11. Keluar!

Mawar meletakkan secangkir kopi di atas meja sambil menatap Abah habib yang kini sedang berdiri di depan pintu.

"Abah tunggu siapa?" tanya Mawar membuat Abah Habib menoleh.

Abah Habib melangkah lalu duduk di kursi tamu dengan kedua sorot matanya yang masih fokus pada pintu utama.

"Jam berapa Islam pulang?"

"Islam biasanya pulang jam tiga malam."

"Jam tiga malam?"

Mawar mengangguk membuat Abah Habib menghela nafas.

"Kamu tidak marah?"

Mawar menggeleng. "Bagaimana ana bisa memarahi Islam, Abah. Ana sangat sayang sama Islam."

"Mawar, antum boleh sayang tapi bukan berarti antum membebaskannya seperti itu. Jam pulang untuk seorang anak adalah di bawah jam sepuluh malam, lewat dari itu maka tutupi dia pintu," jelas Abah Habib.

"Afwan, Abah tapi ana tidak bisa melakukan hal itu," jawab Mawar.

"Antum terlalu memanjakannya."

"Karena dia anak ana, Abah. Apa ana salah? Afwan Abah."

"Abah tau. Setelah Islam tinggal di pesantren maka Abah yakin sifatnya akan berubah."

Keduanya menoleh menatap ke arah pintu ketika suara kendaraan terdengar di depan pekarangan rumah dan mendekati garasi.

"Itu suara motor Islam," ujar Mawar.

Abah Habib terdiam hingga ia bangkit dari kursi saat Islam melangkah masuk ke dalam rumah dengan santainya tanpa memperdulikan Abah Habib dan Mawar. Mawar menelan salivanya saat Abah Habib meliriknya, yah Mawar tau apa yang saat ini ada di pikiran Abah Habib.

"Bahkan antum tak mengajari Islam adab masuk rumah?" tanya Abah Habib.

"Mengajari," jawabnya dengan nada lemah.

"Lalu apa yang terjadi sekarang? Apa dia mengetuk pintu?"

Mawar menggeleng pelan.

"Apa dia mengucapkan salam? Apa dia menyapa kita atau bahkan menjabah tangan kita?"

"Afwan, Abah," jawab Mawar.

Abah menggeleng lalu melangkah menuju ruang tamu mendapati Islam yang kini melepas helm dari kepalanya dan meletakkannya di atas lemari.

"Islam!" panggil Abah Habib membuat Islam menoleh.

"Apa?" jawabnya ketus.

Abah Habib menghela nafasnya dengan kasar lalu melangkah mendekati Islam yang kini melepas sepatunya.

"Bukan kah sebaiknya antum membuka sepatunya di teras rumah?"

"Emang kenapa?"

"Kan kotor."

"Umi aja nggak pernah negur gue, kenapa lo yang repot sih?" kesal Islam dengan nada malasnya lalu melangkah menaiki anakan tangga.

"Islam!" panggil Abah Habib membuat langkah Islam terhenti.

"Apa?" tanya Islam yang masih membelakangi Abah Habib dan Mawar.

"Apa antum bertanya pada tembok?" tanya Abah Habib membuat Islam mendecapkan bibirnya dan menoleh menatap Abah Habib yang kini tersenyum.

"Apa?"

"Abah pikir kamu sudah tidak punya telinga," ujar Abah Habib.

Islam mengekerutkan kedua alisnya setelah mendengar ujaran Abah Habib. Sepertinya pria tua ini mengujinya.

"Lo mau ngomong apa sih?"

"Panggil ana Abah!"

"Yah terserah gue dong," jawab Islam.

"Islam!" tegur Mawar.

"Iya, iya," jawab Islam dengan kesal sambil mengacak-acak rambutnya.

Islam melangkah menaiki anakan tangga membuat Abah Habib menggeleng di belakang sana. Rasanya ia pun tak sanggup menghadapi sikap Islam yang seperti ini. Jika di sini saja ia bisa bersikap tidak sopan lalu bagaimana jika Islam masuk ke pesantren.

"Kamu setuju kan masuk pesantren?" tanya Abah Habib membuat langkah Islam kembali terhenti.

"Iya, gue jadi masuk pesantren," jawab Islam setelah ia menoleh menatap Abah Habib dan Mawar.

"Alhamdulillah," jawab Abah Habib yang kini merasa sangat bahagia.

"Yang benar, Islam?" tanya Mawar tak percaya dan tak menyangka.

"Iya," jawabnya.

Mawar semakin tak menyangka jika Islam mau, Mawar paham betul bagaimana sifat Islam yang tak mudah diatur begitu saja, apalagi mau dimasukkan ke dalam pesantren.

"Oh iya besok jam berapa berangkatnya?" tanya Islam.

Abah Habib tersenyum lalu menjawab, "In sya Allah kita pergi jam delapan pagi."

Islam mengangguk lalu melangkah menaiki tangga sementara Mawar masih mendongak menatap kepergian Islam yang perlahan lenyap dari pandangan Mawar.

Islam bersiul sambil mengangguk-anggukan kepalanya menikmati siulan dari ujung bibirnya. Ia melangkah masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu.

Siulan Islam terhenti dengan kedua matanya yang terbelalak menatap pria yang telah ia pukul tadi berada di atas kasurnya dan terlihat sedang tertidur pulas sambil memeluk bantal guling kesayangannya.

Kesayangannya!!!

"Heh!!! Ngapain lo tidur di sini?!!" teriak Islam setelah tiba di samping Syuaib yang tak sadar dari tidur lelapnya.

"Gila nih orang. Berani banget tidur di kasur gue," ujarnya kesal.

Plak!!!

Pukulan keras mendarat di bokong Syuaib membuat Syuaib terperanjat kaget dan melompat di kasur. Kedua mata merahnya itu terbelalak dengan jurus silat seakan siap untuk memukul lawannya.

"Siapa itu?" tanyanya yang kini menoleh kiri dan kanan.

"Heh!!! Gue Islam yang punya kamar ini!!!" teriak Islam membuat Syuaib segera menunduk dan berdiri tegak.

"Oh antum ternyata," ujarnya.

"Ngapain lo tidur di kamar gue?!!"

"Yah ana cuman disuruh."

"Sama siapa?"

"Mbak Mawar," jawabnya sambil tertunduk.

"Udah sana lo keluar!" Tunjuknya ke arah pintu kamar.

"Loh kok keluar? Mbak Mawar suruh saya tidur di sini," ujarnya.

"Nggak boleh! Cepetan keluar!" pinta Islam sambil berusaha menarik ujung baju Syuaib yang dengan cepat melangkah mundur.

"Brengsek lo yah. Turun nggak lo!"

"Mbak Mawar suruh saya tidur di sini."

"Nggak boleh! Kalau lo tidur di sini, gue mau tidur di mana, bego?"

"Yah di sini." Tunjuknya.

"Idih najis gue tidur sama lo. Cepetan turun!" ujarnya sambil menggeliat geli.

"Ana tidak mau!" Tolaknya.

Islam menghela nafas sambil menopang pinggang. Kedua mata Islam kini membulat menatap selimut mandinya berada di bawah kaki Syuaib.

"Selimut gue!!!" teriak Islam.

...⚜️Ruangan Keluarga⚜️...

"Islam pasti akan baik-baik saja di pesantren, Antum tenang saja yah, Nak!"

"Bagaimana dengan makan dan minumnya?" tanya Mawar.

"Tenang saja! Di sana ada Abah yang menjaga."

Mawar menarik nafas panjang dan mengangguk pelan.

"Antum boleh datang di pesantren."

"Benarkah?"

Abah Habib mengangguk lalu berujar, "Di hari kepulangannya nanti kalau dia sudah memenuhi syarat dan persetujuan."

"Kiaiiii!!!"

Suara teriakan terdengar dari atas membuat Abah Habib dan Mawar saling bertatapan.

"Suara apa itu?" tanya Abah Habib.

"Ana tidak tau, Abah."

"Pak Kiaiii!!! Tolong!!!"

Abah Habib terdiam sejenak, suara itu sepertinya mirip dengan suara Syuaib dan berasal dari lantai atas.

"Mawar!" panggil Abah Habib membuat Mawar yang mendongak menatap langit-langit rumah itu menoleh.

"Iya, Abah?"

"Ana menyuruh Syuaib tidur di mana?"

"Di kamar Islam," jawab Mawar.

Mendengar hal itu Abah Habib bangkit dari kursi dan segera berlari menaiki anakan tangga disusul oleh Mawar yang ikut berlari dan menghampiri kamar Islam yang terlihat terbuka.

"Islam!!! Asgfirullah ya Allah!!!" kaget Abah Habib yang melihat sebuah benda berukuran besar berwarna putih berbentuk kepompong yang sedang menggeliat di atas lantai.

Abah Habib dan Mawar menoleh menatap Islam yang kini sedang berbaring di atas kasurnya sambil tersenyum menatap ke arah mereka.

"Di mana Syuaib?" tanya Abah Habib setelah menatap ke seluruh ruangan kamar dan tak mendapati Syuaib.

"Itu!" Tunjuk Islam ke arah benda menggeliat itu.

Begitu sangat terkejutnya mereka melihat hal itu. Dengan cepat Abah Habib dan mawar berlari menghampiri Syuaib yang dibungkus selimut putih hingga Syuaib terbungkus persis seperti kepompong.

Terpopuler

Comments

Anak_umak

Anak_umak

afwan ukhty , saya ngakak sama sih Syuaib 😆🙏

2022-05-05

1

lihat semua
Episodes
1 1. Islam Ramadhan
2 2. Puasa ?
3 3. Tidak?
4 4. Puasa itu apa?
5 5. Katrin Putri Wijaya
6 6. Preman?
7 7. Islam?
8 8. Pesantren
9 9. Harus?
10 10. Bimbang
11 11. Keluar!
12 12. Baju koko
13 13. Ikut
14 14. Perjalanan
15 15. Sholat
16 16. Pesantren
17 17. Peraturan
18 18. Peraturan part 2
19 19. Malam
20 20. Sholat Subuh
21 21. Tidur
22 22. Hukuman
23 23. Kelas
24 24. Dia
25 25. Antri Dan Sholat
26 26. Besok Puasa
27 27. Sahur!!!
28 28. Puasa Itu?
29 29. Puasa Pertama
30 30. Puasa Pertama~Hukuman~
31 31. Lari!!!
32 32. Buka
33 33. Tarawih
34 34. Telpon
35 35. Pulang
36 36. Sendiri
37 37. Kabur
38 38. Diskotik
39 39. Jangan Lari!!!
40 40. Siapa gue?
41 41. Bangku Di Atas Bukit.
42 42. Cadar
43 43. Kangkung
44 44. Bayangan
45 45. Pasar
46 46. Kisah Pasar
47 47. Antara Ia dan dia
48 48. Bantuan
49 49. Kembali Bertengkar
50 50. Wudhu
51 51. Bacaan Sholat
52 52. Hapalan
53 53. Buku Dan Santriwati.
54 54. Al-Qur'an.
55 55. Hijaiyah
56 56. Kisah Sarifuddin.
57 57. Dijodohkan.
58 58. Setuju?
59 59. Al-Fatihah
60 60. Setuju
61 61. Cemburu.
62 62. Tujuh
63 63. Sudah bisa?
64 64. Imam Masjid
65 65. Imam Masjd part 2
66 66. Rayu Hati Allah
67 67. Lailatul Qadar
68 68. Dia Islam?
69 69. Kata Maaf
70 70. Bubur.
71 71. Vidio Call
72 72. Vidio Call Part 2
73 73. Perjodohan Dibatalkan
74 74. Mencintai Khadijah
75 75. Melamar Khadijah?
76 76. Lamaran
77 77. Cadar
78 78. Ini Hati, Khadijah
79 79. Sakit Dan Persahabatan
80 80. Bintang dan Matahari
81 81. Cemburu
82 82. Menolong Siapa?
83 83. Undangan
84 84. Persiapan Pernikahan
85 85. Katrin! Bukan Islam!
86 86. Malam Takbiran
87 87. Hari Raya Idul Fitri
88 88. Pernikahan
89 89. Akad Nikah
90 90. Sah!!!
91 91. Malam Pertama
92 92. Kapan?
93 93. Jakarta
94 94. Siapa yang menggoda?
95 95. Hari Yang Indah
96 96. Welcome
97 Dari Emak Untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Islam Ramadhan
2
2. Puasa ?
3
3. Tidak?
4
4. Puasa itu apa?
5
5. Katrin Putri Wijaya
6
6. Preman?
7
7. Islam?
8
8. Pesantren
9
9. Harus?
10
10. Bimbang
11
11. Keluar!
12
12. Baju koko
13
13. Ikut
14
14. Perjalanan
15
15. Sholat
16
16. Pesantren
17
17. Peraturan
18
18. Peraturan part 2
19
19. Malam
20
20. Sholat Subuh
21
21. Tidur
22
22. Hukuman
23
23. Kelas
24
24. Dia
25
25. Antri Dan Sholat
26
26. Besok Puasa
27
27. Sahur!!!
28
28. Puasa Itu?
29
29. Puasa Pertama
30
30. Puasa Pertama~Hukuman~
31
31. Lari!!!
32
32. Buka
33
33. Tarawih
34
34. Telpon
35
35. Pulang
36
36. Sendiri
37
37. Kabur
38
38. Diskotik
39
39. Jangan Lari!!!
40
40. Siapa gue?
41
41. Bangku Di Atas Bukit.
42
42. Cadar
43
43. Kangkung
44
44. Bayangan
45
45. Pasar
46
46. Kisah Pasar
47
47. Antara Ia dan dia
48
48. Bantuan
49
49. Kembali Bertengkar
50
50. Wudhu
51
51. Bacaan Sholat
52
52. Hapalan
53
53. Buku Dan Santriwati.
54
54. Al-Qur'an.
55
55. Hijaiyah
56
56. Kisah Sarifuddin.
57
57. Dijodohkan.
58
58. Setuju?
59
59. Al-Fatihah
60
60. Setuju
61
61. Cemburu.
62
62. Tujuh
63
63. Sudah bisa?
64
64. Imam Masjid
65
65. Imam Masjd part 2
66
66. Rayu Hati Allah
67
67. Lailatul Qadar
68
68. Dia Islam?
69
69. Kata Maaf
70
70. Bubur.
71
71. Vidio Call
72
72. Vidio Call Part 2
73
73. Perjodohan Dibatalkan
74
74. Mencintai Khadijah
75
75. Melamar Khadijah?
76
76. Lamaran
77
77. Cadar
78
78. Ini Hati, Khadijah
79
79. Sakit Dan Persahabatan
80
80. Bintang dan Matahari
81
81. Cemburu
82
82. Menolong Siapa?
83
83. Undangan
84
84. Persiapan Pernikahan
85
85. Katrin! Bukan Islam!
86
86. Malam Takbiran
87
87. Hari Raya Idul Fitri
88
88. Pernikahan
89
89. Akad Nikah
90
90. Sah!!!
91
91. Malam Pertama
92
92. Kapan?
93
93. Jakarta
94
94. Siapa yang menggoda?
95
95. Hari Yang Indah
96
96. Welcome
97
Dari Emak Untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!