9. Harus?

"Abah mau bicara, setelah bicara antum boleh pergi," ujarnya.

...⚜️Ruangan Keluarga ⚜️...

"Pesantren?" kaget Islam dengan wajah bingungnya.

"Iya, Nak. Di sana antum akan dididik ilmu agama," jawab Abah Habib sambil mengelus punggung Islam.

"Ah nggak! Nggak! Gue nggak mau masuk pesantren."

"Kenapa tidak mau?"

"Yah gue nggak mau, lagian gue juga kuliah dan nggak bisa ditinggalin gitu aja. Lagian kenapa gue harus dimasukin ke dalam pesantren sih?"

"Islam, Abah tau kalau kampus kamu tidak melaksanakan perkuliahan di bulan ramadhan jadi kamu bisa ke pesantren dan menetap di sana."

"Tapi-"

"Lagian Abi berpikir agar kamu berhenti kuliah dan tinggal di pesantren untuk memperdalam agama," ujar Akbar.

"Berhenti kuliah? Yang bener aja dong! Umi," panggil Islam sembari menatap Uminya yang kini hanya mampu mengangguk seakan menyuruh Islam untuk mematuhi apa yang dikatakan oleh Akbar dan Abah Habib.

"Tapi nggak bisa gitu dong, Umi."

"Nggak apa-apa, Nak," bisik Umi sambil mengelus rambut Islam.

Islam menghela nafas panjang, sebenarnya ia juga tak ada niat untuk kuliah tapi ia juga tak ingin masuk pesantren.

"Bagaimana?" tanya Abah Habib.

"Berapa lama gue tinggal di sana?"

"Selamanya," jawab Abah Habib membuat kedua mata Islam terbelalak kaget.

"Apa?!! Yang benar aja dong lo!" ujarnya dengan nada nyolot.

"Islam!" tegur Mawar.

"Yah masa Islam tinggal selamanya di pesantren?"

Islam mendecapkan bibirnya dengan kesal sementara di satu sisi Syuaib terlihat tersenyum kecut rasanya ia tak ingin pria preman yang telah memukulnya itu ikut ke pesantren.

"Setuju?" tanya Abah Habib.

"Tapi Umi ikut kan?" tanya Islam membuat Mawar tersenyum lalu menggeleng.

"Loh kenapa?"

Mawar tersenyum dengan rasa berat ia mengangkat jari-jari tangannya dan mengelus rambut Islam.

"Islam di pesantren untuk belajar agama, karena Umi sudah gagal mendidik Islam agama," jawabnya dengan nada lemah lembut.

"Tapi bukan berarti Islam tinggal selamanya kan? Islam bisa kan belajar satu atau dua hari tentang agama di pesantren? Nggak perlu selamanya," jelas Islam.

"Islam, Islam harus tetap ke pesantren," ujar Mawar.

Islam mengusap kasar wajahnya dengan rasa kesal, kesal dengan semua ini.

"Islam!" panggil Abah Habib membuat lslam menoleh.

"Sekarang Islam bisa saja tidak ikut ke pesantren-"

"Yang bener?" tanya Islam kegirangan.

Abah Habib mengangguk membuat Islam tersenyum gembira.

"Abah, apa maksud Abah?" tanya Akbar tak mengerti.

"Antum tidak akan Abah bawah ke pesantren dengan beberapa pertanyaan jika antum bisa menjawab pertanyaan dengan benar maka antum tidak perlu ikut," jelasnya.

"Apa? Gue bakalan jawab," jawabnya gembira.

Abah Habib tertawa dan mengangguk.

"Sebutkan rukun iman!"

"Hah?"

"Rukun iman!" jawab Syuaib.

"Diam lo!!!" bentak Islam lalu bangkit berniat untuk memukul Syuaib namun Mawar segera menarik Islam dan kembali duduk di kursi.

"Tau?" tanya Abah Habib.

"Nggak," jawabnya.

"Kalau begitu antum gagal."

"Gagal gimana? Orang lo kasi pertanyaannya yang susah, gue nggak ngerti. Yang lain!"

Abah Habib mengangguk sambil tersenyum.

"Rukun Islam?"

"Saya?" tanya Islam.

"Islam agama, bukan Islam antum," tegur Syuaib.

"Berisik banget sih lo," kesal Islam sambil menatap Syuaib.

Islam menghela nafas lalu mendecapkan bibirnya, lagi dan lagi ia tak tau apa jawaban dari pertanyaan Abah Habib.

"Kalau begitu ini pertanyaan terakhir untuk antum, kalau antum bisa jawab maka antum tidak usah masuk pesantren."

"Apa?" tanya Islam tak sabaran dengan senyumnya.

"Islam hari ini puasa?"

Senyum Islam lenyap dari bibirnya setelah mendengar pertanyaan dari Abah Habib. Apa yang harus ia katakan sekarang.

"Puasa atau tidak?" tanya Abah Habib.

"Islam!"

Islam menoleh menatap Mawar yang menatapnya begitu tulus.

"Ayo jawab! Islam kan puasa, tadi Islam ikut sahur sama Umi," ujarnya.

"Kalau antum jawab jujur maka antum dapat hadiah," ujar Abah Habib.

"Hadiah apa?"

"Jawab dulu! Antum puasa atau tidak?"

Islam menghela nafas, ia harus berkata jujur lagipula Abah Habib akan memberinya hadiah jika menjawabnya dengan jujur.

"Islam nggak puasa," jawab Islam.

"Astagfirullah," kaget Mawar.

"Islam, tapi tadi Islam sahur bareng Umi."

"Islam tau, setelah sampai di kampus Islam minum air dingin."

"Kok minum?"

"Islam nggak tahan soalnya Islam nggak pernah puasa, Umi."

Keempatnya langsung terkejut setelah mendengar jawaban Islam yang tak pernah mereka duga.

"Islam nggak pernah puasa?" tanya Mawar tak menyangka.

"Iya," jawab Islam.

"Jadi selama ini antum tidak mengajari Islam berpuasa?" tanya Akbar membuat Mawar menggeleng cepat.

"Bukan seperti itu, Abi," ujar Mawar cepat.

"Ini bukan salah Umi, tapi ini salah Islam. Islam selalu ikut sahur tapi Islam nggak pernah puasa," jelas Islam membuat semuanya geleng-geleng kepala.

Tiba-tiba di suasana yang hening itu Islam tertawa membuat semuanya menoleh.

"Gue udah jujur kan. Nah sekarang mana hadiahnya?" tanya Islam.

"Antum mau hadiahnya?"

"Iya dong," jawab Islam.

"Hadiahnya adalah Islam harus masuk pesantren untuk selama-lamanya," ujar Abah Habib.

"Loh, nggak bisa kayak gitu dong. Gue kan udah jujur."

"Iya, tapi kejujuran antum membuat Abah kecewa dan hadiahnya adalah masuk pesantren."

Islam yang mendengarnya dengan keras memukul meja membuat semua orang tersentak kaget.

"Ini bukan hadiah tapi hukuman buat gue dan gue nggak mau!!!" teriak Islam.

"Islam!!! Jaga sifat kamu!!!" teriak Akbar yang ikut bangkit dari duduknya.

"Heh!!!" teriak Islam yang ingin kembali berteriak namun Mawar segera merangkul bahunya.

"Islam! Jangan berteriak, Nak!" bisik Mawar.

"Tapi, Umi Islam nggak mau masuk pesantren dan bakalan nggak ketemu sama Umi, Islam nggak bisa," ungkapnya tulus.

"Umi tau, Nak."

"Islam, kembali duduk!" pinta Abah Habib membuat Islam mendecapkan bibirnya lalu melangkah berniat untuk pergi namun pergelangan tangannya kembali digenggam oleh Mawar begitu erat.

"Duduk yah, Nak!" bisik Mawar.

Islam terdiam sejenak lalu menghempaskan tubuhnya ke kursi sambil mengangkat kedua kakinya di atas meja.

"Islam!" tegur Mawar lalu menarik satu persatu kaki Islam agar segera turun dari atas meja.

"Antum akan tetap Abah masukkan ke dalam pesantren untuk selamanya-"

"Gue-"

"Abah belum selesai bicara" ujar Abah.

"Tuh dengerin tuh!" tambah Syuaib membuat Islam mendecapkan bibirnya.

"Antum akan tetap Abah masukkan ke dalam pesantren untuk selamanya kecuali kalau antum bisa berpuasa sebulan di bulan ramadhan, tau rukun iman, rukun Islam, sholat lima waktu, melaksanakan perintah rasul, sabar dan yang lebih penting adalah sopan santun," jelas Abah Habib.

Islam terdiam, bagaimana bisa ia melakukan semuanya dalam satu bulan.

"Bisa?"

"Harus semuanya?"

"Harus," jawabnya sambil mengangguk.

Islam menghembuskan nafas berat sambil mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

"Kalau antum dalam satu bulan ramadhan itu tidak bisa melakukan persetujuan yang telah kita sepakati maka antum akan tetap tinggal di pesantren untuk selamanya."

Islam terdiam. Apa ia bisa? Tapi jika ia tidak bisa melakukannya dan memilih lari dari rumah lalu bagaimana dengan Mawar. Mawar pasti akan sedih.

"Bagaimana? Setuju?" tanya Abah Habib.

Episodes
1 1. Islam Ramadhan
2 2. Puasa ?
3 3. Tidak?
4 4. Puasa itu apa?
5 5. Katrin Putri Wijaya
6 6. Preman?
7 7. Islam?
8 8. Pesantren
9 9. Harus?
10 10. Bimbang
11 11. Keluar!
12 12. Baju koko
13 13. Ikut
14 14. Perjalanan
15 15. Sholat
16 16. Pesantren
17 17. Peraturan
18 18. Peraturan part 2
19 19. Malam
20 20. Sholat Subuh
21 21. Tidur
22 22. Hukuman
23 23. Kelas
24 24. Dia
25 25. Antri Dan Sholat
26 26. Besok Puasa
27 27. Sahur!!!
28 28. Puasa Itu?
29 29. Puasa Pertama
30 30. Puasa Pertama~Hukuman~
31 31. Lari!!!
32 32. Buka
33 33. Tarawih
34 34. Telpon
35 35. Pulang
36 36. Sendiri
37 37. Kabur
38 38. Diskotik
39 39. Jangan Lari!!!
40 40. Siapa gue?
41 41. Bangku Di Atas Bukit.
42 42. Cadar
43 43. Kangkung
44 44. Bayangan
45 45. Pasar
46 46. Kisah Pasar
47 47. Antara Ia dan dia
48 48. Bantuan
49 49. Kembali Bertengkar
50 50. Wudhu
51 51. Bacaan Sholat
52 52. Hapalan
53 53. Buku Dan Santriwati.
54 54. Al-Qur'an.
55 55. Hijaiyah
56 56. Kisah Sarifuddin.
57 57. Dijodohkan.
58 58. Setuju?
59 59. Al-Fatihah
60 60. Setuju
61 61. Cemburu.
62 62. Tujuh
63 63. Sudah bisa?
64 64. Imam Masjid
65 65. Imam Masjd part 2
66 66. Rayu Hati Allah
67 67. Lailatul Qadar
68 68. Dia Islam?
69 69. Kata Maaf
70 70. Bubur.
71 71. Vidio Call
72 72. Vidio Call Part 2
73 73. Perjodohan Dibatalkan
74 74. Mencintai Khadijah
75 75. Melamar Khadijah?
76 76. Lamaran
77 77. Cadar
78 78. Ini Hati, Khadijah
79 79. Sakit Dan Persahabatan
80 80. Bintang dan Matahari
81 81. Cemburu
82 82. Menolong Siapa?
83 83. Undangan
84 84. Persiapan Pernikahan
85 85. Katrin! Bukan Islam!
86 86. Malam Takbiran
87 87. Hari Raya Idul Fitri
88 88. Pernikahan
89 89. Akad Nikah
90 90. Sah!!!
91 91. Malam Pertama
92 92. Kapan?
93 93. Jakarta
94 94. Siapa yang menggoda?
95 95. Hari Yang Indah
96 96. Welcome
97 Dari Emak Untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Islam Ramadhan
2
2. Puasa ?
3
3. Tidak?
4
4. Puasa itu apa?
5
5. Katrin Putri Wijaya
6
6. Preman?
7
7. Islam?
8
8. Pesantren
9
9. Harus?
10
10. Bimbang
11
11. Keluar!
12
12. Baju koko
13
13. Ikut
14
14. Perjalanan
15
15. Sholat
16
16. Pesantren
17
17. Peraturan
18
18. Peraturan part 2
19
19. Malam
20
20. Sholat Subuh
21
21. Tidur
22
22. Hukuman
23
23. Kelas
24
24. Dia
25
25. Antri Dan Sholat
26
26. Besok Puasa
27
27. Sahur!!!
28
28. Puasa Itu?
29
29. Puasa Pertama
30
30. Puasa Pertama~Hukuman~
31
31. Lari!!!
32
32. Buka
33
33. Tarawih
34
34. Telpon
35
35. Pulang
36
36. Sendiri
37
37. Kabur
38
38. Diskotik
39
39. Jangan Lari!!!
40
40. Siapa gue?
41
41. Bangku Di Atas Bukit.
42
42. Cadar
43
43. Kangkung
44
44. Bayangan
45
45. Pasar
46
46. Kisah Pasar
47
47. Antara Ia dan dia
48
48. Bantuan
49
49. Kembali Bertengkar
50
50. Wudhu
51
51. Bacaan Sholat
52
52. Hapalan
53
53. Buku Dan Santriwati.
54
54. Al-Qur'an.
55
55. Hijaiyah
56
56. Kisah Sarifuddin.
57
57. Dijodohkan.
58
58. Setuju?
59
59. Al-Fatihah
60
60. Setuju
61
61. Cemburu.
62
62. Tujuh
63
63. Sudah bisa?
64
64. Imam Masjid
65
65. Imam Masjd part 2
66
66. Rayu Hati Allah
67
67. Lailatul Qadar
68
68. Dia Islam?
69
69. Kata Maaf
70
70. Bubur.
71
71. Vidio Call
72
72. Vidio Call Part 2
73
73. Perjodohan Dibatalkan
74
74. Mencintai Khadijah
75
75. Melamar Khadijah?
76
76. Lamaran
77
77. Cadar
78
78. Ini Hati, Khadijah
79
79. Sakit Dan Persahabatan
80
80. Bintang dan Matahari
81
81. Cemburu
82
82. Menolong Siapa?
83
83. Undangan
84
84. Persiapan Pernikahan
85
85. Katrin! Bukan Islam!
86
86. Malam Takbiran
87
87. Hari Raya Idul Fitri
88
88. Pernikahan
89
89. Akad Nikah
90
90. Sah!!!
91
91. Malam Pertama
92
92. Kapan?
93
93. Jakarta
94
94. Siapa yang menggoda?
95
95. Hari Yang Indah
96
96. Welcome
97
Dari Emak Untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!