14 Tahun kemudian
Suara knalpot yang berbunyi keras dan nyaring terdengar membuat siapa saja yang mendengarnya akan menutup kedua telinganya, berbeda dengan pria berambut panjang sebahu yang ikat dengan karet hitam serta pakaian serba hitam yang terlihat tersenyum diiringi suara tawa dan kagum dari beberapa pria yang ada di sekitar motor.
Pria berwajah tampan itu adalah tokoh utama dalam kisah ini, siapa lagi jika bukan Islam, bocah yang dibiarkan membatalkan puasanya itu karena kasih sayang dari sang Umi yang tak mau melihat Islam kelaparan.
Yah, teman-teman lihatlah Islam telah besar sekarang. Kini umurnya telah berusia 21 tahun dan masih menempuh pendidikannya di bangku kuliah jurusan yang tak jelas. Begini lah jika ia kuliah dengan niat hanya ikut-ikutan dengan teman-temannya.
Sebelum lebih jauh mengenal Islam maka kenalkan tiga sahabatnya yang telah menjadi ekor dan kadang-kadang menjadi kepala bagi Islam selama 21 tahun di masa-masa suka dan ...dan apa lagi? Duka? Tolonglah tak ada duka bagi Islam yang selalu merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Semua kehidupan Islam berjalan seperti apa yang Islam inginkan.
Kristian putra, yah panggil dia Kristian. Pria berparas tampan kebule-bulean dan berkulit putih ini merupakan sahabat Islam sejak kecil. Pria beragama kristen ini adalah pria yang lucu, baik dan taat dalam beragama. Ayahnya adalah pria berdarah jerman dan ibunya yang berdarah sunda asli, jadi jangan heran jika Kristian kadang-kadang berlogat Sunda. Kristian adalah anak pertama dari dua bersaudara dan adik perempuannya beragama Islam karena ia menjadi penerus agama dari ibunya yang beragama islam. Kristian beragama Kristen karena mendapat agama dari Ayahnya, bagi mereka ini yang namanya adil dalam keagamaan.
Abirama Putra Hindu, dari namanya saja kita sudah tahu agama apa yang ia anut. Sudah jelas jika Abirama Putra Hindu adalah pria yang berasal dari Bali dan menganut agama Hindu. Pria berparas tampan dengan kulit kuning langsat itu adalah sahabat Islam yang sudah cukup lama, yah Islam sudah mengenal Abirama sejak mereka masih menempuh pendidikan SD.
Ali Firdaus, pria dengan gigi gingsul itu adalah sahabat Islam yang selanjutnya. Ali adalah pria asli Jakarta yang juga akrab dengan Islam. Jika kamu mengira sifat Ali adalah pria yang alim ataupun soleh seperti namanya maka jangan salah, Ali adalah pria Islam KTP yang jarang dalam beribadah. Jangan dicontoh!
Jika keempat mereka sedang asik tertawa gembira maka berbeda dengan beberapa gadis mahasiswi yang nampak terlihat tak senang dengan suara kenalpot yang bunyikan oleh Islam.
"Cewek," goda Ali yang kini menatap dari atas sampai bawah tubuh molek dua gadis itu.
"Uy, empuk banget tuh yang di bawah," tambah Abirama lalu tertawa.
Kristian yang sibuk menatap motornya kini langsung terbelalak menatap Ali dan Abirama setelah ia mendengar ujaran keduanya.
"Oh Tuhan, ampuni teman-teman ku," bisik Kristian sambil menggenggam kedua tangannya dengan kedua mata yang tertutup, Yap Kristian sedang berdoa.
Gadis itu langsung berlari menjauh sambil tersenyum malu-malu, bagaimana tidak jika mereka baru saja disapa oleh anggota geng motor Mogeren yang terkenal tampan. Siapa yang tak kenal dengan mereka berempat, semua mahasiswa di universitas ini sudah tak asing lagi dengan Islam dan ketiga sahabat berbeda agamanya itu.
"Udah bener nggak sih ini?" tanya Islam yang kini melangkah turun dari motor milik Kristian.
"Udah nih. Puji Tuhan akhirnya bagus juga," jawab Kristian yang kini tersenyum bangga begitupula dengan Islam. Tak sia-sia Islam pernah sekolah di kelas mekanik saat SMA.
"Eh ada penjual cendol tuh," ujar Abirama gembira.
Abirama bangkit membuat semua sahabatnya bangkit dengan cepat sambil menoleh menatap pria yang kini mendorong gerobak berwana hijau.
"Wih, enak nih," sahut Islam.
"Udah-udah panggil! Panggil!" pintah Ali.
"Mang! Mang cendol!" teriak Kristian diiringi Ali yang juga ikut berteriak seperti orang yang kelaparan tingkat akut.
"Mang, cendol empat yah!" pesan Kristian sambil mengangkat empat jari tangannya setibanya pria penjual es cendol gerobak itu.
Pria itu hanya mengangguk lalu meraih gelas plastik sekali pakai dan mengisinya dengan cendol sementara keempatnya kini terlihat serius menatap apa yang sedang dilakukan oleh penjual cendol itu.
"Tumben Mas jualnya kok agak sore?" tanya Islam yang kini sedang menopang pinggang.
"Kan ini bulan ramdhan jadi jualnya yah agak sore. Emang siapa yang mau beli kalau jualnya pagi?" jelasnya lalu tertawa sementara empat pria muda yang menanti es cendol itu kini terdiam dengan wajah datar.
"Naon Ramadhan?" tanya Kristian yang kini menatap Islam dengan serius.
Islam diam melongo dengan otaknya yang kini berpikir keras memikirkan jawabannya.
"Ah nggak tau," jawab Islam lalu meraih gelas plastik cendol itu dan melangkah pergi.
"Ram," panggil Kristian membuat Abirama yang sedang merogoh uang di saku celananya kini menyahut, "Em."
"Ramadhan apaan sih?" tanya Kristian dengan logat sundanya.
"Lah kok nanya gue? Mana gue tau," jawabnya lalu melangkah duduk di samping Islam yang sedang asik menyantap cendol yang dingin dan menyegarkan itu.
"Mamang, Naon ramadhan? Kasi tau saya!" Pintah Kristian yang kini sesekali menyuapi mulutnya dengan cendol.
Pria itu menarik nafas dan bersiap untuk menjelaskan semuanya namun belum sempat ia menjelaskannya kedua mata pria itu mengarah ke arah kalung salib yang terpasang di leher Kristian.
"Pantas kamu tidak tau, kamu kan bukan Islam," ujar pria itu membuat Kristian mengernyit heran.
Di satu sisi lain Islam yang sedang asik dengan cendolnya itu kini mendongak menatap pria yang baru saja menyebut namanya.
"Lah, memang saya bukan Islam Mang. Nah itu si Islam." Tunjuk Kristian ke arah Islam yang kini sedang melongo begitupula dengan Ali dan Abirama yang terdiam menatap Islam.
"Bapak cari saya?" tanya Islam sambil menunjuk wajahnya.
"Waduh, bukan Islam nama tapi Islam agama," jelas pria itu dan sebut saja namanya Mang Jupri.
"Loh jadi nama lo agama, Lam?" tanya Abirama sementara Islam terdiam tak mengerti.
"Waduh, Islam ini agama apa?" tanya Mang Jupri.
Islam menoleh kiri dan kanan menatap kedua sahabatnya Abirama dan Ali.
"Agama itu apa?" tanya Islam membuat Abirama dan Ali menggeleng tak tau.
"Astagfirullah," ujar Mang Jupri lalu menggeleng tak menyangka.
"Sudah besar seperti kerbau tapi tidak tau apa itu agama. Hem neraka jahanam terbuka untuk mu," ujar pria itu lalu melangkah pergi dengan gerobaknya.
"Lah, Mang!!! Ramadhan apa atuh?!!" teriak Kristian yang tak kunjung mendapat jawaban.
Sementara di satu sisi ketiga orang yang kini sedang duduk di kursi halte saling bertatapan dengan wajah bingungnya.
"Jahanam di daerah mana?" tanya Abirama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anak_umak
ngakak sama sih Abirama
2022-05-04
1
Siska Ika
kerbau nggak tuh 😂
2022-04-14
0
Siska Ika
hahaha
2022-04-14
0