Islam melangkah masuk ke dalam kamar dan melempar tasnya ke sembarangan arah. Ini sudah jadi kebiasaan bagi Islam jika masuk ke dalam kamarnya. Islam membaringkan tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamarnya. Rasanya Islam sangat lelah hari ini setelah ia berpura-pura lemas dan lapar di hadapan Uminya, lagipula dia juga terlihat tidak terlalu peduli apakah Islam puasa atau tidak di bulan puasa ini.
Rasanya Islam juga lelah dengan setiap pertanyaan yang di lontarkan oleh sahabat-sahabatnya yang menanyakan tentang agama kepadanya. Islam bingung harus jawab apa, semua pertanyaan yang dilontarkan terlalu sulit baginya.
"Kalau saya ke gereja nah kamu kemana, Lam?" ini pertanyaan yang dilontarkan oleh Kristian tadi dan Islam sendiri bingung harus menjawab apa.
"Kamu kan Islam tapi kok kamu tidak tau?" Ini salah satu pertanyaan yang sangat menyebalkan bagi Islam.
Apa yang harus Islam jawab dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Abirama. Islam yah memanglah beragama islam tapi bukan berarti Islam tau semuanya tentang Islam. Abinya memanglah seorang ustad dan dosen agama tapi bukan berarti ia tau semuanya. Abinya itu jarang ada di rumah dan lebih sering berada di kampung tempat kelahirannya di desa karena ia juga mengajar di pesantren yang didirikan oleh Ayah dari Abinya sendiri.
"Islam!"
Islam menoleh menatap Mawar yang kini sudah berada di dalam kamar sambil memegang ganggang pintu.
Islam diam tanpa ekspresi di meja makan sementara Mawar kini sedang sibuk meletakkan nasi di atas piring putih dan beberapa lauk buatannya. Hari ini buka puasa terakhir dan ini membuat Mawar senang, ia bisa menghabiskan waktu bulan puasanya bersama dengan putra kesayangannya.
Keduanya kini makan bersama dengan suasana diam dan hening. Setelah kecupan yang diberikan oleh Mawar di dahi Islam setelah acara buka bersama selesai kini Mawar sibuk mencuci piring di wastafel tanpa bertanya apakah Islam puasa hari ini atau tidak.
Islam duduk di kursi ruangan tv dengan kaki yang berada di atas meja sambil menyantap kue coklat yang Mawar buat dua hari yang lalu. Islam tak mengerti mengapa Umi nya membuat kue sebanyak ini. Bahkan sekarang Uminya sedang sibuk memasak di dapur.
"Islam!" teriak Mawar yang kini berlari keluar dari dapur sambil membawa ponsel di tangan kanannya dengan raut wajah panik dan hal itu membuat Islam mengernyit heran.
"Kenapa sih? Kok panik gitu?" tanya Islam.
"Islam, cepat Nak!" panik Mawar membuat Islam berhasil bangkit dari kursinya.
Mawar meraih kedua pipi Islam dan tersenyum bahagia.
"Ikat rambut mu, Nak!" Pintah Mawar.
Islam yang mengernyit heran itu kini mulai berangsur paham. Ponsel yang ada di genggaman tangan Mawar kini membuat Islam mengerti jika Abinya akan pulang ke rumah. Jika hari ini Abinya pulang dan sampai di rumah sekarang juga berarti ini adalah pertemuan pertama bagi Islam setelah 10 tahun berpisah. Akbar memang pulang dua kali dalam satu bulan namun tak pernah bertemu dengan Islam karena Islam yang jarang ada di rumah.
"Abi akan pulang?" tanya Islam membuat Mawar mengangguk.
"Tumben pulang?" tanya Islam.
"Besok lebaran idul fitri jadi Abi pulang dari kampung," jawab Mawar.
Islam mengangguk dalam hati, pantas saja Mawar membuat kue sebanyak ini dan memasak makanan yang begitu wangi, itu semua karena esok adalah hari lebaran dimana hari puasa akan berakhir.
"Abi sudah ada di jalan?" tanya Islam.
"Katanya seperti itu, Abi bilang katanya dia sudah berangkat dari kampung," jelas Mawar.
Islam hanya bisa tersenyum, tak ada lagi yang bisa ia katakan. Senyum indah dari bibir Mawar membuat Islam percaya jika salah satu kebahagiaan Umi nya adalah kepulangan sang suami tercinta.
Islam tersenyum menatap Uminya yang sedang menyiapkan berbagai makan sedap dengan aroma menggoda di atas meja. Ada banyak makanan ciri khas lebaran di sana.
"Islam, mandi yah Nak! Nanti Abi datang terus peluk Islam, Islamnya bau," ujarnya bercanda membuat Islam tersenyum.
Tanpa ekspresi ia melangkah menaiki anakan tangga membuat Mawar menghela nafas dan melanjutkan sajiannya setelah tak melihat Islam yang sudah menaiki anakan tangga.
Setelah mandi dan memakai pakaian yang rapi serta rambut Islam yang gondrong itu diikat, Islam kemudian melangkah turun menatap Mawar yang kini sibuk mengatur kue lebaran yang seharusnya di besok pagi. Islam menatap dari ujung kaki sampai ujung kepala Umi nya, yah ada yang berbeda.
Islam menggeleng pelan, Islam sadar jika Mawar telah menukar pakaiannya dengan pakaian yang lebih indah. Kerudung panjang yang semula berbau rempah daging, keringat dan asap itu kini telah berbau parfum yang jarang Islam cium baunya. Islam sadar jika Uminya telah mandi yah di jam 10 malam untuk menyambut kedatangan Abi.
"Ada yang cantik nih," goda Islam lalu melanjutkan langkahnya dan duduk di kursi sofa.
Mawar menoleh dan tersenyum malu hingga aktifitas tangannya yang mengatur toples kue itu terhenti.
"Abi sudah ada dimana?" tanya Islam membuat gerakan tangan yang masih ingin mengatur toples itu kembali terhenti.
"Biar Umi telpon dulu," ujar Mawar lalu melangkah ke dapur untuk mengambil ponselnya.
Kini suasana ruangan tamu menjadi sunyi yang menyisakan Islam sendiri. Islam meraih ponsel dan menatapnya serius ketika pesan para sahabatnya itu bermunculan.
Islam tersenyum sinis dan menggeleng menatap setiap pesan yang masuk. Bagaimana tidak jika isi pesan yang di kirim oleh para sahabatnya tak lain hanya Vidio adegan dewasa.
Islam meletakkan ponselnya ke sisi kanannya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari menatap lampu putih yang terang. Islam memejamkan kedua matanya dan tersenyum. Islam bahagia kali ini, Abi nya akan pulang ke rumah dan Islam tak sabar melihat bagaimana ekspresi Abi nya setelah melihat Islam yang telah besar. Terakhir kali Akbar melihat Islam disaat Islam berusia 12 tahun.
Islam sangat bahagia dan mungkin ini akan menjadi lebaran yang membahagiakan untuk Umi tersayangnya.
Kedua mata Islam terbelalak dengan tiba-tiba membuatnya kemudian duduk tegak. Islam menoleh ke kiri dan kanan menatap ruangan tamu. Islam baru saja ketiduran yah Islam baru sadar setelah menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.
Islam dengan buru-buru bangkit dari kursi sofa dan melangkah berniat untuk mencari sosok Mawar. Suara kebisingan dan tawa terdengar dari luar membuat Islam dengan cepat mengintip di balik jendela hingga para tetangga terlihat saling bersalaman. Sepertinya mereka baru saja pulang setelah melaksanakan sholat idul fitri di masjid. Islam tersenyum gembira, sudah pasti Abi nya juga sudah sampai.
Dengan buru-buru ia berlari masuk menulusuri ruangan keluarga dan ruangan dapur, tak ada Mawar di sana.
"Umi!" teriak Islam.
Islam diam sejenak, tak mungkin Mawar pergi bersama Abi nya tanpa anak kesayangannya ini.
"Umi!" teriak Islam.
Islam terpatung, baru saja ia berniat untuk berteriak memanggil Mawar kini suara itu seakan tertahan di tenggorokannya mendapati Mawar yang sedang tertidur lelap di atas kasur dengan kedua mata bengkak.
Islam kini tersenyum pasrah, ia yakin jika Abinya tak pulang lagi hingga membuat Mawar sedih dan menangis seperti ini.
Islam duduk di kursi meja makan menatap hidangan lebaran yang masih segar ini. Entah berapa kali ini semua terjadi. Abinya selalu mengatakan akan pulang tapi ia tak pernah sampai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Iyana Computer
anakku yg TK saja tahu kalau islam beribadah di masjid.. lha ini mahasiswa masak tidak tahu.. bye kak terlalu konyol
2024-05-25
0
ElanG
Thor, tokohnya jangan dibuat terlalu bego dong 😀
masa ramadhan dan tempat ibadah aja ga tau 🤦🤦
2022-06-08
1
Siska Ika
semangat Thor
2022-04-14
0