18. Peraturan part 2

"Peraturan ke enam, tidak diperbolehkan membawa ponsel, buku novel, DVD, komik dan sejenisnya."

Keempatnya melongo, peraturan macam apa ini?

"Terus kalau nggak boleh kayak gitu kita semua harus apa? Masa nggak boleh main Hp?" tanya Islam tak terima.

"Baca Al-Qur'an," jawab Abah Habib.

"Peraturan ke tujuh, setiap santri diwajibkan ikut kegiatan 4 M, membaca Al Qur'an, membersihkan pondok, menghafal ayat Al Qur'an dan menjalin tali silaturahmi," sebutnya sambil mengangkat jari tangannya.

"Peraturan ke delapan, Santri harus tidur jam sembilan atau jam delapan malam dan-"

"Tidur jam delapan?" tatap Kristian tak menyangka membuat Abah Habib mengangguk.

"Masa tidur jam delapan? Kek anak kecil aja, Lo yang bener dong kalau ngasih peraturan," kesal Ali yang berniat melangkah mendekati Abah Habib namun dengan cepat dicegah oleh Abirama.

Ustad Faizal menghela nafas lalu kembali membaca isi peraturan, "Dan bangun jam empat subuh."

"Empat subuh? Yang bener aja lo kalau ngomong," kesal Ali yang kembali melangkah berniat untuk mendekati Ustad Faizal namun kembali ditarik oleh Abirama.

"Lo sengaja yah mau ngerjain kita pake nyuruh kita bangun jam empat subuh?" tebak Islam.

"Ini peraturan untuk semua santri, bukan berlaku hanya untuk kalian tapi semuanya," jelas Ustad Faizal.

"Masih ada peraturan lagi?" tanya Abirama sambil tersenyum membuat ketiga sahabatnya itu menoleh menatap Abirama dengan tatapan kebingungan.

"Ada seratus tujuh puluh peraturan," jawab Ustad Faizal.

"Yang bener aja lo bikin peraturan, terus lo mau bacain peraturan itu dan buat kita semua jadi kayak orang bego berdiri di sini," oceh Islam.

Ustad Faizal kini menempel kertas itu di permukaan dinding tak jauh dari sakral lampu. Kertas putih panjang berisikan peraturan itu terpampang jelas di penglihatan Islam, Kristian, Abirama dan Ali.

"Antum semua paham kan?" tanya Abah Habib.

"Iya pak Kiyai," jawab Abirama dengan semangat.

Abah Habib tersenyum, sepertinya ada yang sudah mulai tertarik dengan dunia pesantren. Lagi dan lagi Islam, Kristian dan Ali menoleh menatap Abirama yang terlihat begitu bahagia yang terpancar dari senyumnya yang begitu tulus.

"Bagaimana Islam?" tanya Abah Habib.

"Em," sahut Islam dengan raut wajahnya yang terlihat malas.

"Kalau begitu serahkan!" mintanya sambil menjulurkan telapak tangannya.

"Apaan?" tanya Islam tak mengerti.

"Handphone," jawabnya.

"Buat apaan?"

"Sesuai peraturan."

Islam mengerutkan alisnya seakan tak percaya jika peraturan yang tak membiarkan mereka bermain ponsel ternyata harus dipatuhi.

"Loh nggak bisa gitu dong, gue-"

"Ini handphone saya," ujar Abirama yang meletakan ponsel ke telapak tangan Abah Habib setelah berlari kecil menghampiri.

Islam, Kristian dan Ali langsung melongo menatap apa yang telah dilakukan oleh Abirama. Entah hasutan apa yang telah ia dapatkan sehingga menjadi patuh begini.

"Lo gila yah?" tanya Islam setibanya Abirama di barisan.

"Ayo mana!" minta Abah Habib yang telapak tangannya sudah terdapat ponsel Abirama.

"Udah lah kasi aja!" bisik Abirama.

"Gimana nih?" bisik Ali yang menatap khawatir pada Islam dan Kristian.

Kristian terdiam sejenak lalu tak berselang lama ia merogoh saku celana Levis-nya dan melangkah mendekati Abah Habib.

"Kristian! Nggak usah!" larang Islam yang berusaha untuk menarik Kristian namun ponsel itu sudah ada di telapak tangan Abah Habib.

"Gila lo yah," ketus Islam sesampainya Kristian di barisan.

"Ayo! Sisa Islam dan Ali!" ujar Abah Habib.

Ali melirik Islam yang ikut meliriknya sambil memegang ponselnya.

"Gimana nih?" bisik Ali.

"Udahlah kasi aja!" pinta Abirama.

"Tapi nanti gue nggak bisa-"

"Ah berisik banget." Kesal Abirama yang kemudian menarik paksa ponsel Ali dan meletakkannya di telapak tangan Abah Habib.

Ali yang ingin protes kini hanya mampu menghela nafas dan pasrah begitu saja.

"Islam! Ayo!" minta Abah Habib.

Islam menghela nafas berat, jika ponsel ini diberikan kepada Abah Habib maka bagaimana ia bisa menghubungi Umi-nya, ini pasti akan sangat sulit.

Abah Habib melangkah mendekati Islam membuat Islam yang tertunduk itu mulai mengangkat dagunya.

"Ada apa?"

Islam diam, tanpa jawaban lalu tanpa pikir panjang ia meletakkan ponselnya di atas tumpukan ponsel ketiga sahabatnya itu.

"Tenang saja! Jika ingin menelpon Umi maka datang saja ke ruangan Abah."

Abah Habib tersenyum lalu segera melangkah bersama dengan Ustad Faizal dan menutup pintu dengan rapat.

Islam terdiam lalu tertunduk rasanya ia tak mengerti dengan perasaannya kali ini. Kristian, Abirama dan Ali kini menoleh secara bersamaan menatap ranjang bertingkat. Mereka saling melirik seakan pikiran mereka semua tertuju pada satu hal. Tempat tidur!

"Gue di atas!!!" teriak Ali yang dengan cepat berlari dan melempar tas hitamnya ke ranjang paling atas.

Gerakan dan teriakan yang tiba-tiba itu berhasil memancing Islam, Kristian dan Abirama ikut berlari memilih ranjang masing-masing.

Islam berlari ke ranjang bawah sementara Kristian yang kini sudah naik ke atas ranjang di atas Islam.

"Lah saya dimana?" tanya Abirama.

"Noh bawah!" Tunjuk Ali ke arah ranjang di bawahnya.

"Yah, Masa saya di bawah?" keluhnya.

"Terus lo mau tidur dimana? Udahlah di situ aja!" ujar Islam yang kini sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan sprei bewarna putih.

Abirama menghela nafas panjang lalu meletakkan tasnya ke atas kasur. Perlahan Abirama mendongak menatap ranjang besi yang di tempati oleh Ali.

"Kamu jangan banyak gerak yah! Nanti kalau kamu jatuh, bisa gepeng saya."

"Em," sahutnya sambil menutup kedua matanya.

"Jangan kentut yah!"

"Iya, berisik banget sih lo," kesalnya.

"Yah soalnya kan kentut kamu bau," ungkapnya jujur lalu ikut menoleh menatap lemari kayu dan membukanya menatap apa yang ada di dalam sana.

Islam membuka kedua matanya ketika ia mengingat sesuatu.

Islam bangkit lalu duduk di pinggir kasur dan mendapati pria bernama Sarifuddin yang terlihat langsung tersenyum memperlihatkan gigi putihnya ke arah Islam yang kini merasa aneh.

"Lo kenapa nyengir kayak orang gila kayak gitu?" tanya Islam.

"Gila kali nih anak gara-gara kelamaan tinggal di pesantren," sahut Ali yang ikut menatap Sarifuddin.

"Kamu tidur dimana?" tanya Abirama.

"Hust!" tegurnya sambil meletakkan jari telunjuknya di hadapan ujung bibirnya membuat Islam, Kristian, Abirama dan Ali saling bertatapan.

"Dia kenapa sih?" bisik Kristian sambil menatap Ali yang kini menggeleng.

"Emang gila nih anak," sahut Islam.

Tak berselang lama Sarifuddin mengangkat kedua telapak tangannya sambil menunduk dan membaca doa.

Beberapa detik kemudian Sarifuddin melangkah ke arah ranjang yang berada di dekat Islam. Ia meraih sarung dari lemari membuat Islam, Kristian, Abirama dan Ali saling bertatapan.

"Lo kenapa sih? Gila yah?" tebak Ali membuat Sarifuddin menoleh dan memberikan senyum .

"Tidak," jawabnya lalu menutup pintu lemari.

"Terus yang kamu tadi nyuruh kita semua diam itu apa?" tanya Abirama.

"Tadi itu ada suara azan jadi kita semua harus diam," jelasnya dengan logat kental.

Semuanya mengangguk sementara Islam kini kembali membaringkan tubuhnya ke kasur.

"Kita semua endak sholat kah?" tanya Sarifuddin.

"Nggak," jawab Ali lalu membaringkan tubuhnya ke kasur.

Episodes
1 1. Islam Ramadhan
2 2. Puasa ?
3 3. Tidak?
4 4. Puasa itu apa?
5 5. Katrin Putri Wijaya
6 6. Preman?
7 7. Islam?
8 8. Pesantren
9 9. Harus?
10 10. Bimbang
11 11. Keluar!
12 12. Baju koko
13 13. Ikut
14 14. Perjalanan
15 15. Sholat
16 16. Pesantren
17 17. Peraturan
18 18. Peraturan part 2
19 19. Malam
20 20. Sholat Subuh
21 21. Tidur
22 22. Hukuman
23 23. Kelas
24 24. Dia
25 25. Antri Dan Sholat
26 26. Besok Puasa
27 27. Sahur!!!
28 28. Puasa Itu?
29 29. Puasa Pertama
30 30. Puasa Pertama~Hukuman~
31 31. Lari!!!
32 32. Buka
33 33. Tarawih
34 34. Telpon
35 35. Pulang
36 36. Sendiri
37 37. Kabur
38 38. Diskotik
39 39. Jangan Lari!!!
40 40. Siapa gue?
41 41. Bangku Di Atas Bukit.
42 42. Cadar
43 43. Kangkung
44 44. Bayangan
45 45. Pasar
46 46. Kisah Pasar
47 47. Antara Ia dan dia
48 48. Bantuan
49 49. Kembali Bertengkar
50 50. Wudhu
51 51. Bacaan Sholat
52 52. Hapalan
53 53. Buku Dan Santriwati.
54 54. Al-Qur'an.
55 55. Hijaiyah
56 56. Kisah Sarifuddin.
57 57. Dijodohkan.
58 58. Setuju?
59 59. Al-Fatihah
60 60. Setuju
61 61. Cemburu.
62 62. Tujuh
63 63. Sudah bisa?
64 64. Imam Masjid
65 65. Imam Masjd part 2
66 66. Rayu Hati Allah
67 67. Lailatul Qadar
68 68. Dia Islam?
69 69. Kata Maaf
70 70. Bubur.
71 71. Vidio Call
72 72. Vidio Call Part 2
73 73. Perjodohan Dibatalkan
74 74. Mencintai Khadijah
75 75. Melamar Khadijah?
76 76. Lamaran
77 77. Cadar
78 78. Ini Hati, Khadijah
79 79. Sakit Dan Persahabatan
80 80. Bintang dan Matahari
81 81. Cemburu
82 82. Menolong Siapa?
83 83. Undangan
84 84. Persiapan Pernikahan
85 85. Katrin! Bukan Islam!
86 86. Malam Takbiran
87 87. Hari Raya Idul Fitri
88 88. Pernikahan
89 89. Akad Nikah
90 90. Sah!!!
91 91. Malam Pertama
92 92. Kapan?
93 93. Jakarta
94 94. Siapa yang menggoda?
95 95. Hari Yang Indah
96 96. Welcome
97 Dari Emak Untuk Para Pembaca
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Islam Ramadhan
2
2. Puasa ?
3
3. Tidak?
4
4. Puasa itu apa?
5
5. Katrin Putri Wijaya
6
6. Preman?
7
7. Islam?
8
8. Pesantren
9
9. Harus?
10
10. Bimbang
11
11. Keluar!
12
12. Baju koko
13
13. Ikut
14
14. Perjalanan
15
15. Sholat
16
16. Pesantren
17
17. Peraturan
18
18. Peraturan part 2
19
19. Malam
20
20. Sholat Subuh
21
21. Tidur
22
22. Hukuman
23
23. Kelas
24
24. Dia
25
25. Antri Dan Sholat
26
26. Besok Puasa
27
27. Sahur!!!
28
28. Puasa Itu?
29
29. Puasa Pertama
30
30. Puasa Pertama~Hukuman~
31
31. Lari!!!
32
32. Buka
33
33. Tarawih
34
34. Telpon
35
35. Pulang
36
36. Sendiri
37
37. Kabur
38
38. Diskotik
39
39. Jangan Lari!!!
40
40. Siapa gue?
41
41. Bangku Di Atas Bukit.
42
42. Cadar
43
43. Kangkung
44
44. Bayangan
45
45. Pasar
46
46. Kisah Pasar
47
47. Antara Ia dan dia
48
48. Bantuan
49
49. Kembali Bertengkar
50
50. Wudhu
51
51. Bacaan Sholat
52
52. Hapalan
53
53. Buku Dan Santriwati.
54
54. Al-Qur'an.
55
55. Hijaiyah
56
56. Kisah Sarifuddin.
57
57. Dijodohkan.
58
58. Setuju?
59
59. Al-Fatihah
60
60. Setuju
61
61. Cemburu.
62
62. Tujuh
63
63. Sudah bisa?
64
64. Imam Masjid
65
65. Imam Masjd part 2
66
66. Rayu Hati Allah
67
67. Lailatul Qadar
68
68. Dia Islam?
69
69. Kata Maaf
70
70. Bubur.
71
71. Vidio Call
72
72. Vidio Call Part 2
73
73. Perjodohan Dibatalkan
74
74. Mencintai Khadijah
75
75. Melamar Khadijah?
76
76. Lamaran
77
77. Cadar
78
78. Ini Hati, Khadijah
79
79. Sakit Dan Persahabatan
80
80. Bintang dan Matahari
81
81. Cemburu
82
82. Menolong Siapa?
83
83. Undangan
84
84. Persiapan Pernikahan
85
85. Katrin! Bukan Islam!
86
86. Malam Takbiran
87
87. Hari Raya Idul Fitri
88
88. Pernikahan
89
89. Akad Nikah
90
90. Sah!!!
91
91. Malam Pertama
92
92. Kapan?
93
93. Jakarta
94
94. Siapa yang menggoda?
95
95. Hari Yang Indah
96
96. Welcome
97
Dari Emak Untuk Para Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!