dengan Abah dan Uma, Islam. Cepat pulang yah, Nak!"
Islam menghela nafas lalu menancapkan gas meninggalkan Mawar yang kini terdiam di tempatnya berdiri. Sebenarnya ucapan Islam ada benarnya tapi kali ini Mawar yakin jika mereka akan datang.
Ruangan kelas
"Telat lagi lo," ujar Al yang kini menepuk bahu Islam yang basah karena keringat ketika Islam baru saja duduk di kursi setelah diberi hukuman dengan push up lima puluh kali karena terlambat dua puluh menit masuk kelas.
"Ini minum dulu!"
Islam meraih botol minuman dingin yang dijulurkan oleh Abirama dan meneguknya sampai habis.
"Haus banget yah?" tanya Abirama membuat Islam mengangguk.
"Kok kamu bisa telat?" tanya Kristian dengan logat sundanya.
"Telat bangun gue, gara-gara nyokap gue yang bangunin tengah malem terus makan."
"Makan tengah malam? Makan apaan kayak gitu?" tanya Abirama.
"Nggak tau gue," jawab Islam.
"Puasa kali," tebak Kristian membuat Islam, Abirama dan Ali menoleh.
"Kok lo tau?"
"Kan adik saya islam jadi saya tau."
"Heh, adik lo si Aisyah bukan si Islam," ujar Ali membuat Kristian menggeleng merasa bodoh dengan jawaban dari Ali.
"Maksudnya abdi itu islam itu bukan si Islam ini tapi si Aisyah adik abdi yang agamanya islam nah etah etah," jelasnya emosi.
"Oh gitu, abdi siapa sih?" tanya Ali.
"Puji Tuhan, kenapa otak itu tidak pernah bagus?"
"Eh Ali, kita ini udah temenan dari lama masa lo nggak ngerti, arti kata abdi dalam bahasa sunda itu saya," jelas Abirama.
"Makanya jangan nonton bokep melulu lo," ujar Islam.
"Lam, adik saya juga Islam. Tadi malam dia juga makan dan sekarang dia puasa."
"Puasa apaan sih?" tanya Abirama.
"Puasa itu yah kayak tidak makan terus tidak minum," jawabnya.
Islam hanya mengangguk sementara di satu sisi Ali membelalakkan kedua matanya.
"Nah lu ngapain minum kampret?" Pukul Ali ke bahu Islam yang kini meringis walau sejujurnya ini tak sakit.
"Nggak bisa gue. Gue nggak pernah puasa seumur hidup gue. Kalau gue puasa yah paling gue cuman puasanya di depan nyokap gue," jelas Islam.
"Bohong dong," sahut Abirama.
"Yah iya lah," jawab Islam santai.
Islam melangkah berdampingan dengan ketiga sahabatnya melewati koridor. Para mata tertuju pada mereka, tentu saja para mahasiswi yang kini saling berbisik dan tersenyum malu saat menatap Islam yang kini berjalan dengan gagahnya. Jika Islam berjalan dengan raut wajah datar maka berbeda dengan Ali yang terlihat tersenyum sambil sesekali mengedipkan sebelah matanya berusaha untuk menggoda para mahasiswi yang ia jumpai.
Siapa yang tak tergila-gila dengan ketampanan Islam. Islam adalah pria bertubuh tinggi atletis, kulit kuning langsat, bibir berwarna pink segar yang tipis, hidung mancung dengan rambut panjang sebahu yang diikat ke belakang. Pria yang begitu terlihat sangat sempurna.
Pacar? Apakah Islam punya pacar? Tentu saja iya. Islam punya pacar namun bukan hanya satu tapi ada banyak dan tak bisa dihitung dengan jari tangan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Kontri Onti
kok bisa thor islam sampai ga tau puasa rasanya aneh pdhl ayah ibunya kaya seorang muslim yg taat
2022-10-24
0
Siska Ika
nah loh
2022-04-14
0